Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

redtardipAvatar border
TS
redtardip
Fenomena Kampung Miliarder di Tuban Adalah Bukti Belum Efektifnya Edukasi Pasar Modal

Ada sebuah video viral beberapa waktu lalu yang menampilkan mobil-mobil mewah yang diborong oleh seluruh penduduk sebuah desa di Tuban, Jawa Timur. Kabar yang saya baca di media online Liputan 6 bahwa para penduduk yang kaya mendadak ini merupakan penduduk yang lahannya diganti untung oleh Pertamina dalam rangka pembebasan lahan untuk pembangunan kilang minyak New Grass Root Refinery (NGRR) bekerja sama dengan perusahaan Rusia, Rosneft.

Tak tanggung-tanggung Pertamina membeli harga tanah penduduk dengan harga berkisar antara Rp 600.000 - Rp 800.000 per meter persegi. Sehingga rata-rata penduduk memeroleh Rp 8M, bahkan ada seorang petani yang mengantongi Rp 26M setelah menjual tanahnya. Sebagai bentuk kegembiraan, para penduduk membeli beberapa mobil mewah yang jika ditotal ada 176 unit yang diturunkan ke Tuban. Bahkan ada seorang yang nekat membeli mobil mewah walaupun dirinya mengaku belum bisa menyetir.

Tentu tidak semua dana dibelikan mobil mewah. Ada yang digunakan untuk membeli lahan pertanian, untuk membuka usaha, renovasi rumah, dan ditabung ke produk deposito bank. Tapi sejauh mata membaca tidak ada penduduk yang menggunakan dananya untuk berinvestasi di produk pasar modal (saham, obligasi, dan lain-lain).

Quote:


Bagi saya, hal ini perlu menjadi catatan tersendiri bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan pasar modal di Indonesia. Pasalnya edukasi produk pasar modal sepertinya masih belum efektif di masyarakat pedesaan. Ketika mendapatkan dana yang besar mereka cenderung menggunakan untuk hal-hal konsumtif nan tersier seperti membeli mobil mewah. Kalaupun memilih berinvestasi mereka lebih memilih instrumen investasi konvensional seperti emas, tanah, dan bangunan.

Dari fenomena ini saya tergelitik untuk berhipotesis ria mengenai penyebabnya. Apa mungkin dikira investasi di pasar modal itu hanya untuk orang-orang kaya?? Ah, tidak juga. Mungkin dulu iya karena untuk beli saham saja minimal pembelian 6 lot (600 lembar). Sekarang masyarakat bisa membeli minimal 1 lot. Dan ada saham perusahaan bagus tapi harganya dibawah Rp 100.000/lot, contohnya Pabrik Jamu Sido Muncul.

Apa mungkin karena masyarakat enggan berinvestasi karena takut terjadi fraud?? Mungkin saja hal itu benar mengingat masih banyak oknum yang "mencoreng" nama baik produk pasar modal dengan berbagai skandal kasus penggelapan dan pencucian uang seperti kasus Jiwasraya dan Asabri. Masyarakat takut uangnya menjadi "korban" dari oknum tersebut sehingga lebih memilih berinvestasi di instrumen konvensional atau membelanjakan uangnya secara konsumtif. Disinilah letak pentingnya literasi mengenai pasar modal dan produknya.

Quote:


Atau bisa jadi masyarakat desa benar-benar tidak tahu menahu tentang apa itu produk pasar modal. Ada benarnya juga hal ini walaupun menurut saya di era keterbukaan informasi seperti sekarang sungguh keterlaluan jika tak tahu produk pasar modal.

Sebagai salah satu orang yang ikut merasakan enaknya "harta karun" di pasar modal, saya sangat menyayangkan fenomena tersebut. Disaat masyarakat mempunyai kemampuan untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kekayaan hartanya mereka lebih memilih membeli mobil mewah, bahkan sampai (mohon maaf) mengorbankan nalar mereka (cek berita tentang warga yang beli mobil mewah tapi belum bisa menyetir).

Tunggu bentar, maksudnya "harta karun" di pasar modal tu gimana bray??

Ilustrasinya begini, jika membeli mobil mewah seharga Rp 1M kira-kira apa saja hal yang didapatkan selain kenikmatan mengendarai mobil (yang sebenarnya enaknya ya cuma gitu-gitu saja) serta naiknya status sosial di masyarakat ? Dari sudut pandang saya, yang ada adalah bertambahnya pos pengeluaran keuangan rumah tangga. Kok bisa ??

Ya iyalah bray, bayangin berapa banyak pajak mobil dalam setahun, belum beban perawatan mobilnya (servis, ganti oli, spare parts, dll), jangan lupa pengeluaran BBM lebih besar dari biasanya (bensinnya harus pertamax donk, masak pertalite, malu sama brand). Dalam setahun bisa lebih dari Rp 7jt hanya untuk "memelihara" mobil tersebut. Ow iya, satu lagi tentang resiko penyusutan nilai mobil jika dijual kembali.

Quote:


Lain halnya kalau dana Rp 1M dibelikan saham, katakanlah saham PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. (Persero). Jika menggunakan harga saat tulisan ini dibuat maka akan mendapatkan kurang lebih 218.300 lembar saham (2.183 lot). Harta karun yang akan didapatkan setidaknya ada dua jenis. Pertama adalah dividen atau bagi hasil laba perusahaan yang dibagikan sebesar Rp 168/lembar (dividen tahun buku 2019). Sehingga dari dividen tersebut potensi cuannya sebesar Rp 36.674.400. Kedua adalah capital gain yaitu selisih untung antara harga beli dengan harga jual saham. Jika teman-teman membandingkan harga saham BBRI 5 tahun yang lalu dengan harga yang sekarang kira-kira sudah naik berapa persen?? Dan bila teman-teman beli sahamnya sejak 5 tahun yang lalu kira-kira sekarang sudah cuan berapa??



Quote:


Quote:



heatbl4stAvatar border
heatbl4st memberi reputasi
1
928
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan