Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

adnanamiAvatar border
TS
adnanami
Mainan Warak Ngendog, Tradisi Sebelum Ramadhan yang Ada di Semarang


Dugderan pertama kali dipraktikkan oleh masyarakat Semarang pada tahun 1881 untuk menentukan hari pertama #RamadhanBerkah . Sekarang di zaman modern, Dudgeran dipandang sebagai pesta rakyat dengan pawai panjang. Namun, puncak acara ini tetap sama: ritual penentuan hari pertama puasa di bulan Ramadhan.

Seminggu menjelang puasa, akan diadakan semacam yang disebut pasar DUGDERAN. Pasar ini hanya diadakan setiap tahun sebelum Ramadhan dan ditempatkan di dua masjid agung di Semarang (Masjid Agung Semarang dan Masjid Agung Jawa Tengah). Pasar akan berakhir saat matahari terbenam ketika walikota dan ulama masjid agung mengumumkan waktu puasa di depan masyarakat, dan pidato dalam bahasa Jawa.

Dalam acara ini ada ikon yang wajib ada, yaitu Warak Ngendog. Warak Ngendok adalah seekor kambing dengan patung kepala naga. Warak berasal dari bahasa Arab, wara ' yang berarti menjauhi hal-hal yang tidak berguna, sedangkan ngendog berasal dari kata endog (telur) artinya bertelur. Patung tersebut dilengkapi dengan beberapa butir telur rebus sebagai simbol bahwa makhluk tersebut sedang bertelur. Hal ini terkait dengan peristiwa krisis pangan di Semarang dan telur menjadi barang mewah bagi warga saat itu.



Secara fisik, Warak Ngendog bersifat ambigu. Mengapa? Sepertinya kombinasi antara kambing, naga dan unta. Versi lain menggambarkannya sebagai campuran antara kuda, singa cina, banteng dan sebagainya. Dan pada beberapa mainan Warak Ngendog terdapat telur yang diletakkan di sela-sela kakinya atau tepat di bawah ekornya. Warak Ngendog diyakini sebenarnya adalah representasi dari tiga suku utama yang tinggal di Semarang. Seperti terlihat bahwa Semarang secara demografis mayoritas penduduknya adalah orang Jawa, diikuti oleh orang Tionghoa dan Arab yang memiliki pengaruh tersendiri mewarnai wajah budaya Semarang. Jadi kenapa bisa? Unsur jawa direpresentasikan melalui tubuhnya yang menyerupai kambing jawa. Sementara kepalanya menunjukkan pengaruh Tiongkok, naga tampak. Dan kemudian orang Arab diwakili oleh rambut keritingnya. Atau dalam versi lain Arab muncul melalui lehernya.


Filosofi Warak Ngendog setahu saya di sini adalah wajah orang Semarang itu sendiri. Sudut kepala dan tubuhnya yang lurus menunjukkan keterusterangan yang menjadi ciri khas Semarang. Sebagai mainan, dijual minimal Rp 15.000 dan dilengkapi roda untuk anak-anak. Sekarang sudah menjadi salah satu icon Semarang. Warak Ngendog dapat dilihat dalam beberapa kesempatan khususnya yang berkaitan dengan Semarang, dan akan dikembangkan menjadi ikon khas, tidak hanya untuk perayaan Ramadhan sebagai fungsi asalnya tetapi juga untuk simbol pariwisata Semarang.



Referensi:
1.barongsai
2.miniatur
3.karnaval
0
506
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan