Kaskus

News

tribunnews.comAvatar border
TS
tribunnews.com
Sejarah Karanganyar: Cerita Pertemuan Pangeran Sambernyawa & Nyi Ageng Karang
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra

TRIBUNSOLO.COM - Karanganyar, sebuah kabupaten yang berada di wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah yang telah berusia lebih dari seabad, lebih kurang 104 tahun.

Diusianya itu, banyak folklore dan rekam sejarah yang mengiringi berdirinya Bumi Intanpari itu.

Karanganyar dulu sempat menjadi salah satu wilayah gerilya Raden Mas Said melawan Pemerintah Belanda selama 16 tahun, mulai dari tahun 1741 sampai 1757.

Baca juga: 5 Tempat Wisata Solo Ini Wajib Dikunjungi Wisatawan saat Liburan, Ikonik dan Bersejarah

Baca juga: Sejarah Pasar Ngatpaingan, Awalnya Hanya 3 Warga yang Jualan: Kini Transaksi Capai Puluhan Juta

Dilansir dari berbagai sumber, Karanganyar dulu masih dukuh kecil, tepatnya pada tanggal 19 April 1745 atau Maulud 1670.

Sejarah Karanganyar: Cerita Pertemuan Pangeran Sambernyawa & Nyi Ageng Karang

Tribun Jateng/Agus Iswadi
Situasi di sekitar gapura menuju loket utama Grojogan Sewu Tawangmangu Karanganyar, Sabtu (6/2/2021).

Nama Karanganyar, menurut cerita rakyat, dicetuskan Raden Mas Said atau dikenal dengan Pangeran Sambernyawa atau Mangkunegaran I.

"Pada waktu Raden Mas Said berperang melawan Belanda selama 16 tahun, pernah bertemu dengan Nyi Ageng Karang," terang pemerhati sejarah, KRTH Hartono Wicitro Kusumo kepada TribunSolo.com.

Baca juga: Jawaban Menohok David Alaba Saat Dibanding-bandingkan dengan Sergio Ramos, Ingin Cetak Sejarah Baru

Nyi Ageng Karang juga dikenal dengan nama Raden Ayu Sulbiyah, istri Pangeran Diponegoro dari Keraton Mataram di Kartasura.

Nyi Ageng Karang bertemu dengan Raden Mas Said saat sedang mengasingkan diri di hutan setelah suaminya ditangkap Belanda dan diasingkan ke Afrika Selatan.

Pertemuan itu sesuai dengan petuah yang didapatkan saat pengasingan, ia akan bertemu kesatria yang dikawal tiga pengikutnya. Kesatria itu ialah Raden Mas Said.

Baca juga: Sejarah Rowo Jombor Klaten : Kampung yang Ditenggelamkan di Zaman Penjajahan Belanda

Dihimpun dari berbagai sumber, Nyi Ageng Karang lantas menceritakan petuah yang diterimanya kepada Raden Mas Said.

Di hutan itu, Raden Mas Said diceritakan bakal diteguhkan menjadi pemimpin baru yang mampu mengayomi masyarakatnya.

Hutan tempat pertemuan Nyi Ageng Karang dan Raden Mas Said itu kemudian diberi nama Karanganyar.

Nyi Ageng Karang sempat memberi petuah kepada Raden Mas Said yang saat itu masih melakukan gerilya.

Baca juga: Sejarah PKI di Boyolali, Ada Sosok Suali Dwidjo S: Pernah Jadi Bupati dan Dieksekusi Mati 

"Raden Mas Said diberi petunjuk Nyi Ageng Karang agar membangun strategi perang sebagaimana orang memakan bubur panas, dari pinggir ke tengah," jelas Hartono.

Strategi itu diterima Raden Mas Said. Ia kemudian mengurangi kekuatan militer Belanda dengan menyerang daerah pinggiran, seperti saran Nyi Ageng Karang.

Tapi sebelum itu terjadi, Nyi Ageng Karang sempat memberikan sesuatu kepada Raden Mas Said.

Dilansir dari Tesis ISI Solo berjudul Kreativitas Ari Kuntarto Dalam Penciptaan Dramatari Kolosal Raden Mas Said, Nyi Ageng Karang memberi jimat wahyu kemenangan berupa burung perkutut. Itu membantu Raden Mas Said agar selalu menang dalam peperangan.

Pada 13 Februari 1755, perjanjian Giyanti antara Pakubuwono III dan Pangeran Mangkubumi terbentuk.

Baca juga: Sejarah Masjid Butuh Sragen : Masjid yang Didirikan Ayah Joko Tingkir, Lebih Tua dari Umur Sragen

Perjanjian itu membagi kerajan Mataram menjadi dua, yakni Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Dukuh Karanganyar saat itu masuk dalam wilayah Kasultanan Yogyakarta.

Raden Mas Said saat itu masih melakukan perlawan terhadap pemerintah Belanda.

Itu memuat pemerintah Belanda kerepotan dan meminta bantuan Paku Buwono III untuk membujuk Raden Mas Said menghentikan perlawanan.

"Maka kemudian keluarlah perjanjian Salatiga, memberi wilayah khusus kepada Mangkunegaran," terang Dosen Sejarah UNS, Warto.

Dilansir dari RPJPD Kabupaten Karanganyar 2005 - 2025, pada tahun 1847, Paku Buwono III mengeluarkan peraturan Staatsblad 1847 Nomor 30 yang berlaku mulai 5 Juni 1847.

Dalam aturan itu, Mangkunegaran terdiri dari tiga Kabupaten Anom, yakni Karanganyar, Wonogiri, dan Malangjiwan.

Baca juga: Sejarah Rowo Jombor Klaten : Kampung yang Ditenggelamkan di Zaman Penjajahan Belanda

Pada Tahun 1917, Mangkunegaran VII membuat tantanan baru, wilayah Karanganyar pun termasuk di dalamnya melalui Ryksblad 1917 Nomor 37.

Aturan itu berlaku mulai pada 20 November 1917.

"Pada pemerintahan Mangkunegaran VII ada penataan administrasi, Karanganyar ditetapkan menjadi Kabupaten," ucap Warto.

Mangkunegaran VII melantik KRT Harjohasmoro sebagai Bupati Karanganyar pada 18 November 1917. (TribunSolo.com)



0
1.7K
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan