inase301Avatar border
TS
inase301
#NgabuburitCerita Catatan Seseorang yang Baru Menjadi Guru

Ilustrasi guru. sumber gambar




Semangat. Aku harus semangat. Harus ngasih contoh yang baik buat anak-anak di sekolah.” Gumamku dalam hati sebelum berangkat ke sekolah.

Bulan ramadan tahun ini merupakan tahun pertamaku menjalani pekerjaan menjadi guru sosial di salah satu Sekolah Menengah Atas Islam yang ada di Kota Bandung. Rasanya berbeda sekali dari ramadan tahun-tahun sebelumnya. Aku yang selama beberapa tahun terakhir sebelumnya menjadi pengangguran kini memulai perjalanan baru. Terlebih mengajar di sekolah islam, ada perasaan berat dan beban tersendiri buatku.

Entah mengapa hawa-hawa di bulan ramadan selalu membuatku ingin malas-malasan. Mungkin karena harus bangun lebih awal di dini hari dan melaksanakan sahur. Belum lagi menghindari tidur sesudah sahur karena bisa-bisa bablas tidur sampai siang, karena aku harus ke sekolah pagi-pagi. Padahal seharusnya bulan ramadan menjadi bulan peningkat keimanan terlebih dari pahala yang Allah tawarkan. Bagaimana tidak, setiap kebaikan yang kita kerjakan pasti Allah lipatgandakan pahalanya. Mengapa masih saja aku diliputi rasa malas? Astagfirullah..

Di hari biasanya kegiatan belajar dimulai pukul 07:00 namun kegiatan belajar selama bulan ramadan dimulai dari pukul 07:30. Jam tujuh kurang sepuluh menit aku tiba di sekolah. Dengan mata yang masih mengantuk aku dikagetkan oleh satpam sekolah yang sedang berjaga di gerbang.
Pagi, bu! Rajin banget jam segini udah sampai di sekolah,” ujar Pak Adi menyapaku dengan semangat.
Hee iya, pak. Kan saya piket hari ini jadi harus datang lebih awal dari yang lain,” jawabku, seketika menyadarkanku yang harus segera menghadapi realita. Kebetulan hari ini merupakan jadwalku untuk piket harian. Aku harus datang paling awal serta pulang paling akhir. Ditambah tugas tambahan yakni aku harus mencatat kegiatan belajar harian dan mengondisikan kehadiran anak-anak.

Kuletakkan tas punggung serta menanggalkan jaketku di ruang guru. Sepi. Tak ada satupun guru atau murid yang sudah datang. Maklum, hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah setelah libur awal ramadan. Murid-murid hanya diberi libur dua hari di awal ramadan dan masuk kembali di hari ketiga ramadan. Mungkin orang-orang masih menyesuaikan dengan waktu dan kebiasaan baru di bulan ramadan.

Suasana sekolah yang sejuk dan asri membuat rasa kantukku tak kunjung hilang. Dengan sekuat tenaga kumelawan rasa kantuk yang tak pernah ada habisnya. Aku bergegas kembali ke gerbang untuk menyambut murid-muridku. Lima belas menit berselang kudengar suara anak-anak mulai datang. Syukurlah. Beberapa guru lain pun berdatangan. Kulihat anak-anak satu persatu memasuki sekolah dengan berbagai macam ekspresi. Ada yang tampak semangat, ada pula yang tampak mengantuk sepertiku ketika tiba di sekolah. Kusambut mereka dengan suka hati sambil menyemangati mereka. Tak lupa mengingatkan untuk segera mengambil air wudhu bagi yang belum berwudhu.

Yang belum berwudhu, wudhu dulu ya! Persiapkan untuk salat duha sebelum kita memulai kegiatan hari ini,” ucapku pada setiap murid yang datang. Sebagai sekolah islam di sekolahku menerapkan pembiasaan salat duha dan membaca dzikir Al Matsurat di pagi dan sore hari.

Bel masuk berbunyi tepat pukul 07:30. Alhamdulillah, sepertinya hari ini tidak ada satupun muridku yang terlambat datang ke sekolah. Ku langkahkan kaki menuju masjid untuk kemudian memastikan murid-murid melaksanakan salat duha terlebih dahulu. Sesampainya di masjid gubraaak! Kulihat sebagian murid-murid perempuan terpejam sambil duduk dengan mengenakan mukena. Aku pun tersenyum sambil membangunkan mereka dan mengingatkan mereka untuk segera melaksanakan salat duha.
Bu, ngantuk buu. Mau tidur aja bu,” ucap sebagian murid kepadaku. Aku pun hanya mampu menyemangati mereka sambil terus mendorong mereka untuk salat duha terlebih dahulu karena sebenarnya aku pun sama seperti mereka. Mengantuk.


Salat Duha sebelum berkegiatan. Sumber: dokumen pribadi



Setelah salat duha selesai, aku mengarahkan muridku untuk membaca Dzikir Al Matsurat. Dzikir Al Matsurat adalah kumpulan dzikir yang disusun oleh Imam Hasan al-Banna. Dzikir ini bisa diamalkan setiap pagi dan sore. Dalam buku Hasan al-Banna yang berjudul Al-Ma'tsurat bacaan dari Al Matsurat yang shahih dan berasal dari Nabi SAW ini sangat bagus jika dilakukan secara bersama-sama. Dengan membaca ta’awudz aku dan murid-muridku membaca Al Matsurat bersama-sama. Suara murid-murid yang masih lemas mengawali pembacaan Al Matsurat pagi ini.



Al-Qur'an dan Panduan Zikir Al-Matsurat. Sumber: dokumentasi pribadi




أَعُوذُ بِاللهِ السمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشيْطَانِ الرجِيمِ

Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan syetan yang terkutuk.


Lambat laun murid-muridku bersuara dengan cukup keras dan membaca ayat demi ayat dengan khusyu. Hingga tiba di pertengahan dzikir yang berbunyi:

للهُم إِني أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الهَم وَالْحَزَنِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالبُخْلِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الديْنِ وَقَهْرِ الرجَالِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil, dan dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan orang.


Deg. Rasanya bacaan dzikir tersebut agak menyindirku. Sebagai guru yang seharusnya digugu dan ditiru oleh murid-muridku masih saja memupuk rasa kemalasan di diriku. Terkadang apa yang aku kerjakan masih kulakukan dengan setengah hati. Selalu timbul pertanyaan dalam benakku apakah aku layak menjadi guru? Apakah sudah tepat langkahku menjadi guru? Mengingat diri ini yang rasanya masih sangat jauh dari kata baik dan sempurna. Entahlah, masih ada perasaan ragu tersendiri.

اَللهُم عَافِنِي فِي بَدَنِي اَللهُم عَافِنِي فِي سَمْعِي اَللهُم عَافِنِي فِي بَصَرِي

Ya Allah berikanlah kesehatan bagi badanku, bagi pendengaranku, bagi penglihatanku.

Belum lagi ayat berikutnya yang menyadarkanku bahwa menjadi guru seharusnya memiliki kesehatan fisik dan batin agar dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi murid-muridku kelak. Selama ini aku hanya sekadar menjalankan kewajiban tanpa memikirkan pertanggungjawabanku kelak di akhirat dengan pekerjaanku sekarang menjadi guru. Dari bacaan itu aku menyadari bahwa aku harus sehat agar badanku senantiasa kuat untuk datang ke sekolah dan menyampaikan ilmu bagi murid-muridku. Pendengaranku harus senantiasa baik dan sehat agar aku dapat mendengarkan murid-muridku. Penglihatanku harus senantiasa baik dan sehat agar kelak aku dapat melihat murid-muridku sukses dari ilmu yang sudah mereka dapat.

Tak terasa pembacaan dzikir Al Matsurat pun selesai. Aku segera bergegas untuk mengondisikan murid-murid menuju aula sekolah untuk kegiatan selanjutnya. Kegiatan dilanjutkan dengan membaca Al-Qur’an secara bersama-sama. Murid-murid dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil untuk kemudian membaca ayat Al-Qur'an secara bergiliran. Bersama beberapa murid aku membaca Al-Qur'an surat At-Taubah. Surat At-Taubah merupakan surat kesembilan dalam Al-Qur'an yang artinya Pengampunan. Ketika giliranku membaca ayat Al-Qur'an tepat pada surat At-Taubah ayat 105 yang artinya:

“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.




Murid-murid membaca Al-Quran. Sumber: dokumen pribadi



Lagi-lagi aku seperti diperingatkan. Entah mengapa hari ini seperti banyak memberikan tamparan keras buatku. Pikiranku tertuju bahwa kini pekerjaanku sebagai seorang guru tidak hanya akan dihadapkan pada banyak orang-orang muslimin dan kelak akan dihadapkan pula kepada-Nya serta di depan Rasul. Selama ini bisa jadi apa yang aku kerjakan masih melibatkan rasa malas hingga akhirnya aku hanyalah menjadi orang munafik di hadapan Allah? Naudzubillah, semoga aku dijauhkan dari sifat buruk tersebut Ya Allah...

Belum lagi saat membaca Al-Qur'an beberapa kali aku dikoreksi oleh muridku mengenai tajwid dan cara pembacaannya.
Kurang panjang, bu. Idzar, bu. Ikhfa, bu.” Dan masih banyak lainnya teguran dari murid-muridku saat diriku membaca Al-Qur'an. Aku anggap hal itu sebagai teguran bahwa aku masih sedikit sekali pemahamanku terhadap banyak hal khususnya ilmu agama. Ada perasaan malu ketika diri ini menyadari bahwa aku masih menjadi guru dengan banyak kekurangan.

Shadaqallahul-'adzim'.Murid terakhir selesai membaca Al-Qur'an. Aku pun berdiri untuk segera merapikan kembali posisi duduk anak-anak. Setelah tertib, aku sedikit mengingatkan anak-anak.
Baik anak-anak, kegiatan selanjutnya adalah pematerian mengenai Thaharah dan Salat oleh Bu Mei. Harap perhatikan baik-baik apa yang disampaikan oleh Bu Mei, ya.”
Baik buuu,” ucap anak-anak secara serentak.

Bu Mei adalah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang lebih dulu mengajar di sekolahku. Dengan seksama aku dan murid-muridku memerhatikan penjelasan yang disampaikan oleh Bu Mei. Dari materi yang disampaikan Bu Mei mengenai Thaharah dan Salat membuatku menyadari bahwa selama ini aku hanya menjalankan ibadah hanya segininya saja. Apakah langkah-langkah ibadahku sudah benar dan diterima oleh Allah? Entahlah, hanya Allah yang tahu.

Setelah penyampaian materi murid-murid langsung praktik berwudhu dan menunggu waktu salat Dzuhur. Aku dan murid-muridku menunggu waktu Dzuhur sambil membaca Al-quran secara mandiri. Setelah salat Dzuhur berjamaah selesai, kegiatan ramadan hari ini pun ditutup. Tak lupa akupun bersama guru lain mengkondisikan murid-murid untuk pulang. Masih ada esok hari dan seterusnya untuk kegiatan bulan ramadan ini. 

Sepanjang perjalanan pulang  dari sekolah pikiranku dipenuhi dengan beberapa "teguran" yang aku dapatkan sejak pagi tadi. Dari hari ini aku pun kemudian belajar bahwa dengan menjadi guru bukan berarti tahu segalanya. Ilmu yang aku miliki selama ini merupakan milik Allah dan hak Allah untuk memberikan pada hamba-Nya. Mungkin selama ini hatiku belum benar-benar lapang untuk menerima segala ilmu dari Allah sehingga masih banyak ketidaktahuanku. Bagaimanapun pekerjaanku saat ini adalah pilihan yang telah kupilih dan tak lepas dari takdir-Nya.

Mulai saat ini aku terus berdoa agar Allah meridhoi pekerjaanku. Aku selalu berdoa agar Allah memberikan kesehatan selalu bagiku. Serta berdoa agar aku senantiasa dijauhkan dari rasa malas. Khusunya di bulan ramadan ini, semoga menjadi awal langkahku untuk terus berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Lalu seperti di awal, aku bertekad untuk terus semangat memberi contoh yang baik untuk murid-muridku.

Juga mengenai kesadaran, semangat masih ada setengah hari menuju waktu berbuka.




*cerita ditulis berdasarkan pengalaman TS pribadi*



firdainayahAvatar border
pulaukapokAvatar border
VeonicarinAvatar border
Veonicarin dan 14 lainnya memberi reputasi
15
632
28
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan