Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

si.pemikirAvatar border
TS
si.pemikir
Adaptasi Pemeriksaan Kandungan Dimasa Pandemi

Meningkatnya jumlah pengangguran dan tingginya jumlah penceraian tidak menjadikan angka kelahiran di Indonesia menurun namun sebaliknya. Aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) yang dilakukan pemerintah beberapa bulan yang lalu justru membuat jumlah kehamilan meningkat. Padalah logikanya bila pengangguran tinggi dan penceraian tinggi seharusnya tingkat kelahiranpun ikut turun.

Sebelum adanya pandemi ini, beberapa saudara gw baik saudara kandung maupun sepupu masih hidup dengan jumlah yang sama dalama artian tidak ada peningkatan jumlah anggota dalam keluarga besar. Namun begitu munculnya pandemi ini dan pemberlakuan PSBB membuat 5 dari 9 keluarga besar gw yang sudah menikah secara bersamaan mendapat momongan (hamil). Padahal rata-rata dari mereka sudah menikah lebih dari 4 tahun meski ada yang baru menikah tahun lalu.


sumber:kompas

Hal ini sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bahwa pandemi ini membuat tingkat kehamilan meningkat hingga 400.000 kehamilan berikut sumbernya. Menurut dugaan sementara peningkatan tersebut diakibatkan oleh susahnya masyarakat untuk mendapatkan alat kontrasepsi lantara aturan PSBB yang diterapkan oleh pemerintah.


sumber: unicef

Alasannya gw rasa cukup masuk akal ditambah banyak orang yang semakin jenuh dengan melakukan berbagai aktivitas di rumah dan membutuhkan hiburan sehingga beberapa dari mereka memilih untuk melakukan hiburan suami istri ini. Dan sejatinya peningkatan jumlah kehamilan tidak hanya terjadi di Indonesia saja tapi hampir diseluruh negara, terutama negara-negara yang memberlakukan lockdown. Bahkan UNICEF sendiri memprediksi akan ada 116 juta kehamilan di masa pandemi ini, yang mana dari 116 juta itu, 29 jutanya berasal dari Asia Tenggara, berikut sumbernya.


Menurut gw seharusnya pemerintah bertindak tegas dengan memberikan edukasi pada masyarakat bahwa kelahiran dimasa pandemi adalah bukan saat yang tepat. Karena selain menambah beban negara, memiliki momongan baru disaat ekonomi sedang sulit juga akan memberatkan keluarga tersebut yang berujung pada negara juga nantinya. Selain itu juga beresiko pada bagi sang ibu, karena seandainya bila sudah saatnya bayi lahir namun vaksin juga belum ditemukan tentu akan menimbulkan masalah baru terutama pada ibu dan bayi. Selain itu sulit bila harus mengontrol kandungan dimasa sekarang.


sumber: rsilsamaminah

Seperti yang dirasakan oleh kakak ipar dan kakak sepupu gw yang mengeluh lantara banyak rumah sakit yang menolak mereka untuk memeriksakan kandungannya. Mereka hanya boleh memeriksakan kandungannya bila kondisinya memang sudah sangat parah saja. Meski alasan penolakan masuk akal karena mereka bisa lebih mudah tertular covid-19 bila berada di rumah sakit.

Jadi mau gak mau mereka (saudara-saudara gw) harus melakukan beberapa adaptasi. Yang sebelumnya bisa bebas memeriksakan kandungannya beberapa bulan sekali tanpa rasa cemas, kini mereka harus bersabar hingga dokter yang bertugas memeriksakan kandungannya mengabari mereka. Terlebih mereka harus menjalani beberapa protokol pemeriksaan sebelum bisa diperiksa oleh dokter bersangkutan. Mereka juga lebih berahati-hati terhadap istri dan calon anak mereka karena dampaknya bisa sangat fatal bila calon anak mereka ikut tertular. Mereka jadi lebih rajin berbersih bila ingin bertemu dengan istrinya atau ketika pulang kerja atau pergi dari luar.

Meski ada dokter yang memberikan solusi melalui komunikasi via videocall atau whatsapp, namun cara ini dirasa kurang efektif oleh saudara-saudara gw. Ditambah rasa cemas para calon ibu tidak terjawab karena kondisi mereka tidak diperiksa langsung oleh dokter yang bersangkutan.

Menurut gw dampak yang gw takutkan dengan pemeriksaan yang terbatas ini bisa mempengaruhi psikologi para ibu, terutama yang baru pertama kali diberi momongan. Seperti yang dialami kakak ipar ane, dirinya mudah sekali cemas bila menderita hal-hal aneh seperti kaki bengkak, sakit pinggang, sudah BAB dan lain-lain. Selain itu fenomena baby boom ini atau melonjaknya tingkat kehamilan juga memberikan dampak pada para orang tuanya. Bagi mereka yang berkecukupan mungkin tidak terlalu mempermasalahkan segala biaya yang perlu dikeluarkan. Namun bagi mereka yang terkena PHK dan sulit mencari kerja, tentu beban mereka menjadi lebih banyak yang efeknya berdampak pada anak dan istrinya. Karena ada banyak yang perlu dikeluarkan untuk mengurus bayi, mulai dari mempersiapkan pakaian, popok, susu dan sebagainya. Belum lagi bila sang istri melakukan lahiran secara caesar, mereka perlu mengeluarkan biaya lebih untuk persalinan dan pasca persalinan. 
Diubah oleh si.pemikir 27-08-2020 03:59
0
156
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan