Kaskus

Food & Travel

cangkeman.netAvatar border
TS
cangkeman.net
Mengenal Macam–macam Tumpeng Nasi Putih yang Penuh Makna
Mengenal Macam–macam Tumpeng Nasi Putih yang Penuh Makna

Cangkeman.net - Pada tulisanku sebelumnya telah membahas mengenai macam-macam tumpeng berdasarkan warnanya, salah satunya adalah tumpeng yang terbuat dari nasi putih tanpa diberi tambahan warna apapun. Tulisan kali ini akan membahas lebih lanjut mengenai tumpeng nasi putih karena tumpeng ini memiliki banyak macam. Nah, berikut merupakan jenis-jenis tumpeng yang yang termasuk ke dalam tumpeng nasi putih.

1. Tumpeng Duplak
Seperti kebanyakan tumpeng pada umumnya, Tumpeng Duplak memiliki bentuk kerucut. Namun, yang menjadi ciri khas tumpeng jenis ini adalah adanya ‘kawah’ di bagian puncak tumpeng. Untuk membentuk cekungan ‘kawah’ tersebut dibutuhkan telur rebus yang masih berkulit. Telur rebus terlebih dahulu diletakkan dalam kukusan yang akan digunakan untuk mencetak nasi, kemudian barulah nasi dimasukkan pada kukusan, sehingga ketika nasi tumpeng disajikan akan terbentuk cekung menyerupai kawah gunung pada puncak tumpeng. Tumpeng ini dilengkapi dengan lauk pauk berupa sambal goreng daging giling, capcai, acar mentimun, semur daging atau terik daging sapi, telur pindang, telur ceplok, perkedel, kerupuk udang dan rempeyek kacang. Makna dari pembuatan tumpeng duplak adalah sebagai simbol permohonan agar doa atau hajat yang diinginkan dapat dikabulkan oleh Tuhan.

2. Tumpeng Kendhit
Tumpeng Kendhit terbuat dari nasi putih biasa, tetapi pada sekeliling bagian tengah-luar tumpengnya terdapat bagian nasi yang diberi warna kuning dari air kunyit. Tumpeng Kendhit menjadi simbol permohonan keselamatan. Tujuan dari penyajian tumpeng ini adalah untuk memohon perlindungan dari berbagai macam gangguan dan kesulitan hidup yang disimbolkan dengan lilitan nasi warna kuning pada sekeliling tumpeng. Lauk-pauk pendamping Tumpeng Kendhit serupa dengan lauk yang ada pada Tumpeng Duplak, yakni sambal goreng daging giling, capcai, acar mentimun, semur daging, terik daging, telur ceplok, perkedel, kerupuk udang, dan rempeyek kacang.

3. Tumpeng Megana
Tumpeng Megana dilengkapi dengan berbagai macam sayuran rebus seperti kangkung, kacang panjang, kluwih, kol, taoge atau kecambah, dan sayur lainnya yang dicampur dengan bumbu megana. Penggunaan bumbu megana inilah yang menjadikan tumpeng tersebut dinamakan Tumpeng Megana. Selain bumbu megana, yang menjadi ciri khas dari tumpeng jenis ini adalah adanya telur rebus yang dipendam dalam nasi tumpeng, kemudian di bagian puncak tumpeng ditutup dengan daun pisang yang dibentuk kerucut (conthong).

Sama seperti Tumpeng Kendhit, Tumpeng Megana merupakan simbol permohonan keselamatan. Tumpeng ini biasa disajikan untuk upacara kehamilan, misalnya acara tingkepan (selamatan tujuh bulanan ibu hamil). Telur yang ada di dalam nasi tumpeng melambangkan embrio kehidupan bayi. Sedangkan berbagai sayuran yang menjadi pelengkap tumpeng Megana ini menggambarkan harapan bahwa bayi yang akan lahir mendapat kemakmuran hidup sebagaimana kesuburan tumbuh-tumbuhan. Lebih rinci lagi, sayur kacang panjang sebagai simbol umur panjang, bayam bermakna ayem-tentrem atau aman-damai, sayur kluwih bermakna linuwih yang artinya mempunyai kelebihan, dan kangkung memiliki makna jinangkung yang berarti melindungi, selain itu kangkung yang biasanya tumbuh di darat dan di air juga sebagai simbol pengharapan manusia agar mampu hidup di mana saja dengan kondisi apa saja.


4. Tumpeng Pungkur
Tumpeng ini juga merupakan salah satu tumpeng yang berbahan nasi putih. Namun, perbedaan Tumpeng Pungkur dengan tumpeng nasi putih jenis lainnya terletak pada cara penyajiannya. Ketika disajikan, tumpeng harus dibelah menjadi dua secara vertikal dari puncak tumpeng hingga bagian bawah. Kemudian, tumpeng yang telah dibelah tersebut diletakkan saling membelakangi satu sama lain. Dikarenakan posisinya yang saling membelakangi inilah, tumpeng tersebut dinamakan tumpeng pungkur atau yang dalam bahasa jawa disebut saling ‘ungkur-ungkuran’.

5. Tumpeng Pustoko
Tumpeng Pustoko menjadi simbol keyakinan masyarakat dalam mengejar ilmu pengetahuan dengan menyerahkan segala hasil usahanya pada kuasa Tuhan. Pada dasarnya, Tumpeng Pustoko terdiri dari 2 buah tumpeng yang sama-sama terbuat dari nasi putih. Salah satu dari tumpeng tersebut dibelah menjadi dua bagian layaknya Tumpeng Pungkur. Kemudian, tumpeng yang sudah dibelah ini ditata dengan posisi mengapit tumpeng yang utuh. Masing-masing setengah tumpeng yang ada di kanan-kiri tersebut menjadi simbol kepercayaan pada Tuhan dan penghormatan pada raja. Sedangkan tumpeng utuh yang ada di tengahnya merupakan simbol masyarakat yang diapit oleh Tuhan dan raja.

Sebagai pelengkap, Tumpeng Pustoko disajikan bersama cabai merah dan lauk berupa tempe yang masing-masing berjumlah 3 buah. Cabai yang bersifat pedas menggambarkan kritikan dan rintangan yang selalu hadir pada kehidupan masyarakat yang menjadi pendorong untuk meraih cita-cita, sedangkan warna merah cabai sebagai simbol darah dan matahari yang memberikan kehidupan pada manusia. Kemudian, tempe yang merupakan makanan murah dan bermanfaat menjadi penggambaran jiwa rendah hati dan mampu menerima kritik.

6. Tumpeng Robyong dan Tumpeng Gundul
Tumpeng robyong dan tumpeng gundul biasanya disajikan secara bersama pada acara wetonan atau upacara kehamilan. Tumpeng Gundul merupakan simbol dari sikap rendah hati seseorang. Tampilan Tumpeng Gundul dan Tumpeng Robyong ini hampir sama satu sama lain, yakni dibuat dari nasi putih dan dilengkapi dengan telur rebus. Akan tetapi, telur pada Tumpeng Robyong diletakkan di bagian puncak tumpeng dan ditusuk dengan lidi yang ujungnya dililit kapas. Makna antara Tumpeng Robyong yakni melambangkan permohonan orang yang dibuatkan tumpeng selalu dikelilingi (diobyong-obyongi) sanak saudara dan tetangga. Selanjutnya, pada setiap sisi tumpeng robyong juga ditusuk dengan lidi yang mengarah pada 4 arah mata angin. Lidi-lidi tersebut merupakan simbolisasi dari falsafah Jawa 'Sedulur Papat Limo Pancer'. Pelengkap lain pada tumpeng ini adalah cabai merah, bawang merah, dan terasi yang ditancapkan pada puncak tumpeng.


Tulisan ini ditulis oleh Nurul Fatin Sazanah di Cangkeman pada tanggal 18 Juli 2022.
0
1.3K
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan