Kita pasti sering dengar tentang macam-macam mitos yang masih dipercaya oleh beberapa orang di Indonesia. Misalnya kalau menyapu harus bersih, kalau tidak nanti dapat suami yang brewokan penuh sampai kaki (gak gitu ya) hahaha, ada juga yang katanya kalau sering duduk di depan pintu nanti nggak dapat jodoh padahal ya cuma karena ngehalangin jalan aja, yang mau lewat jadi nggak bisa. Inti sebenarnya adalah beberapa ajaran dasar dalam hidup yang dipuntir supaya kita nurut aja gitu. Kitanya dibikin takut supaya mau ngelakuin. Yang jago meyakinkan kita untuk percaya mitos-mitos ini tak lain dan tak bukan pastinya adalah ibu, mungkin juga didukung penuh oleh nenek. Orang yang lebih tua deh pokoknya.

Tapi pernah nggak kalian diomelin oleh ibu karena hubungan sebab-akibat yang tak kalah ajaibnya dengan mitos-mitos itu? Saya kasih beberapa contoh, ya. Beberapa pernah saya alami sendiri, yang lainnya dari cerita teman-teman. Sebenarnya agak ragu apakah ini bisa disebut mitos juga atau tidak, namanya juga sesuatu yang diyakini bahwa itu benar ya. Kalau tidak ya tidak apa, dan kalaupun iya memang gemanya tidak sekencang mitos-mitos lain seperti di paragraf pertama.

* Tersedak saat makan - Sedang ada yang ngomongin kita.
Padahal tersedak itu karena biasanya makanan yang sudah kita kunyah salah masuk saluran. Yang harusnya masuk ke saluran pencernaan di kerongkongan malah masuk ke tenggorokan sebagai saluran pernapasan. Nggak ada hubungannya sama orang lain, karena bisa saja kita yang salah. Berbicara saat sedang makan, contohnya.

* Bulu mata rontok - Lagi ada yang kangen.
Entah ini rumus dari mana saya juga bingung. Jadi kalau misalnya kita lihat ada orang yang bulu matanya rontok, suruh saja ambil lalu letakkan di leher. Demi apa dibegitukan saya juga nggak tahu, tapi ini banyak dilakukan oleh para buibuk di luar sana saat melihat ada bulu mata anaknya yang rontok. Beliau nggak tahu aja kalau anaknya jomlo menahun.

* Tergigit bagian dalam bibir sendiri - Ada yang ngomongin.
Ini konsepnya sama dengan peristiwa tersedak tadi. Kan kampret juga ya kalau kita jadi sariawan cuma karena lagi dighibahin sama orang? Mana kita juga nggak tahu siapa yang ngeghibahin.

* Ada barang yang hilang - Kurang sedekah.
Yang ini entah benar atau tidak, kalau saya sih fifty-fifty saja. Mau dibahas dari segi wajarnya ya mungkin kita sedang lagi nahas saja, namanya kehilangan sesuatu kan termasuk musibah juga. Mana bisa dicegah. Dibahas dari segi agama ya juga bisa, mungkin saja sedang diberi peringatan dari Tuhan karena nggak pernah ingat berbagi rejeki. Masih ada korelasinya lah ya.

* Mendadak apes - Kebanyakan ngeghibahin orang.
Ini nggak tahu benar ada korelasinya atau tidak, tapi saya anggap sama seperti di atas. Musibah kan sudah ada garisnya sendiri, ya. Kita tidak bisa ikut mengatur dan menghakimi bahwa musibah yang sedang dialami oleh orang itu akibat tingkahnya sendiri. Kalau pun memang benar iya, kita tak punya hak untuk ikut campur.

* Disayang mertua - Kalau makan gorengan sisa minyak di tangan diusap ke kaki
Ini amat sangat tidak masuk akal sih. Masa mertua bakalan sayang sama kita kalau setiap kita habis makan gorengan terus sisa minyaknya diusap ke kaki? Bukannya malah terlihat jorok dan nggak bersih? Harusnya kan cuci tangan atau minimal dibersihkan dengan tisu. Kurang bisa diterima sih yang ini walaupun banyak yang masih percaya.


Apapun bentuknya, hal-hal seperti ini kembali lagi ke kitanya untuk percaya atau tidak. Karena pada dasarnya kan orang-orang tua dulu menciptakan beberapa hubungan sebab akibat ini pasti dengan maksud baik. Supaya kita nggak bar-bar, supaya kita tetap punya sopan santun, supaya kita masih ingat akan beramal dan sedekah, supaya kita juga tahu bahwa ghibah itu nggak baik. Kalau merasa ini bagus dan kalian percaya ya lanjutkan, karena sebenarnya untuk berlaku baik itu kita tidak pernah butuh alasan kan?


~~~


Terima kasih sudah mampir ke thread saya, teman-teman. Yang mau berkomentar, silakan. Asalkan sopan dan bisa memancing diskusi yang baik.


Sumber Gambar: Pixabay