Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

j.16Avatar border
TS
j.16
Rumah Kedua
     
Rumah Kedua




Slamet adalah pemuda yang berasal dari salah satu daerah di Jawa Tengah, dia merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Sayangnya saat ia baru sampai di kota, dia tidak sadar jika ia kecopetan.

" Duh Gusti, aku dicopet! " Paniknya. " Pak! tolong saya dicopet. Duh bagaimana ini? "

Orang - orang disekitarnya hanya melihat Slamet dan sama sekali tidak ada yang berniat mendekat.

" Makannya hati - hati. Namanya juga kota besar banyak copet dan malingnya. " Cletuk salah satu orang yang berlalu lalang.

Slamet bingung, karena semua uang yang dibawa serta handphonenya juga hilang. Naasnya dia juga tidak punya sanak sodara disini, lalu bagaimanakah dia akan bertahan hidup dikota ini?

Slamet berusaha minta tolong pada orang lain, " Pak tolong sa- "

" Nggak nggak! Saya sibuk! " Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya. Orang itu sudah lebih dulu pergi.

Sudah satu jam dia berjalan tanpa tujuan dan tidak ada juga orang yang mau menolongnya. Bahkan mereka sengaja kabur dan mengabaikan Slamet yang minta tolong baik - baik.

Sembari berpikir akan kemana lagi, Slamet memilih beristirahat karena ia lelah setelah melakukan perjalanan jauh. Dia memilih beristirahat disalah satu bangun toko yang sudah tutup.

" Ya Allah, aku harus bagaimana ini? Gak ada orang yang mau menolongku. " Keluhnya. " Nasib - nasib, apes banget. "


Saat Slamet sedang melihat ke sekelilingnya, matanya tidak sengaja menangkap sebuah benda yang bentuknya seperti dompet. Dia pun mengambil dompet itu.

"Loh, dompet siapa ya ini? "

Slamet lalu memeriksa isi dompet itu, berharap bisa menemukan siapa pemilik dompet, ada banyak uang juga di dompet tersebut. Slamet menelan ludah, sebenarnya dia sangat lapar sekarang, dia bisa saja mengambil uang itu dan tidak perlu mengembalikan dompetnya.

Tapi Slamet tidak melakukannya, karena dia tahu orang yang punya dompet ini pasti kebingungan mencari dompet tersebut. Dia tidak mau orang lain merasakan apa yang ia alami. Akhirnya, dia bertekad untuk mengembalikan dompet ini pada pemiliknya setelah menemukan kartu identitas si pemilik. Meskipun dia sendiri bingung karena tidak paham dengan daerah dikota ini. Biarlah nanti dia bisa bertanya pada orang – orang sekitar.

Setelah berjalan hampir dua jam lamanya dan langit juga sudah gelap, akhirnya Slamet sampai di daerah yang dia yakini si pemilik dompet tinggal disini. Semoga dia cepat bertemu karena dia sudah sangat leleh sekali.

Melihat ada seorang gadis yang berjalan di depannya, Slamet mendekat, " Maaf mbak, permisi saya mau tanya, "

" Iya kenapa Mas? " jawab gadis itu dengan ramah.

" Apa mbak tau alamat orang ini? " Slamet menyodorkan KTP si pemilik dompet.

" Loh ini kan KTP Bang Togar, kok bisa di masnya? "

Slamet bernafas lega, " Mbak kenal orang ini? Bisa anter saya mbak? Saya menemukan dompet orang ini dijalan, dan saya mau kembaliin mbak. "

" Oh begitu, yaudah ikut saya, dia tetangga saya mas. "

Mereka berdua berjalan menuju rumah kontrakan tempat pemilik dompet tersebut tinggal. Slamet mengelap keringat didahinya, dia terlihat sangat lelah. Setelah sampai di sana gadis itu memanggil orang yang bernama Togar itu.

" Ucup, Bang Togarnya ada? " tanya gadis itu pada cowok yang tengah duduk diteras rumah sambil memainkan gitar.

" Eh Memey, bang Togarnya ada, dia baru pulang kerja. Ada apa mey? " tanya Ucup.

" Ini ada yang cari Bang Togar, dia nemuin dompet Bang Togar dijalan. " jelas Memey.

" Wah kok bisa, yaudah aku panggilin sebentar. Duduk dulu mas, Mey.. " katanya sambil melihat Slamet yang terlihat sangat kelelahan.

Tak lama, Ucup keluar membawa minum diikuti Bang Togar. " Ini Mas diminum dulu.. "

Slamet langsung menegak minum yang Ucup berikan, dia benar – benar kehausan. " Makasih Mas, saya haus banget, "

" Iya nggak papa, saya Togar, saya nggak sadar kalo dompet saya jatuh dijalan tadi, setelah saya cari barusan memang tidak ada. Jadi kamu menemukan dompet saya? "

" Iya Bang, saya nemu dompet ini dijalan, ini saya kembalikan. Semoga tidak ada yang hilang. "

" Wah makasih banyak ya, gak ada yang hilang kok. Oiya namamu siapa? Dan dari mana? " Tanya Togar pada cowok yang terlihat lebih muda darinya.

" Saya Slamet, saya dari kampung dan baru sampai dikota ini, " Slamet lalu menceritakan kejadian yang ia alami hari ini pada Togar, Ucup dan Memey yang mendengarkan dengan baik. Mereka terkejut mendengar cerita pemuda itu dan Ucup langsung mengambilkan makanan agar Slamet bisa makan lebih dulu.

Setelah Slamet selesai makan, mereka kembali mengobrol, " Makasih banyak ya Bang Togar, Ucup dan Memey. "

"Justru aku yang makasih banget sama kamu Slamet, aku gak tau kalo dompet ini hilang. Oiya, mending kamu tinggal disini saja sama kita, mau kan? Masih ada kamar kosong kok disini. " saran Bang Togar.

"Tapi saya kan gak punya uang Bang.. "

" Ya ampun, kamu gak usah mikirin itu dulu Met, kita semua juga merantau kok disini. Aku bisa tinggal disini juga karena Mas Wayan yang bantu aku pas aku kesusahan cari tempat tinggal. " ujar Ucup yang berasal dari Jawa Barat, Sementara Bang Togar berasal dari Batak.

" Iya Mas Slamet, daripada bingung mau kemana, mending tinggal disini dulu sementara, mereka ini orang – orang baik kok, Memey juga sering dibantuin mereka. “ Ujar Memey.

Slamet menggangguk setuju karena dia memang tidak punya rencana pergi kemana lagi. " Iya deh, aku juga belom tau mau kemana, secepatnya aku juga bakal cari kerja. "

" Nah gitu dong, ya sudah sekarang mending kamu istirahat aja, besok kita obrolin lagi. Cup anter ke kamar gih.

" Siapp..."

" Oke deh, kalo gitu aku pamit juga ya, pasti dicariin sama nenek. " pamit Memey.

" Eh, makasih ya Mey tadi sudah anterin ke sini. “ kata Slamet. Gadis itu mengangguk dan berlalu pergi.

Rumah ini adalah rumah kontrakan milik Omay, nenek dari Memey. Selain Togar dan Ucup kontrakan ini juga dihuni oleh Wayan dan Minggus. Mereka semua adalah pemuda – pemuda yang sama – sama datang dari perantauan dan bertemu di kota ini.

Awalnya Togar dan Minggus yang berasal dari Ambon bertemu di tempat kerja yang sama. Mereka juga tinggal di kosan petak yang sama juga. Setahun lalu kos - kosan tempat tinggal mereka tutup karena pemiliknya bangkrut dan kosan tersebut bermasalah. Penghuni kosan petak itu pun harus pindah.

Wayan yang merupakan tetangga kosan mereka yang juga harus pindah kos menemukan rumah kontrakan ini. Lalu mereka bertiga memutuskan untuk mengontrak satu rumah ini, karena rumah ini juga punya banyak kamar dan fasilitasnya lebih lengkap.

Sementara Ucup mulai tinggal disini karena Wayan mengajaknya saat ia butuh tempat tinggal, sebelumnya Ucup tinggal di mes tempatnya bekerja. Ucup mengenal Wayan karena Wayan adalah penyanyi kafe ditempat temannya. Wayan sendiri berasal dari Bali, dan sudah hampir tiga tahun tinggal dikota ini.

Tidak terasa seminggu sudah berlalu Slamet tinggal disini, dia juga sudah berkenalan dengan Wayan dan Minggus. Mereka semua orang yang baik meskipun awalnya Slamet belum terbiasa dengan cara bicara Togar dan Minggus yang keras. Mereka berlima berasal dari latar belakang yang berbeda beda. Tapi bisa bersatu didalam satu rumah ini.

Pagi - pagi Slamet sudah duduk di depan teras untuk merenung. Sebenarnya Slamet masih belum juga mendapatkan pekerjaan, padahal ia sudah berusaha melamar kerja kemana - mana. Tapi belum ada yang memanggilnya. Karena hal ini dia tidak enak menumpang tinggal disini, dia sempat berfikir akan pulang kampung saja jika tidak kunjung mendapatkan pekerjaan.

" Kamu kenapa murung gitu Met? Karena belum dapet kerja? " Wayan tiba - tiba duduk disebelahnya.

" Eh Mas Wayan, iya mas, kayaknya aku mau pulang kampung aja deh. Aku gak enak lama - lama numpang disini. Jadi beban kalian semua." Keluhnya, meskipun Slamet sadar diri dengan ikut membersihkan rumah.

" Loh jangan pulkam dong, masa kamu mau nyerah si Met, kamu gak usah merasa gak enak. Kamu bisa tinggal disini sampe kapan pun, anggap aja ini rumah kedua kamu Met. Kalo butuh apa - apa jangan sungkan sama kita Met. " Kata Wayan lagi.

" Wah ada apa ini pagi - pagi,.. " Bang Minggus yang baru keluar dari kamar ikut bergabung dengan Wayan dan Slamet. Dia sudah terlihat rapih di hari Minggu yang cerah ini.

Wayan menceritakan kegalauan yang dialami Slamet, " Tenang aja Met, kita pasti bantu kamu cari pekerjaan, anggap saja kita ini satu keluarga, kamu tidak usah sungkan - sungkan. " Kata Bang Minggus menenangkan.

Slamet mengangguk lega, dia bersyukur sekali bertemu orang - orang yang baik ini. Dia juga menjadi lebih semangat sekarang. " Iya bang, makasih ya.. "

" Iya semangat! Mana ini Togar, lama sekali mau ke Gereja saja. " Keluh Bang Minggus karena temannya tidak kunjung muncul. " Oi Togar.. cepatlah.."

Dua minggu kemudian akhirnya Slamet diterima kerja di salah satu restoran yang tempatnya tidak jauh dari rumah kontrakan ini. Slamet senang sekali meski hanya bekerja sebagai waiters. Dia berjanji gaji pertamanya akan digunakan untuk mentraktir teman satu rumahnya ini dan juga Memey. Selama hampir satu bulan Slamet cukup betah bekerja di tempat itu, meskipun saat restoran ramai sangat melelahkan. Tapi dia tidak mengeluh, yang namanya bekerja pasti ada lelahnya.

Akhirnya hari yang ditunggu Slamet tiba, tadi dia menerima gaji pertamanya, dia pulang dengan senyuman super lebar.

" Assalamualaikum.. " salamnya pada Ucup dan Wayan yang sedang bernyanyi sambil bergitar diteras.

" Waalaikumsalam, kenapa Met? Seneng banget kayaknyaa.. " kata Ucup.

" Wah kayaknya ada yang baru dapet rejeki nih Cup. " Timpal Wayan.

" Hehe iyaa dong, Alhamdulillah aku udah gajian tadi. " Slamet tersenyum senang. " Bang Togar sama Bang Minggus ada kan? Kita makan yuk, aku traktir.. "

" Widihh gaji pertama nih, ciyee... " Ledek Ucup.

" Nggak usah Met, pake aja buat kebutuhanmu. Atau di tabung. " Tolak Wayan, dia tahu kebutuhan Slamet pasti banyak.

" Nggak papa aku udah janji traktir kalian, ya meski cuma makan di warteg sih. " Kata Slamet malu - malu.

" Wah kalo janji sih harus di tepati, karena itu hutang Met... " Canda Ucup lagi. " Mau di warteg atau mana aja gak papa yang penting kenyang. "

" Nah iya Cup, mumpung semua lagi dirumah ayok lah kita makan. Nanti aku ajak Memey juga sekalian. " Ucap Slamet semangat.

" Ya udah, sana panggil Bang Togar sama Bang Minggus Cup. " Ujar Wayan pada Ucup.

" Siapp.. "

Setelah sampai di warteg yang letaknya tidak jauh dari rumah mereka. Slamet, Ucup, Wayan, Bang Togar, Bang Minggus dan juga Memey memesan makanan yang mereka mau. Slamet merasa senang sekaligus terharu, dia tidak menyangka bisa bertemu orang - orang baik.

Padahal mereka semua sama sekali tidak punya hubungan saudara atau apapun, tapi mereka sudah seperti keluarga yang saling membantu jika ada yang kesusahan.

" Yey kenyang, makasih Mas Slamet udah mau traktir Memey makan. " Ucap Memey.

" Iya sama - sama, ini sebagai tanda terimakasih karena kalian semua baik sama aku. " Kata Slamet. " Kalo aku gak ketemu kalian, mungkin aku luntang - lantung gak jelas dijalanan, gak punya uang, gak kenal siapa - siapa disini. "

Semuanya menganguk setuju, untuk bertahan hidup dikota besar memanglah tidak mudah. Apalagi saat kondisi tidak kenal siapa - siapa dan tidak punya uang sepeserpun.

" Sama - sama, semoga kita bisa tetap menjadi keluarga ya. Dan bisa terus saling membantu satu sama lain. Menjadi rumah kedua setelah keluarga di kampung. " Kata Bang Togar.

" Aamiin... " jawab semuanya serentak.

Sepulangnya dari warteg, Slamet meminjam handphone Ucup untuk mengabari emaknya dikampung. Sejak pergi dari rumah dan handphonnya hilang Slamet belum pernah memberi kabar karena dia takut dan tidak ingin emaknya khawatir jika tau dia kecopetan dan kesulitan mencari pekerjaan. Untungnya dia punya catatan nomer telpone Buliknya di kampung karena emaknya tidak punya handphone.

" Assalamualaikum Bulik,.. "

" Waalaikumsalam, iya siapa ya? "jawab Bulik.

" Bulik, ini Slamet.. "

" Ya gusti! Slamet? Apa kabar le? Kamu dari mana saja, kenapa baru ngabarin to.. "

" Maaf bulik, ceritanya panjang. Mamak ada? "

" Sebentar bulik cari dulu.. "

Terdengar suara grasak - grusuk dari seberang telepon, lalu tak lama suara Mamak terdengar.

" Slamett! Ya Allah kemana aja kamu, mamak nyariin kamu. Kenapa hapemu gak pernah aktif lee.. "

" Iya mak, maaf yaa ... " Lalu Slamet menceritakan semua yang dia alami sejak insiden kecopetan itu hingga sekarang dia sudah dapat kerja.

" Sekarang Mamak gak usah khawatir, Slamet baik - baik aja kok disini. Temen - temen Slamet sangat baik Mak, kita semua udah kayak keluarga. "

" Alhamdulillah, keluarga itu gak harus punya ikatan darah le, meskipun kalian dari daerah dan latar belakang yang berbeda tapi kalian selalu ada satu sama lain, itu sudah menjadi keluarga. "


" Iya mak, yaudah Mak hati - hati ya dikampung, salam buat yang lain. "

" Iya le, kamu juga selalu hati - hati. Sering - sering berkabar yaa, Assalamualaikum.. "

" Iya mak, Waalaikumsalam.. "

Kemudian telponnya pun ditutup oleh Slamet, dia lega karena sudah mengabari Mamaknya. Kini Slamet berjanji akan lebih semangat lagi menjalani kehidupannya dan tidak mengeluh.



***



A story by j.16
dulKhabAvatar border
jenggalasunyiAvatar border
provocator.3301Avatar border
provocator.3301 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
1.5K
40
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan