- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
KESUSASTRAAN INDONESIA PADA PERIODE ORDE BARU


TS
rufaidakhair283
KESUSASTRAAN INDONESIA PADA PERIODE ORDE BARU
Sastra pertama kali muncul dari ketertarikan pengarang pada kondisi sosial dan munculnya ketegangan tentang budaya mereka. Sastra sering dihadirkan sebagai potret masyarakat yang menggambarkan keadaan masyarakat pada waktu itu. Sastra memberikan pemahaman yang unik tentang konteks sosial, keyakinan, cita-cita dan harapan individu yang benar-benar mewakili kebudayaan mereka.
Kesusastraan Indonesia telah melewati berbagai proses sesuai periodisasi dan karakteristiknya. Salah satu periode sastra yang melewati berbagai problem ialah kesusatraan Indonesia periode orde baru. Menurut Ajip Rosidi, periode ini merupakan suatu kenyataan sejarah bahwa sudah sejak awal pertumbuhan sastrawan-sastrawan di Indonesia menunjukkan perhatian yang serius kepada politik. Keith Foulcher dalam salah satu Majalah Prisma No. 8 tahun 1988, menguraikan tentang perkembangan sastra Indonesia pada masa Orde Baru selama 22 tahun (1966-1988).
Keith Foulcher menjelaskan perkembangan sastra Indonesia pada masa Orde Baru selama kurun waktu 22 tahun (1966-1988). Di awal tulisannya, Foulcher menjelaskan bahwa ada dua generasi karya sastra Indonesia, yaitu generasi 19.
Keith Foulcher menyatakan bahwa terjadinya perubahan dalam sastra Indonesia sekitar tahun 1965. Terdapat pola perhatian dalam hubungan antara perkembangan sastra, isu sosial dan politik, upaya untuk menemukan ekspresi fiksi yang cocok, menyampaikan retorika puisi, serta perdebatan tentang hubungan antara seni dan masyarakat. Maka semuanya akan diganti dengan pola yang baru.
Pada akhir 1970-an hingga awal 1980-an, Keith Foulcher semakin subjektif dalam usahanya untuk mengenal dunia sampai pada titik monopoli. Bahwa bahasa yang merupakan simbol yang unik, dan internasionalisme yang mengancam tiruan kuno. Pada waktu itu, Danarto menjadi penulis terkenal, bahkan menjadi lebih penting karena antologi cerpennya. Adam Ma'rifat diterbitkan oleh Penerbit Balai Pustaka (1982), akan tetapi Foulcher mengkritiknya karena secara bertahap mulai kehilangan vitalitasnya dibandingkan dengan cerita-cerita sebelumnya.
0
300
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan