Meski virus Corona sedang mewabah di mana-mana, namun tindak kriminal sepertinya tak berkurang jua. Yang jadi korban pun tak dipilih-pilih, baik masyarakat biasa, atau tenaga medis yang tengah berjuang melawan Corona.


Seperti perawat cantik yang satu ini. Di saat ia begitu sibuk merawat pasien virus Corona yang sedang mewabah di Texas Amerika Serikat, ia justru kehilangan motor kesayangannya, Kawasaki Ninja 250 cc, keluaran tahun 2004.

Bukan masalah harga motor itu sebenarnya yang membuat gadis bernama Mercedes Suarezini bersedih. Melainkan di saat dia berjuang untuk nyawa orang lain, malah alat transportasinya ke tempat kerja yang dicuri orang.

Di samping itu, Mercedes perlu waktu yang lama menabung untuk bisa memiliki motor tersebut. Itupun belum cukup, andai tidak dibantu oleh ayah tirinya.

Untungnya, kesedihan Marcedes tidak berlangsung lama. Sebab begitu kabar kehilangan motor itu sampai ke telinga Dave Sears, seorang pemilik Dealer Kawasaki, hatinya langsung tergugah untuk 'membalas jasa' perawat tersebut. Dave langsung menghubungi Dealer Kawasaki Amerika, lalu mengirimkan sebuah motor Kawasaki Ninja 400 cc yang baru buat Marcedes. Motor itu diberikan secara cuma-cuma, sebagai pengganti motornya yang telah diembat pencuri.



Kini Mercedes kembali fokus menjalankan tugasnya dengan tenang, tanpa memikirkan lagi motor yang hilang. Sebab motor baru itu dibekali mesin berkapasitas 399 cc 4-tak 2-silinder DOHC, dan mampu menyemburkan tenaga hingga 49 dk pada 10.000 rpm dengan torsi maksimal 38 Nm pada 8.000 rpm, sehingga ia tetap bisa pergi ke tempat tugasnya dengan cepat. Selain itu, motor ini sudah dimodifikasi oleh pihak Dealer, seperti adanya penambahan GPS Tracker.

Perjuangan Mercedes berbuah manis. Keikhlasannya menolong warga yang jadi korban Covid-19 begitu dihargai dan diapresiasi. Amerika sebagai negara terdampak virus Corona paling parah, tentu sangat memperhatikan nilai 'seorang perawat', apalagi dokter. Sebab keberadaan seorang perawat saja mungkin ia bisa menyelamatkan ratusan bahkan ribuan nyawa. Artinya, kehilangan seorang perawat sama saja dengan kehilangan seratus hingga seribu pasien.

Maka memberikan fasilitas yang dapat menjamin keselamatan jiwa perawat, serta kelancarannya menjalankan tugas, harus selalu diperhatikan. Tentu nilai sebuah Ninja 400 cc yang berharga sekitar 80 juta rupiah itu tak seberapa jika dibandingkan dengan kinerja dan risiko seorang perawat pasien Corona.

Agak ironis memang jika dibandingkan dengan di negara kita. Paramedis yang wafat karena berjuang melawan Corona, bukannya dibantu, malah sempat ditolak oleh sebagian warga. Di saat tenaga medis kekurangan APD, sebagian warga yang bukan tenaga kesehatan malah pakai APD hanya untuk berbelanja.

Tidakkah sebaiknya APD itu diberikan kepada mereka, sementara warga biasa cukup berdiam di rumah saja. Seperti kata mereka, 'biar kami yang bekerja', yang tentunya harus didukung oleh semua warga. Bagi yang mampu, berikan donasi kepada pemerintah untuk pembelian APD, dan berikan bantuan sembako bagi warga kurang mampu yang sedang mengkarantina diri.

Jangan sampai warga tak bisa menahan diri untuk tidak keluar rumah karena urusan perut atau karena tekanan beban lainnya. Jika ini terjadi, tentu upaya pemerintah dan para medis untuk segera memutus mata rantai Covid-19 ini menjadi kurang efektif, sehingga biaya besar yang telah dikeluarkan pun akan terkesan sia-sia.

Begitu pula dengan adanya pasien yang mengancam perawat yang mau menolongnya. Bukannya berterima kasih dan mau membalas jasanya, malah ingin mencelakakannya. Jika keadaan seperti ini terus menerus terjadi, tidak mustahil negara-negara lain sudah merayakan kemerdekaannya terbebas dari Corona, namun Indonesia masih berjibaku melawan Corona.(*)
***
Ref 1, Ref 2.