- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengenal Karl Wallenda, Sang Legenda Sirkus Dunia


TS
diaz420
Mengenal Karl Wallenda, Sang Legenda Sirkus Dunia
Siapa yang nggak kenal dengan sebuah acara hiburan bernama Sirkus? Sebuah acara yang menampilkan berbagai macam atraksi mulai dari yang unik hingga yang ekstrem. Dalam sebuah acara sirkus, ada satu atraksi yang menampilkan seseorang atau sebuah kelompok yang mampu berjalan di atas seutas tali yang dibentangkan dari satu titik ke titik yang lain di atas permukaan tanah. Atraksi ini adalah salah satu atraksi paling ekstrem yang kerap dipertunjukkan di sebuah acara sirkus. Nah, tahukah kalian kalau ada satu sosok pemain sirkus legendaris dunia yang dikenal dengan atraksi berjalan di atas talinya ini? Seperti apakah sosoknya? Langsung aja...


Pada 6 Juli 1944, ada sebuah insiden yang nyaris merenggut nyawa para anggota The Flying Wallenda.
Kejadiannya terjadi di Hartford, Connecticut saat Ringling Brothers and Barnum & Bailey Circus tengah tampil di kota itu. Saat itu, ada sekitar 8.000 penonton yang hadir untuk menyaksikan sirkus. Acara pun berjalan lancar pada awalnya, namun usai atraksi pawang singa berakhir, tibalah giliran The Flying Wallenda beraksi. Di tengah aksi mereka, para pemain musik pengiring memberikan sinyal kepada pembawa acara sirkus bahwa tenda sirkusnya terbakar. Para penonton sempat mencium bau gosong di sekitarnya dan mulai menyadari kalau tenda sirkusnya terbakar. Si pembawa acara berusaha semaksimal mungkin untuk menenangkan para penonton, sayangnya akibat yang merambat dengan cepat, Ia tidak bisa menenangkan para penonton. Timbullah histeria massa di tengah kobaran api. Beberapa diantara mereka ada yang berhasil selamat, termasuk semua anggota The Flying Wallenda. Namun, akibat kejadian tersebut sebanyak 167 orang meninggal dunia dan lebih dari 700 orang penonton mengalami luka bakar akibat peristiwa tersebut. Peristiwa kebakaran tersebut merupakan salah satu “Peristiwa Kebakaran Paling Mematikan Sepanjang Sejarah Amerika Serikat”.
Ringling Brothers and Barnum & Bailey Circus dituntut akibat peristiwa tersebut. Berdasarkan keputusan pengadilan pada tahun 1944, mereka dikenakan biaya denda sebesar $5.000.000 (kurs saat itu, kalau dikonversi dengan kurs sekarang, dendanya sekitar 72,1 Miliar Rupiah). Usai pengadilan dijalani, proses investigasi pun terus berlanjut. Ada 5 orang petinggi sirkus yang dituduh sebagai pelaku, dengan 4 diantaranya sempat mendekam di penjara (walau hanya sebentar sih…). Meski demikian, semua terduga tersangka akhirnya dimaafkan. Tapi, pada tahun 1950 ada sebuah fakta mengejutkan yang terungkap.
Salah satu pegawai sirkus bernama Robert Dale Segeemengaku kalau dirinyalah pelaku utama dibalik kejadian di kota Hartford. Namun, kalau kita pikir dengan logika, alasan mengapa Ia “sengaja” membakar tenda sirkus tersebut sangatlah tidak masuk akal. Berikut penuturannya :
Pihak Kepolisian pun langsung menjebloskan Segee ke penjara tanpa pikir panjang. Ia pun dijatuhi hukuman 44 tahun penjara. Namun, seiring berjalannya waktu, pengakuan Segee ini sangatlah ganjil. Bagaimana bisa Kepolisian setempat langsung memenjarakannya tanpa melakukan penyelidikan lebih lanjut? Dan untuk menjawab semua keganjilan itu, investigasi lanjutan pun dilakukan. Dan ternyata, Robert Dale Segee dinyatakan positif mengalami gangguan kejiwaan. Tidak hanya itu, pihak penyelidik juga menemukan catatan kriminal yang pernah dilakukan oleh Segee jauh sebelum Ia bergabung dengan Ringling Brothers and Barnum & Bailey Circus. Kebanyakan kasus kejahatan yang Ia lakukan adalah pembunuhan.
Source :
Karl Wallenda
The Flying Wallenda
Spoiler for Siapa itu Karl Wallenda?:

Karl Wallendaadalah salah satu pemain atraksi menantang maut yang disebut sebagai Daredevil. Beliau lahir pada 21 Januari 1905 di Magdeburg, Jerman. Atraksinya yang paling fenomenal adalah berjalan di atas tali. Beliau merupakan putra kedua pasangan Kunigunde (Jameson) dan Engelbert Wallenda, sebuah keluarga pemain atraksi berjalan di atas tali.

Ilustrasi Berjalan di atas Tali
Karl memiliki seorang Kakak bernama Herman Wallendadan seorang Adik Laki-Laki bernama Willi Wallenda. Beliau sudah aktif menjadi seorang Daredevil sejak usianya yang keenam. Saat itu, Beliau di acara sirkus milik keluarganya. Menginjak usia remaja, Beliau pernah mengikuti sebuah kontes yang bisa dibilang...cukup unik. Kontes tersebut bernama “Hand balancer with courage”, sebuah kontes “uji nyali” yang meminta pesertanya untuk melewati berbagai macam rintangan yang sudah disediakan. Dan syarat utama yang harus dipenuhi dalam kontes tersebut adalah pesertanya WAJIB berjalan menggunakan kedua tangannya (Handstand). Karena Karl berasal dari keluarga pemain sirkus, itu bukanlah hal yang sulit baginya. Singkat waktu, Beliau pun keluar sebagai pemenangnya.
Pada tahun 1922, Karl bersama Kakaknya, Herman meneruskan pekerjaan kedua orang tuanya. Selain mereka berdua, mereka merekrut 2 orang lainnya, yaitu Joseph Geiger & Helen Kreis. Helen inilah yang nantinya menjadi istri pertamanya Karl. Karl dan Herman pun resmi mendirikan kelompok atraksi bernama The Flying Wallenda.

The Flying Wallenda
Dari kiri ke kanan : Carla Wallenda (Putri Kandung Karl Wallenda), Karl Wallenda, Raymond Chitty dan Richard Guzman (Suami Carla Wallenda/Menantu Karl Wallenda)
Selama beberapa tahun, The Flying Wallenda melakukan tur ke beberapa negara di Eropa. Hingga satu waktu saat mereka sedang tampil di Kuba, seorang pemilik sirkus bernama John Ringlingtertarik untuk merekrut mereka ke dalam kelompoknya yang bernama Ringling Brothers and Barnum & Bailey Circus. The Flying Wallenda pun menyetujui tawaran John dan pada tahun 1928, The Flying Wallenda memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat.

John Ringling
Debut The Flying Wallenda bermula saat Ringling Brothers and Barnum & Bailey Circus tampil di Madison Square Garden. Mereka beraksi di atas tali tanpa menggunakan jaring pengaman. Mereka pun berhasil menunjukkan atraksinya dengan sempurna dan mendapatkan sambutan meriah dari penonton. Sejak saat itu, The Flying Wallenda pun kian populer di dunia sirkus.
Di tahun 1938, ada satu ide gila dari Karl yang menurutnya akan sangat fenomenal jika Ia dan seluruh anggota The Flying Wallenda sukses mengeksekusinya dengan sempurna. Namun, ide tersebut Karl tahan hingga beberapa tahun lamanya.

Ilustrasi Berjalan di atas Tali
Karl memiliki seorang Kakak bernama Herman Wallendadan seorang Adik Laki-Laki bernama Willi Wallenda. Beliau sudah aktif menjadi seorang Daredevil sejak usianya yang keenam. Saat itu, Beliau di acara sirkus milik keluarganya. Menginjak usia remaja, Beliau pernah mengikuti sebuah kontes yang bisa dibilang...cukup unik. Kontes tersebut bernama “Hand balancer with courage”, sebuah kontes “uji nyali” yang meminta pesertanya untuk melewati berbagai macam rintangan yang sudah disediakan. Dan syarat utama yang harus dipenuhi dalam kontes tersebut adalah pesertanya WAJIB berjalan menggunakan kedua tangannya (Handstand). Karena Karl berasal dari keluarga pemain sirkus, itu bukanlah hal yang sulit baginya. Singkat waktu, Beliau pun keluar sebagai pemenangnya.
Pada tahun 1922, Karl bersama Kakaknya, Herman meneruskan pekerjaan kedua orang tuanya. Selain mereka berdua, mereka merekrut 2 orang lainnya, yaitu Joseph Geiger & Helen Kreis. Helen inilah yang nantinya menjadi istri pertamanya Karl. Karl dan Herman pun resmi mendirikan kelompok atraksi bernama The Flying Wallenda.

The Flying Wallenda
Dari kiri ke kanan : Carla Wallenda (Putri Kandung Karl Wallenda), Karl Wallenda, Raymond Chitty dan Richard Guzman (Suami Carla Wallenda/Menantu Karl Wallenda)
Selama beberapa tahun, The Flying Wallenda melakukan tur ke beberapa negara di Eropa. Hingga satu waktu saat mereka sedang tampil di Kuba, seorang pemilik sirkus bernama John Ringlingtertarik untuk merekrut mereka ke dalam kelompoknya yang bernama Ringling Brothers and Barnum & Bailey Circus. The Flying Wallenda pun menyetujui tawaran John dan pada tahun 1928, The Flying Wallenda memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat.

John Ringling
Debut The Flying Wallenda bermula saat Ringling Brothers and Barnum & Bailey Circus tampil di Madison Square Garden. Mereka beraksi di atas tali tanpa menggunakan jaring pengaman. Mereka pun berhasil menunjukkan atraksinya dengan sempurna dan mendapatkan sambutan meriah dari penonton. Sejak saat itu, The Flying Wallenda pun kian populer di dunia sirkus.
Di tahun 1938, ada satu ide gila dari Karl yang menurutnya akan sangat fenomenal jika Ia dan seluruh anggota The Flying Wallenda sukses mengeksekusinya dengan sempurna. Namun, ide tersebut Karl tahan hingga beberapa tahun lamanya.
Spoiler for Kebakaran Hatford:

Pada 6 Juli 1944, ada sebuah insiden yang nyaris merenggut nyawa para anggota The Flying Wallenda.
Kejadiannya terjadi di Hartford, Connecticut saat Ringling Brothers and Barnum & Bailey Circus tengah tampil di kota itu. Saat itu, ada sekitar 8.000 penonton yang hadir untuk menyaksikan sirkus. Acara pun berjalan lancar pada awalnya, namun usai atraksi pawang singa berakhir, tibalah giliran The Flying Wallenda beraksi. Di tengah aksi mereka, para pemain musik pengiring memberikan sinyal kepada pembawa acara sirkus bahwa tenda sirkusnya terbakar. Para penonton sempat mencium bau gosong di sekitarnya dan mulai menyadari kalau tenda sirkusnya terbakar. Si pembawa acara berusaha semaksimal mungkin untuk menenangkan para penonton, sayangnya akibat yang merambat dengan cepat, Ia tidak bisa menenangkan para penonton. Timbullah histeria massa di tengah kobaran api. Beberapa diantara mereka ada yang berhasil selamat, termasuk semua anggota The Flying Wallenda. Namun, akibat kejadian tersebut sebanyak 167 orang meninggal dunia dan lebih dari 700 orang penonton mengalami luka bakar akibat peristiwa tersebut. Peristiwa kebakaran tersebut merupakan salah satu “Peristiwa Kebakaran Paling Mematikan Sepanjang Sejarah Amerika Serikat”.
Ringling Brothers and Barnum & Bailey Circus dituntut akibat peristiwa tersebut. Berdasarkan keputusan pengadilan pada tahun 1944, mereka dikenakan biaya denda sebesar $5.000.000 (kurs saat itu, kalau dikonversi dengan kurs sekarang, dendanya sekitar 72,1 Miliar Rupiah). Usai pengadilan dijalani, proses investigasi pun terus berlanjut. Ada 5 orang petinggi sirkus yang dituduh sebagai pelaku, dengan 4 diantaranya sempat mendekam di penjara (walau hanya sebentar sih…). Meski demikian, semua terduga tersangka akhirnya dimaafkan. Tapi, pada tahun 1950 ada sebuah fakta mengejutkan yang terungkap.
Salah satu pegawai sirkus bernama Robert Dale Segeemengaku kalau dirinyalah pelaku utama dibalik kejadian di kota Hartford. Namun, kalau kita pikir dengan logika, alasan mengapa Ia “sengaja” membakar tenda sirkus tersebut sangatlah tidak masuk akal. Berikut penuturannya :
Quote:
Saat acara berlangsung, Aku sedang tertidur di belakang di belakang panggung untuk beristirahat sejenak. Dalam tidurku, Aku bermimpi melihat seorang prajurit Suku Indian (Suku Pribumi AS) berlari mengejarku. Saat Aku tertangkap, Ia memberitahuku untuk membakar tendanya. Setelah itu, Aku terbangun. Tetapi, entah mengapa tubuhku bergerak dengan sendirinya. Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku saat itu. Aku lihat diriku berjalan ke bagian tenda, lalu Aku bakar tenda itu. Aku kembali kehilangan kesadaranku dan siuman setelah peristiwa itu terjadi. Mimpi buruk itu terus menghantuiku dan membuatku terganggu. Aku putuskan untuk membebaskan diri dari mimpi buruk itu dengan mengakui semua kesalahanku.
Pihak Kepolisian pun langsung menjebloskan Segee ke penjara tanpa pikir panjang. Ia pun dijatuhi hukuman 44 tahun penjara. Namun, seiring berjalannya waktu, pengakuan Segee ini sangatlah ganjil. Bagaimana bisa Kepolisian setempat langsung memenjarakannya tanpa melakukan penyelidikan lebih lanjut? Dan untuk menjawab semua keganjilan itu, investigasi lanjutan pun dilakukan. Dan ternyata, Robert Dale Segee dinyatakan positif mengalami gangguan kejiwaan. Tidak hanya itu, pihak penyelidik juga menemukan catatan kriminal yang pernah dilakukan oleh Segee jauh sebelum Ia bergabung dengan Ringling Brothers and Barnum & Bailey Circus. Kebanyakan kasus kejahatan yang Ia lakukan adalah pembunuhan.
Spoiler for Ide Gila yang Mematikan:
Selang 3 tahun kemudian pada 1947, ide gilanya Karl akhirnya terealisasikan. Dan ide tersebut adalah melakukan aksi piramida manusia setinggi 3 tingkat dengan 7 orang pemain. Sayangnya, aksi tersebut harus berakhir pada 30 Januari 1962, dimana hal tersebut membuat Karl, keluarga dan anggota The Flying Wallenda yang tengah melakukan atraksi piramida manusia terjatuh dari ketinggian. Walaupun aksi tersebut sudah menggunakan jaring pengaman, nampaknya hal tersebut menyebabkan meninggalnya 3 orang anggota The Flying Wallenda.
Kejadiannya terjadi saat mereka sedang tampil di Detroit. Awalnya, The Flying Wallenda sudah membuat 2 tingkatan piramida manusia, tersisa orang terakhir yang akan berdiri di bagian puncak piramida tersebut. Orang tersebut adalah keponakan laki-laki dari Karl Wallenda, yaitu Dieter Schepp. Saat sedang menaiki piramida, Dieter kehilangan keseimbangan dan membuat piramida manusia tersebut roboh dan terjatuh ke lantai. Sebetulnya, di atas talinya sudah disediakan jaring pengaman, namun sayangnya beberapa diantara mereka terjatuh keluar jaring. Dieter Schepp langsung meninggal di tempat usai jatuh dari ketinggian. Selain Dieter, menantu Karl Wallenda, yaitu Richard Faughnan turut meninggal dunia usai terjatuh dari ketinggian. Ada 1 anggota The Flying Wallenda lainnya yang meninggal dalam kejadian itu, namun identitasnya tidak diketahui. Dalam kejadian tersebut, Karl mengalami cedera di bagian panggulnya. Anak angkatnya Karl yang ikut dalam atraksi tersebut, Mario Wallenda mengalami kelumpuhan dari bagian tengah ke bagian bawah tubuhnya usai kecelakaan tersebut. Satu anggota Wallenda lainnya yang ikut dalam atraksi tersebut adalah saudari dari Dieter Schepp, yaitu Jana Schepp. Nasib Jana dalam kejadian tersebut sedikit beruntung, usai terjatuh dari tali, hanya Jana saja yang berhasil mendarat di jaring pengaman. Sayangnya, Jana terpental dari jaring tersebut dan terjatuh ke lantai dengan kepala terlebih dahulu. Beruntung, Jana tidak mengalami cedera yang begitu parah.
Kejadiannya terjadi saat mereka sedang tampil di Detroit. Awalnya, The Flying Wallenda sudah membuat 2 tingkatan piramida manusia, tersisa orang terakhir yang akan berdiri di bagian puncak piramida tersebut. Orang tersebut adalah keponakan laki-laki dari Karl Wallenda, yaitu Dieter Schepp. Saat sedang menaiki piramida, Dieter kehilangan keseimbangan dan membuat piramida manusia tersebut roboh dan terjatuh ke lantai. Sebetulnya, di atas talinya sudah disediakan jaring pengaman, namun sayangnya beberapa diantara mereka terjatuh keluar jaring. Dieter Schepp langsung meninggal di tempat usai jatuh dari ketinggian. Selain Dieter, menantu Karl Wallenda, yaitu Richard Faughnan turut meninggal dunia usai terjatuh dari ketinggian. Ada 1 anggota The Flying Wallenda lainnya yang meninggal dalam kejadian itu, namun identitasnya tidak diketahui. Dalam kejadian tersebut, Karl mengalami cedera di bagian panggulnya. Anak angkatnya Karl yang ikut dalam atraksi tersebut, Mario Wallenda mengalami kelumpuhan dari bagian tengah ke bagian bawah tubuhnya usai kecelakaan tersebut. Satu anggota Wallenda lainnya yang ikut dalam atraksi tersebut adalah saudari dari Dieter Schepp, yaitu Jana Schepp. Nasib Jana dalam kejadian tersebut sedikit beruntung, usai terjatuh dari tali, hanya Jana saja yang berhasil mendarat di jaring pengaman. Sayangnya, Jana terpental dari jaring tersebut dan terjatuh ke lantai dengan kepala terlebih dahulu. Beruntung, Jana tidak mengalami cedera yang begitu parah.
Spoiler for Hari-Hari Terakhir:
Usai kejadian itu, kecelakaan maut pun turut menimpa anggota keluarga Wallenda lainnya. Seperti pada 1963, saudari iparnya Karl, Rietta terjatuh dari ketinggian saat sedang melakukan atraksi berjalan di atas tali. Lalu pada 1972, sang menantu Richard Guzman meninggal dunia akibat tersetrum arus listrik. Meski begitu, Karl Wallenda tetap tabah dan berhasil bangkit dari keterpurukannya. Karl kembali beraksi beberapa saat usai wafatnya sang saudari ipar di tahun 1963.
Pada tanggal 18 Juli 1970, Karl Wallenda mencoba peruntungannya menantang maut dengan berjalan di atas tali yang membentang diantara Jurang Tallulah, Georgia, Amerika Serikat. Karl berhasil lolos dari maut usai melintasi jurang sedalam 1.000 kaki (300 meter) itu. Merasa dirinya akan mendapatkan kesuksesan yang sama untuk kedua kalinya, Karl kembali mencoba menantang maut dengan melakukan aksi serupa. Namun, pada percobaan kali ini, Karl melakukan atraksinya di sebuah taman hiburan Kings Island, Mason, Ohio. Karl berhasil mencetak rekor dunia dengan melintasi tali sepanjang 1.800 kaki (550 meter). Merasa belum puas dengan pencapaiannya itu, Karl kembali melakukan atraksinya dengan melintasi tali yang dibentangkan diantara 2 Gedung Condado Plaza Hotel, San Juan, Puerto Rico. Walaupun jaraknya hanya 121 kaki (37 meter) saja, tapi atraksi ketiganya inilah yang mengantarkannya kepada Sang Pencipta. Akibat angin kencang, Karl kehilangan keseimbangannya dan terjatuh dari ketinggian. Karl Wallenda pun dinyatakan meninggal dunia saat dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Karl Wallenda wafat di usianya yang ke-73 pada tanggal 22 Maret 1978.
Pada tanggal 18 Juli 1970, Karl Wallenda mencoba peruntungannya menantang maut dengan berjalan di atas tali yang membentang diantara Jurang Tallulah, Georgia, Amerika Serikat. Karl berhasil lolos dari maut usai melintasi jurang sedalam 1.000 kaki (300 meter) itu. Merasa dirinya akan mendapatkan kesuksesan yang sama untuk kedua kalinya, Karl kembali mencoba menantang maut dengan melakukan aksi serupa. Namun, pada percobaan kali ini, Karl melakukan atraksinya di sebuah taman hiburan Kings Island, Mason, Ohio. Karl berhasil mencetak rekor dunia dengan melintasi tali sepanjang 1.800 kaki (550 meter). Merasa belum puas dengan pencapaiannya itu, Karl kembali melakukan atraksinya dengan melintasi tali yang dibentangkan diantara 2 Gedung Condado Plaza Hotel, San Juan, Puerto Rico. Walaupun jaraknya hanya 121 kaki (37 meter) saja, tapi atraksi ketiganya inilah yang mengantarkannya kepada Sang Pencipta. Akibat angin kencang, Karl kehilangan keseimbangannya dan terjatuh dari ketinggian. Karl Wallenda pun dinyatakan meninggal dunia saat dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Karl Wallenda wafat di usianya yang ke-73 pada tanggal 22 Maret 1978.

Source :
Karl Wallenda
The Flying Wallenda






thecrawler dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.6K
Kutip
17
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan