Hari ini kami berangkat dari rumah indra. Setelah sarapan segera kami berangkat karena jarak nya lebih jauh. "Nih, Buat kamu." tiba tiba indra memberiku sekotak coklat "Eh... Masih ada kejutan, ya, "kataku senang. Kubuka kotak coklat itu lalu ku makan satu bola coklat. Ku suap
Setelah liburan kemarin, hari ini aku ingin di rumah saja. Indra yg janjian pergi dengan herman awalnya mengajakku, namun aku menolak karena rasanya aku sangat letih. Akhirnya indra pergi sendirian bertemu dengan herman. Tak berapa lama, Indah menghubungi ku. Wah, tumben. "Hai, ndah. ya amp
Sudah beberapa bulan semenjak insiden penculikan ku oleh fikrie. kondisiku sudah membaik. Kerjaan indra pun sudah makin ringan.sejak fikrie tertangkap. Di kantor,aku dan teman teman se divisiku berencana ingin mengisi liburan dgn pergi jalan jalan ke luar kota.kebetulan liburan kali ini krn adanya
Aku terbangun karena suara adzan. rumahku memang dekat dengan masjid. Kubuka mataku pelan, indra masih memeluk pinggangku dari belakang, kebiasaan nya dari dulu saat tidur bersamaku. Badanku masih terasa sakit. Ku lepaskan tangan indra perlahan, segera beranjak menuju ke meja rias ku. Astaga,waja
Terima kasih untuk agan dan sista yang mampir di mari. Mon maap kalau banyak typo dan kalimat yang sulit dimengerti. Ane seneng posting di mari. Ramai dan banyak yang merespon. Baik positif maupun negatif, ane suka. Daripada ga ada yang baca sama sekali. :ngakak Karena jujur, ini cerita yang rise...
POV Indra Langkah ku dan anak buah ku tercium oleh Fikri dan kawanannya. Aku cemas, khawatir dia akan menyerang ku balik dengan cara lain. Aku menghubungi Nisa. Entah kenapa aku mengkhawatirkannya terus. Apalagi sejak pagi dia banyak diam, dia bilang dia bermimpi buruk, tapi belum mau membicaraka
Begitu semua orang hancur, suasana sekitar mendadak senyap. Teman temanku menatap sekitar dengan keheranan. Lalu Kak Rayi dan Kak Bintang segera turun dari atas dan menghampiriku. "Bil, kamu baik baik aja, kan?" tanya Kak Rayi terus menatap ku lekat lekat. Entah kenapa aku tidak bis...
Kak Bryan menoleh sekilas ke jendela rumahnya. Dia lantas mendesis agar kami berhenti berbicara, dan mengurangi semua pergerakan kami. Dia menunjuk ke arah luar, seolah mengatakan ada orang lain di luar rumah ini. Kami mulai waspada, karena tidak tau siapa yang ada di luar sana, terlebih diskusi ...
Kumpulan awan di samping jendela, bagai permadani yang indah. Di sampingku ada Kak Rayi, yang terus menggenggam tanganku, padahal dia sedang memejamkan mata. Aku tau dia sangat lelah. Harinya sangat berat, dan dia harus istirahat. Tapi genggaman tangannya terasa begitu kuat, seolah tidak mau mele...
Hamparan pasir putih terlihat jelas. Tante Jean menjerit senang saat Om Gio mendapatkan ikan. Papa ada di sudut lain, bersama Opa. Kak Bintang dan Kak Roger juga sedang membantu tante Jean dan Om Gio. Aku memutuskan duduk begitu saja di pasir pantai ini. Cara ini juga termasuk salah satu bagian pem
Aku berhasil turun dengan selamat. Begitu Kak Rayi akan turun, dan baru setengah perjalanan, tiba - tiba sebuah anak panah melesat dan mengenai tebing samping kanannya, tepat di sebelah telinga. Kami semua terkejut, menatap anak panah itu dan mencari di mana pemilik benda tersebut. "Yi! Buruan
Beberapa orang yang menyerang kami lari tunggang langgang. Tidak hanya Kak Rayi yang datang, ternyata dua pria yang aku rindukan juga datang menyusulku ke sini. Kak Bintang dan Kak Roger. Kondisi sudah stabil, walau tenda milik kami semua rusak. Yang penting nyawa kami masih selamat. Api unggun k...
part 167 terpisah part 168 pantai part 169 pulang part 170 rumah part 171 terkepung part 172 Berakhir
Sampai malam, Papa belum juga pulang atau bahkan ada kabar. Sampai akhirnya adik om Dewa datang dengan tergopoh-gopoh. Dia adalah orang yang ikut mengantar Papa, Opa, dan Om Gio ke tempat itu. Tapi kenapa dia pulang seorang diri? "Loh, kenapa kamu, Opon?" tanya seorang pria dengan uban di
Aku mengangguk paham, lalu beranjak dari posisi duduk ku sekarang. Tidak langsung bergerak dari lantai yang ku pijak, namun mengumpulkan dulu keberanian yang entah sejak kapan tiba- tiba menghilang. Angin berembus menerpa kulit wajah ku. Dingin, hingga aku memejamkan mata demi mengusir rasa takut...
"Eum, Om Dewa itu meninggal kenapa? Terakhir aku dengar, dia sering pergi keliling Indonesia. Kecelakaan?" tanyaku penasaran. Tante Jean diam, ia lantas menutup laptop di hadapannya dan kini membetulkan posisi duduknya sedikit miring ke arahku. "Tante juga nggak tau harus menyebutnya
Pukul 23.00 Hujan benar-benar turun, aku bahkan tidak percaya kalau perkataan Om Gio benar-benar terjadi. Berdiri di dekat jendela sambil menatap hujan yang mengguyur deras halaman rumah kami. Om Gio langsung mengajak Kak Rayi keluar, mereka berdua ada di halaman, sementara aku dan Papa hanya mem...
Bel masuk baru saja berdering saat aku berjalan santai memasuki gerbang sekolah. Kini gedung kelas dua ada di depanku, aku melirik sekilas dan melihat Kak Rayi ada di sana, bersama Sabrina dan juga dua sahabatnya, Kak Bintang dan Kak Roger. Sabrina terus bergelayut manja di lengan Kak Rayi, tetap...
"Elu sudah pesen makan, Brin?" tanya Kak Rayi. Sabrina menatap ku sebal, aku merasakannya. Dia mengangguk dan kini Kak Rayi beralih menatapku yang duduk di samping nya. "Kamu mau makan apa, sayang?" tanyanya lembut. "Yang biasa saja, Kak," sahutku dengan memaksakan sen