mx667Avatar border
TS
mx667
Nyari Kerja Lagi
Setelah 1 tahun setengah bekerja sebagai Front-end Web Developer di salah satu perusahaan di kota Bandung, saya akhirnya memutuskan untuk nyari kerja lagi di tempat lain. Kalau sebelumnya saya nyari kerja di Instagram dan Facebook, kali ini saya nyari kerja lewat LinkedIn. Kalau di Facebook itu sebelumnya kan saya nyari kerja lewat grup-grup Facebook, misal kaya JavaScript Indonesia, React JS Indonesia, dan sebagainya. Kalau di Instagram dulu saya nyari kerja lewat akun-akun Instagram berbau IT dan juga hashtag tertentu, misal: #lowongankerjaprogrammer #lokerprogrammer dan seterusnya.



Kali ini saya tertarik nyari kerja lewat Glints dan LinkedIn. Nyari kerja di Glints dan LinkedIn ternyata cukup menarik dan lebih baik. Karena selain ketemu lowongan kerja di luar negeri, saya juga bisa dihubungi berbagai recruiter untuk nawarin saya kerja di perusahaan-perusahaan tersebut. Tapi secara keseluruhan tetap LinkedIn menurut saya yang terbaik karena disitu memang tempat yang udah terkenal nyari kerja, baik dari dalam negeri dan luar negeri.



Glints dan LinkedIn kurang lebih fiturnya sama, kita bisa pamerkan berbagai macam skill, pengalaman, pendidikan, sertifikat, CV, dan lain sebagainya. Kalau di LinkedIn bahkan kita bisa post seperti sosial media, like post orang, share post orang, dan sebagainya. Nah maksud saya bikin konten ini adalah untuk ngasih tau ke teman-teman untuk nyari kerja lewat LinkedIn saja dan saya juga mau cerita pengalaman saya nyari kerja kali ini dengan kegagalan-kegagalan yang saya alami, barangkali bisa jadi pelajaran.



Gagal Berkali-Kali

Saya udah coba berkali-kali melamar ke berbagai perusahaan, mengikuti interview, dan technical test, tapi berkali-kali juga saya gagal. Berikut beberapa hal yang mungkin membuat saya gagal:



1. Gagal nyebutin lifecycle di React JS

Saya pernah menghadapi user interview dimana saya disitu ditanyai beberapa hal soal React JS, karena memang lowongannya itu adalah React Engineer pada saat itu. Pada saat itu saya gak mempelajari dulu pertanyaan apa saja yang mungkin ditanya jika melamar pekerjaan sebagai React JS. Harusnya saya lihat dulu di Google, baca sedikit mengenai wawancara React JS itu seperti apa.

Nah di user interview tersebut saya ditanya soal lifecycle di React JS yang saya gak bisa jawab. Beberapa kali saya bilang kata "mungkin" dan "lupa" yang membuat seolah-olah saya gak ngerti soal React JS, padahal cuma masalah lupa saja yang jika dicari di Google bisa ingat lagi. Jadi tu sebenarnya lifecycle di React JS atau Vue JS itu adalah urutan bagaimana sebuah component dibuat, diupdate, sampai dihancurkan atau destroyed, atau unmount.



Di dalam beberapa fase kehidupan component tersebut, kita bisa menggunakan beberapa method atau function bawaan dari framework tersebut. Misal kalau di functional component React JS ada useEffect, kemudian di class component React JS ada function namanya componentDidMount, componentWillUnmount, kemudian kalau di Vue JS, ada beforeCreate, created, beforeMount, mounted, beforeUpdate, updated, beforeDestroy, destroyed, serta fetch dan asyncData di Nuxt JS.

Kita tinggal nyebutin urutan dan fungsi singkatnya saja. Akhirnya gara-gara ditanya lifecycle dari framework JavaScript seperti ini, saya kalau ada user interview lagi jadi belajar dulu lifecycle-nya, ngafalin bentar atau baca sedikit-sedikit.



2. Gagal bikin game sederhana



Saya juga pernah menghadapi sebuah user interview dimana disitu saya disuruh membuat sebuah game sederhana yang bernama Word Master. Word Master ini adalah sebuah game sederhana untuk tebak kata. Memang sederhana tapi ketika dites, saya belum bisa menyelesaikan pembuatan game ini walau sudah dikasih waktu 2,5 jam. Untuk tahu bentuk gamenya seperti apa, bisa diakses disini ya https://octokatherine.github.io/word-master/



3. Gak ngerti soal permasalahan deep copy yang ada di JavaScript



Jadi sebenarnya di bahasa pemrograman JavaScript, ada suatu permasalahan dimana ketika mencoba mengubah array dari variable lain, maka variable yang gak diotak-atik bisa ikut berubah isinya. Untuk penjelasan lebih mudah bisa dilihat di video saya berikut ini, di menit ke 07:15:





4. Koneksi putus-putus pas interview dengan HRD

Ini sebenarnya cukup memalukan ya, karena pewawancara jadi ngomong berulang-ulang dan kasihan. Setiap ada omongan yang kurang jelas, saya selalu minta untuk diulang. Saya pernah interview dengan HRD dari sebuah perusahaan yang sepertinya tidak melanjutkan saya ke tahap recruitment selanjutnya karena koneksi yang putus-putus. Padahal saya bisa menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari HRD dengan bagus. Saya kurang tahu kenapa koneksi bisa putus-putus.

Mungkin karena pakai Microsoft Teams, harus on-cam, pewawancara yang tinggal di Eropa, saya kurang tahu jelas alasannya. Kebetulan wawancara kali ini dengan perusahaan luar negeri.



5. Gak bisa on-site

Beberapa kali saya sengaja melamar pekerjaan yang on-site padahal saya sendiri tidak bisa on-site. Saya lebih prefer pekerjaan yang WFH atau bisa remote. Alhasil mungkin karena alasan inilah saya ditolak walaupun proses interview dan technical test sudah berjalan lancar.



6. Gagal nego gaji

Pernah saya ditawari gaji 6-7 juta tapi saya tolak karena iseng pengen gaji 12 juta, hahaha. Ternyata gaji segitu belum masuk budget perusahaan untuk programmer web front-end dengan skill dan pengalaman seperti saya. Ya sudah saya cari kerja di tempat lain.



Ya kurang lebih seperti itu pengalaman saya nyari kerja. Nah uniknya kalau nyari kerja di perusahaan dalam negeri itu gampang banget untuk dipanggil interview di LinkedIn ini. Entah karena profil LinkedIn saya yang bagus, atau alasan yang lain. Cuma untuk perusahaan atau startup besar seperti Gojek, Bukalapak, dan sebagainya itu agak sulit. Beberapa kali juga saya mencoba melamar pekerjaan di perusahaan luar negeri, dan sempat beberapa kali diajak wawancara dari LinkedIn ini.

Menariknya, saya sebagai front-end web developer sering menemui lowongan kerja yang mewajibkan kita untuk bisa TypeScriptdan GraphQL. Lalu banyak juga yang menerapkan TDD (Test Driven Development) di perusahaan mereka. TDD ini biasanya ada yang unit testing, integration testing, component testing, end2end testing. Bisa salah satu, salah dua atau salah tiga dari testing tersebut. Gak ada salahnya untuk teman-teman front-end coba mempelajari TypeScript dan TDD. Lalu ada lowongan untuk blockchain dan web3 juga yang mulai bermunculan.
Diubah oleh mx667 17-07-2022 06:52
0
632
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan