vimannAvatar border
TS
vimann
Sebatas Dekat
Ada kegembiraan dibalik berita sedihmu. Yaa, berita tentang berakhirnya hubunganmu dengan laki-laki yang telah membuatmu lupa akan kehadiranku.




Dulu memang kita hanya sebatas dekat tanpa pernah terikat. Padahal kita sangat sering berjumpa, sangat sering saling sapa, bahkan sering menghabiskan waktu bersama. Walaupun tak pernah lama.

Apakah kamu ingat? Dulu yang mencoba mendekatimu bukan aku, tapi temanku. Dia yang mencoba banyak cara agar bisa dekat denganmu. Bahkan dia berharap kamu bisa menjadi kekasihnya. Sedangkan aku? Hanya bisa mendukung dia dari belakang, yang semoga dia berhasil mendapatkanmu. Tapi kenyataannya kamu malah dekat denganku. Niatku yang mendukung dia dari belakang, malah dianggap menusuknya dari belakang.

Dulu kamu bilang kalau dia kurang gentle. Terlalu pemalu. "Aku gak suka cowok yang sepeti itu!" katamu, dulu. Aku cuma bisa tersenyum, kemudian bertanya: "Terus, apa yang kamu suka dari aku?". Kamu hanya jawab dengan 2 kata: " Gak tau" sambil tersenyum dan memalingkan wajah.

Akhirnya kita dekat secara diam-diam. Tapi seiring berjalannya waktu, kedekatan kita terbongkar juga. Temanku kesal ketika tahu kalau kita saling dekat. Padahal aku masih jaga jarak denganmu, dan masih mempersilahkan dia untuk berjuang. Tapi karena perlakuanmu padanya berbeda dengan perlakuanmu padaku, dia akhirnya menyerah. Kamu mau tahu, Kalimat terakhir yang dia ucapkan padaku, sebelum dia benar-benar berhenti untuk berjuang mendapatkanmu?
"Masih banyak ikan di laut"
Aku diam. Tak ku balas ocehannya. Bahkan kalau dia ingin memukulku, aku akan tetap diam.

Beberapa orang yang tahu kisah kita, menganggap aku pemenangnya. Aku yang berhasil mendapatkanmu. Padahal kenyataannya, dari awal memang kamu tidak merespon usaha dia, kan? Aku yang dari awal tidak berniat mendapatkanmu, malah jadi tertarik untuk lebih dekat denganmu, karena keegoisan temanku itu. Tapi setelah dia merasa kalah, aku tak pernah merasa menang. Sebab untuk mendapatkanmu, tak sedikitpun aku merasa berjuang.

Pada akhirnya dia menjauhiku, dan kita semakin dekat. Dia membenciku, kamu sangat peduli dengaku. Dia tak mau lagi menyapa, sedangkan kamu jadi orang pertama yang menyapa setiap pagiku, lewat chat whatsapp.

Waktu terus berjalan, hubungan kita tetap. Hanya sebatas dekat, tanpa pernah terikat.

Sampai akhirnya datang seorang lelaki, yang kamu anggap pesonanya bagai pangeran. Memberikan kau harapan cinta, dengan kalimat-kalimat penuh bualan. Kau perlahan menjauhiku, dan semakin dekat dengannya. Tidak sampai berbulan-bulan, kau akhirnya resmi berpacaran dengannya. Aku tersadar dan mulai mundur perlahan. Tapi banyak pertanyaan yang mengitari isi otakku:
"Untuk apa selama ini kita saling dekat?"
"Apa kau anggap aku hanya alasan untuk menjauhi temanku?"
"Apa cerita kita hanya kau anggap bercandaan? Lantas untuk apa selama ini kita berbagi kisah sedih dan senang?
“Untuk apa selama ini kita saling berbagi tawa?
“Untuk apa?"

Kau semakin menunjukkan kemesraanmu dengan kekasih barumu, lewat status whatsapp dan juga postingan instagram.

Ternyata, rasa sakit yang tak berdarah itu memang benar adanya.

Aku marah. Tapi hanya sanggup pasrah. Aku sadar, aku tak pernah bisa benar dalam hal mencintaimu, juga merelakanmu. Melihat senyummu dalam sebuah foto mesra dengannya adalah sebuah sayatan manis yang hanya bisa aku nikmati. Sambil berkhayal, "andai aku yang merangkulmu penuh kasih sayang dalam foto itu, apakah kau akan tetap tersenyum manis seperti itu?". Aku tersenyum sendiri dan masih memandang postingan instagrammu.

Waktu tetap berjalan. Dan dengannya, kau semakin nyaman.

Pikiranku tak pernah benar-benar bisa lepas dari kehadiranmu. Mencoba menyibukan diri pun tak berhasil. Selalu ada jeda waktu untuk bayangmu melintasi dunia khayalku. Ketika tidur pun, bayangmu masih hadir dalam mimpiku. Entah baik atau buruk, aku tetap bahagia, karena itu kamu. Bukan yang lain.

Perlahan, tapi pasti. Aku mulai berbiasa untuk bisa biasa saja. Walau rasa itu masih ada. Tapi aku yakin, yang kau rasa itu berbeda. Semakin berbiasa, aku semakin bisa untuk biasa. Karena dalam urusan rasa, kaulah yang paling bisa. Bukankah kau yang dulu paling bisa membuatku bahagia? Dengan hal-hal kecil yang mungkin orang lain anggap biasa, tapi bagiku itu luar biasa.
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
zafranramonAvatar border
zafranramon dan 19 lainnya memberi reputasi
20
2.3K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan