Areta segera mendekat ke Liya yang masih dalam kondisi setengah sadar. "Kakak," panggil Liya sambil berusaha menyentuh wajah Aretha "Iya, Kakak di sini. Liya nggak apa apa kan, Sayang?" tanya Aretha cemas. Liya hanya mengangguk dengan kondisi tubuh yang lemas. Satu persatu wa
"Pak Karjo sama Bu Heni!" pekik Aretha. "Wah, mereka kenapa?" tanya Hendra. "Udah jelas. Mereka nggak akan membiarkan kita masuk ke tempat ini!" cetus Radit. "Ayo, masuk!" ajak Aretha sambil terus menoleh ke belakang. Pintu tersebut berhasil dibuka, dan
"Lama sekali nggak mampir ke sini, Mas, Mba? Oh, ya. Kabar Mas Danu gimana? Sehat, kan?" tanya Bu Heni yang entah sedang melakukan apa di dapur. Namun suara gelas dan sendok yang beradu terdengar sampai luar. "Em — Danu... Danu sehat kok, Bu," sahut Aretha. Radit masih membek
"Kamu sudah makan, Li?" tanya Aretha. Gadis kecil itu sejak tadi hanya diam saja. Dia tampak cemas dan putus asa karena memikirkan ibunya. Ia hanya menggeleng pelan tanpa berniat terlibat obrolan yang lebih jauh. "Liya, mau tidur? Ayo, sama Kak Aretha," ajak Aretha lagi. &q
"Balik ke sini lagi lo?" tanya Aretha saat melihat Hendra datang bersama Radit, bahkan sampai sampai dia juga membawa sebuah tas. Bisa dipastikan kalau isi tas tersebut adalah pakaian Hendra. Aretha langsung bisa menebak kalau Hendra akan bermalam lagi di rumahnya. "Numpang lah, Tha
"Hen! Hendra! Bangun!" panggil Radit sambil terus mengguncang tubuh temannya itu. Hendra langsung terperanjat dan melompat dari sofa. "Lepasin gue! Lepasin!" jerit nya yang berusaha melepaskan diri dari Radit. "Heh! Ini gue! Radit!" "Hah? Radit? Aretha? Gue..
"Hahahaha. Pak Slamet, kucingnya lari ke depan! Tolong tangkap!" Suara tawa riang seorang gadis kecil terdengar menggema di seluruh rumah. Aretha terbangun dari tidur. Dia kebingungan sambil menepuk ke samping. "Dit! Radit! Kamu denger itu? Itu Keisha, kan?" tanya Aretha. Nam
"Duh, ke mana, ya? Perasaan dari kemarin aku nggak beli apa apa deh," gumam Aretha sambil mengacak acak isi dompetnya. Radit yang baru saja selesai mandi lantas heran melihat tingkah istrinya itu. "Kamu cari apa, Sayang?" "Uang." "Uang? Uang apa?" "Uan...
Bu Jum langsung meletakkan cangkir yang sejak tadi ia genggam. Dia lantas beralih menggenggam lengan suaminya yang sedang memperhatikan ke lantai 2 yang berada tepat di atas mereka. Areta pun demikian. Sambil memegang cangkir teh yang ada di tangannya dia terus memperhatikan di seluruh koridor la...
"Sayang, aku hari ini harus pergi ke luar kota. Mungkin nginap semalam. Kamu gimana? Apa kamu aku antar pulang ke rumah kita aja? Atau mau ke rumah Bunda? " tanya Radit saat sedang menyantap sarapan bersama. "Soal proyek yang kemarin kamu bilang itu, ya?" tanya Aretha sambil m...
Hendra menoleh ke segala arah. Dia terkejut dengan suara yang baru saja dia dengar. "Lo denger nggak tadi?" tanya Hendra langsung menahan Radit yang hendak berjalan melewatinya. "Apaan?" "Ada yang bilang, hati hati, gitu!" pekik Hendra sambil menatap ngeri ke sekitar
Suara lolongan serigala itu seolah sebagai pertanda. Pertanda malam mencekam yang selama ini meneror desa akan dimulai. Semua orang sudah diberikan ramuan buatan Yudistira, dan semua warga sudah berkumpul di tempat ini. Tempat ini sangat cukup menampung mereka semua. Mereka yang ada di sini adala...
"Pak Yudis? Yudistira maksud kalian?!" pekik Ronal tak percaya. Vin dan Abi mengangguk. "Masa? Perasaan dia itu ... guru biologi, kan? Kok bisa tau soal hal seperti ini?" Pertanyaan itu membuat Vin dan Abi saling lempar pandang. Mereka berdua memang harus menceritakan pandemi ...
Malam yang cukup menegangkan sudah mereka lewati dengan begitu dramatis. Pagi ini mereka bersama-sama memperbaiki rumah Yudis yang cukup berantakan. Bahkan simbol-simbol penangkal werewolf mereka buat ulang di beberapa sudut. Seperti pintu, jendela dan semua jalan keluar masuk yang memungkinkan m...
Yudis menggigit bibir bawahnya sambil terlihat berpikir keras. "Boleh aku lihat pergelangan tanganmu?" Ellea tanpa sungkan menunjukkan kedua pergelangan tangannya. Ia justru terkejut saat melihat sebuah simbol tercetak jelas di urat nadi tangan kanannya. "Apa ini? Perasaan tadi nggak
Ellea beranjak, karena tidak ingin mengganggu Maya. Ia berjalan melihat-lihat rak buku di dekatnya. Banyak buku-buku aneh yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Satu buku menarik perhatiannya. Ia menatap sampul buku usang itu, sambil memegang liontin kalung yang sedang ia kenakan. Ia ambil buku itu
"Nggak mungkin, Kak. Pasti bohong, kan? Kak? Bang? Om?" Maya terus berusaha mencari jawaban yang ia inginkan. Tapi mereka justru diam dengan terus menatap Maya iba. "Kami sedang mengusahakan yang terbaik buat kamu, May. Kamu jangan menyerah, ya," hibur Allea. Namun tangisan May
"Anda bukan guru biologi seperti yang kami kenal, bukan?" tambah Vin, yang kesal karena merasa dibohongi. 'Tentu saja aku benar-benar Yudistira, guru biologi seperti yang kalian kenal sebelumnya. Tapi aku tidak menceritakan siapa aku dalam sisi yang lain, kan? Lagian kalian nggak tanya,&q