Buat kamu yang ngakunya cinta banget sama Bandung, udah tau belum sih sama asal muasal penamaan jalan di kota kembang ini? Bandung memang selalu memiliki cerita disetiap sudutnya. Begitupula dengan sejarah penamaan jalannya mempunyai banyak kisah yang wajib banget kaula muda tau.
Sejarah kemerdekaan Indonesia tidak akan telepas dari campur tangan Belanda, maka dari itu, di Bandung banyak banget bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang memiliki gaya arsitektur khas Eropa. Tau ga sih? Beberapa dari bangunan bersejarah tersebut ada yang masih bisa kita lihat sampai sekarang loh.
Yuk sekarang kita simak bersama ulasan mengenai sejarah penamaan kota Bandung di kota Bandung, berikut ulasannya :
Spoiler for 1. Jalan ABC pusat pertokoan di Kota Bandung dari Jaman Belanda:
Yang pertama ada Jalan ABC. Siapa nih yang suka berburu barang murah di toko-toko yang ada di jalanan ini? Sekarang, Jalan ABC terkenal dengan banyaknya para penjual yang menjajakan barang-barang dengan harga murah seperti jam tangan, kacamata atau bahkan kamera analog bisa kita temukan disini. Tapi, tau ga sih.. Ternyata, Jalan ABC sekarang dan dulu selalu menjadi salah satu pusat pertokoan di Kota Bandung. Bedanya, jaman dulu daerah ini merupakan tempat bagi orang-orang Jepang membuka usaha fotografi. Sekarang, jalan ABC menjadi pusat perbelanjaan barang elektronik.
Dikutip dari laman Historia.id Jalan ABC sejak tahun 1892 dikenal dengan nama ABC Straat dan sudah dipetakan dalam Map of Bandoeng: The Mountain City of Netherland India. Jalan ini merupakan tempat bermukimnya 3 etnis utama yaitu Arabieren (A), Boemipoetra (B) dan Chinezen (C). Oleh karenanya, kawasan ini diberi nama ABC.
Lokasi jalan ABC ini tidak begitu jauh dari Alun – Alun Bandung, sekitar tahun 1917, dibandung diwajibkan untuk membuat pemukimama yang mengelompokan pemukimam yang sesuai dengan etnisnya seperti pecinan, kampung arab, pasir koja, dan yang lainnya. Kemudian pada tahun 1926 pemerintah mengatur lagi penggolongan inin menjadi 3 golongan yakni eropa, bumiputra, dan timur asing.
Spoiler for 2. Jalan Penuh Sejarah : Asia – Afrika:
Siapa sih yang ga kenal dengan salah satu jalan ini? Sebagai salah satu jalan yang mempunyai banyak bangunan kuno nan bersejarah, Asia-Afrika menjadi surga bagi para pengemar dunia fotografi. Jalan ini memiliki banyak sejarah yang menarik bannget untuk kita simak bersama. Sebelum memiliki nama Asia-Afrika, jalanan ini bernama Groote Postweg atau Jalan Raya Pos yang diinisiasi oleh Gubernur Jenderal Daendeles. Di tahun 1955 jalan ini diganti menjadi Asia-Afrika. Mengapa?
Karena di jalan ini pernah diselenggarakannya sebuah konferensi terbesar antara Asia dan Afrika (KAA) yang dilaksanakan pada tangga; 18 April – 24 April 1955. Dijalan Asia-Afrika juga terdapat sebuah patok 0.00 kilometer Bandung yang menjadi pusat berdirinya kota Bandung karena jalanan ini menjadi jalan utama untuk mendorong pertumbuhan dan pusat bisnis. Dulunya, di depan 0.00 kilometer ini terletak Kantor Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Jawa Barat, namun sekarang sudah terhalang oleh bangunan yang baru.
Spoiler for 3. Jalan Banceuy Tempat Beristirahat para Kuda:
Di tahun 1871 jalan ini diresmikan dengan nama Bantjeujweg. Menurut Kamus Basa Sunda, Banceuy memiliki makna berdiam diri atau (melamun) tanpa satu kata pun ditengah pertemuan. Namun, menurut keterangan lain Banceuy sering diartikan sebagai sebuah kampung yang bersatu dengan istal (kandang kuda), karena pada masanya banyak sekali para pengurus kuda yang memarkirkan kuda dan keretanya di jalan ini.
Banceuy mempunyai sejarah yang cukup penting. Dimasa penjajahan Belanda, Banceuy dijadikan sebagai tempat untuk beristirahat dan mengganti kuda-kuda. Khususnya untuk keperluan transportasi dan pengantaran benda-benda pos (surat). Hal ini terjadi karena kawasan tersebut berdiri Kantor Pos Besar (sampai sekarang) dan cara pengiriman surat pada waktu itu dilakukan dengan menggunakan sarana transportasi kereta kuda. Tapi sekarang Istal kuda tersebut sudah tidak bisa ditemukan lagi di ruas jalan ini.
Jalan ini terkenal dengan penjara Banceuy yang merupakan tempat bagi para tahanan maling, garong dan pelaku kriminal lainnya yang paling kesohor di Bandung. Penjara yang dibangun tahun 1871 itu dikelilingi tiga ruas jalanm nasing-masing jalan Banceuy. Namun, di tahun 1980 penjara di jalan ini dilaukan pembongkaran, hanya disisakan satu sel yang pernah ditempati oleh Soekarno sebagai sebuah bukti sejarah atas lahirnya kemerdekaan Indonesia.
Spoiler for 4. Jalan Bengawan:
Kalau denger jalan Bengawan apa sih yang terlintas dalam benak kamu? Pasti teringat dengan lagunya bengawan solo yang dibawakan oleh sobat ambyar Didi Kempot kan?? Eits, jangan salah dulu. Jalan Bengawan bukan hanya ada di Solo aja, di Bandung juga ada loh jalan yang diberi nama Bengawan.
Jalan Bengawan telah ada sejak zaman Belanda yaitu tahun 1930-an dengan nama Bengawanlaan. Menurut kamus bahasa Indonesia, bengawan memiliki arti seungai besar. Sedangkan, dalam bahasa Sansakerta bengawan berarti paya atau rawa.
Spoiler for 5. Braga ‘Paris Van Java’:
Braga adalah nama jalan di Kota Bandung yang terletak di pusat kota dan merupakan kawasan Kota lama. Pada zaman dahulu jalan ini bernama jalan Pedati ketika sarana transportasi masih menggunakan pedati yang ditarik kuda, kerbau, atau sapi; dan jalan ini merupakan satu-satunya jalan besar yang bisa dilalui pedati. Pada perkembangan selanjutnya, jalan ini berubah nama menjadi Kareenweg-Bragaweg, dan berubah lagi menjadi Jalan Braga.
Ada beberapa keterangan mengenai toponimi Braga ini. Pertama, nama ini diambil dari nama sebuah perkumpulan tonil “Braga” yang didirikan Pieter Sijhof tanggal 18 juni 1882. Kedua, M.A. Salmun (ahli Bahasa Sunda) mengemukakan bahwa braga berasal dari kata ngabaraga yang artinya berjalan menyusuri pinggiran sungai.
Adapun sungai yang dimaksud adalah Sungai Ci kapundung yang terletak di sebelah barat kawasan tersebut. Hal ini memang sangat memungkinkan jika pada zaman dahulu tepian atau pinggiran sungai sering digunakan para pejalan kaki. Ketiga, ada bahasa kirata (dikira-kira biar nyata) dalam Bahasa Sunda di masyarakat yang menyatakan bahwa braga berasal dari istilah ngabar raga yang artinya memamerkan tubuh. Hal ini memungkinkan mengingat pada zaman dulu kawasan ini setiap akhir pekan menjadi tempat hiburan dan banyak pengunjung yang berbusana modis.
Sejak tahun 1881 bangsa Eropa yang datang ke Bandung semakin bertambah. Mereka kemudian mendirikan perusahaan yang berlokasi sekitar Braga. Jenis usaha yang pertama dibuka di kawasan ini yaitu toko serba ada, toko senjata, kacamata, baju, rokok, dan sebagainya. Yang kemudian menjadikan jalan ini sebagai tempat nongkrong asyik para noni Belanda dan Tuannya.
Spoiler for 6. Jalan Dago:
Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van der Parra (1761-1775), untuk pertama kalinya Pemerintah Kolonial menghadiri bibit sayuran dari Belanda, seperti kentang kol dan lain-lain. Menurut catatan DR. Ir. E. De Vries (1935), konon Luitenant Ram (1765-1768), seorang perwira Kompeni, membawa bibit sayuran tersebut untuk dibudidayakan di beberapa daerah, termasuk di selatan Bandung yang berhawa sejuk. Waktu itu pusat penjualan aneka sayuran masih terpusat di Pasar Dayeuhkolot dikarenakan ibukota Kabupaten Bandung masih di sana (Haryoto Kunto, Semerbak di Bandung Raya, 1983).
Tahun 1811, Gubernur Jenderal H.W. Daendels meminta kepada Ibukota Kabupaten Bandung dipindahkan mendekati Jalan Raya Pos (di sekitar Alun-alun Bandung sekarang), Ia pun meminta untuk membangun pasar yang baru dekat ibukota tersebut, yaitu Pasar Ciguriang.
Dari pindahnya ekonomi dekat dengan ibukota yang baru, maka para petani sayuran pun memindahkan lokasi perkebunan mereka ke utara wilayah Ujungberung (Oedjoengbroeng Kaler). Bertujuan untuk menjual hasil sayuran mereka ke Pasar Ciguriang, biasanya masyarakat disana selalu menunggu masyarakat lain untuk berbelanja karena keadaannya pada jaman dulu tempat tersebut sangat gelap dan membuat warga resah dan ketakutan akan adanya perampok jalanan. Maka mereka saling ngadagoan (menunggu) untuk berangkat bersama-sama. Dari situlah awal mulanya tempat mereka berkumpul untuk bertemu ini disebut Dago karena mereka selalu ngadagoan warga lain.
Spoiler for 7. Jalan Ahmad Yani Simpang 5:
Dikatakan Simpang Lima, karena memiliki lima persimpangan jalan yang mempertemukan Jl. Ahmad Yani, Jl. Asia Afrika, Jl. Gatot Subroto, Jl. Karapitan, dan Jl. Sunda.
Dizaman dahulu, simpang lima memiliki bangunan-bangunan indah bergaya vintage. Namun sayang, sebagian bangunannya ada yang sudah dirubuhkan dan digantikan oleh bangunan yang baru. Seperti gedung kantor produsen mesin jahit Singer yang dirubuhkan pada tahun 1993. Kemudian dialih fungsikan menjadi lahan parkiran bagi kantor perusahaan AJB Bumi Putera. Di tahun 1996 dibangun sebuah tugu yang menyerupai obor. Tugu tersebut digunakan untuk menyalakan api selama kegiatan olahraga berlangsung.
Spoiler for 8. Jalan Naripan:
Jalan Naripan terletak pada jalan yang menyambung panjang dengan Jalan Braga hingga Jalan Ahmad Yani. Jalan Naripan dijuluki karena berawal dari penamaan orang, yang membuat menariknya dari pebamaan Jalan Naripan ini adalah bukan karena Naripan ini tokoh masyarakat, pahlawan atau pun orang yang terpandang oleh Indonesia. Naripan adalah seorang nama orang biasa, yang memiliki usaha sewa Bendi (kuda yang diberikan perhiasan atau biasa disebut Delman). Naripan ini asal Betawi, lelaki yang membuka usahanya di jalan tersebut. Dahulu orang-orang kalangan atas jika membutuhkan atau membeli Bendi mereka mencari kepada Firma Hallerman, karena dia terkenal memiliki Bendi yang sangat cantik.
Sedangkan para bangsawan yang tidak terlalu memerlukan Bendi ini mereka biasa menyewa kepada Naripan yang memulai usahanya di Jalan Naripan itu. Pada dahulu kala Jalan Naripan ini sangat terkenal dengan kejadian yang cukup membuat masyarakat terpaku pada peristiwa perobekan bendera Belanda di Jalan tersebut. Perobekan bendera Belanda ini dilakukan oleh tiga pemuda yang bernama Mulyono, Bari Lukman dan Muhammad Endang Karmas.
Spoiler for 9. Jalan Otto Iskandar Di Nata:
Jalan Otto Iskandar Di Nata tempo dulu adalah sebuah tempat berdirinya bangunan tempat tinggal Residen Van der Moore. Bangunannya memiliki gaya arsitektur Indische Empirestijl dikerjakann selama tiga tahun yaitu sejak tahun 1864-1867 sekaligus menandai pindahnya Ibu Kota Keresidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung. bangunan yang kini dinamakan Gedung Pakuan dijadikan tempat kediaman resmi Gubernur Jawa Barat.
Nama jalan Jalan itu sebelumnya merupakan gabungan antara Pangeran Soemadangweg dan Pasar Baroewg. Oto Iskandar Di Nata diambil dari nama Pahlawan Nasional asal Jawa Barat. Otto Iskandar di Nata dikenal sangat vokal dalam memperjuangan kepentingan bangsanya, sehingga ia diuluki ‘Si Jalak Harupat’ yang kemudian namanya di abadikan sebagai jalan di Kota Bandung.
Spoiler for 10. Jalan Tamansari:
Kalau kamu pernah main ke Kebun Binatang Bandung pasti tau dong dengan jalan yang satu ini. Yap Tamansari. Jalan ini terdengar tidak asing bagi masyrakat yang tinggal di Bandung karena selain menjadi salah satu tujuan rekreasi dijalan ini juga terdapat sebuah perguruan tinggi negeri yang menjadi banyak incaran bagi para pelajar yaitu Institut Teknologi Bandung. Tidak hanya itu, di sekitaran jalan ini banyak pula cafe-cafe yang menjadi favorit kawula muda. Sebelum menjadi tujuan para generasi muda untuk melepas penat, ternyata ditempat mempunya sejarahi yang cukup penting bagi berdirinya kota Bandung.
Tamansari merupakan saksi bisu dari sejarah berdiirnya kota Bandung. Karena, sejak tahun 1920an, Jalan initepatnya di kawasan Lebak gede sudah dirancang untuk dijadikan sebagai sebuah taman terbuka dan hutan kota bagi masyarakat Bandung. Selain itu, para arsitek juga membangun sebuah tanaman botani, yang terdiri dari berbagai macam tanaman, dan pepohonan yang diberi nama Jubileumpark. Jubileumpark menjadi asal muasal daerah Tamansari di Kota Bandung.
Spoiler for 11. Jalan Belitung:
Siapa yang tidak kenal dengan SMA 3 Bandung, sekolah unggulan yang menjadi favorit bagi para siswa-siswi ini terletak di Jalan Belitung. Ada kisah menarik dari bangunan sekolah ini, jika kalian yang pernah melwatinya sekolah ini pasti tahu dong bahwa gedung SMA 3 sangat kental sekali dengan nuansa Belandanya. Yaps, bangunan sekolah ini memang warisan dari penjajah. Dizaman Belanda SMA 3 adalah gedung Hoogere Brugerschool te Bandoeng atau yang lebih dikenal dengan sekolah HBS. Tidak hanya sekarang, ternyata dimasa lalu gedung ini merupakan sekolah unggulan yang diperuntukan bagi para kalangan ningrat saja. Tidak heran jika Sri Sultan Hamengkubowono IX merupakan salah stau dari sekian banyak para ningrat yang pernah nemenpun pendidikan di sekolah ini.
Ditahun 1942 hingga 1945 tempat ini dialih fungsikan sebagai Markas Tentara Jepang ketika melawan sekutu. Namun, setelah masa kemerdekaan bangunan ini kembali kepada fungsinya semula yaitu untuk pendidikan. Sampai saat ini, bangunan di jalan Belitung hanya ditempati oleh SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 yang berdampingan dengan kolam renang masa Hindia Belanda, yaitu Tirtamerta/ Permandian Centrum (1920).
Nah, dari 11 jalan diatas mana nih yang selalu menjadi tujuan favorit untuk kamu? sekarang jika melewati jalan diatas sudah pahamkan ya tentang asal muasal penamaan jalan di Kota Bandung. Jangan sampai sejarah ini berhenti di kamu, yu ajak teman-teman untuk terus mencintai Bandung dengan mempelajari dan mengetahui sejarah yang pernah terjadi di Kota ini.