faridatul.aAvatar border
TS
faridatul.a
Gadis Bergaun Merah [Cerpen]
Kumpulan Cerpen Terbaru 2020



Malam itu tak seperti biasanya. Desir angin bagitu ngilu kurasakan di tubuhku. Kutoleh kanan kiri, tampak sepi dang lengang. Padahal, ini masih kisaran jam delapan. Waktu yang masih sore untuk kota seramai jakarta.

"Papa, ayo kita pulang!" suara putri kecilku membuyarkan kerisauan hatiku.

"Iya Kirana." Tiba tiba kirana yang sejak tadi menangis minta roti bakar, sejenak diam dan minta pulang.

Aku segera membalikkan motor untuk pulang, mungkin kirana juga merasakan hawa aneh malam ini. Pada hal jarak motor kami dengan penjual roti bakar sudah dekat. Entah mengapa baik aku atau Kirana sama sama punya firasat yang aneh, gadis kecilku yang berumur lima tahun itu bisa jadi lebih tajam firasatnya.

"Pa, ayo cepat....! Ada yang mengikuti kita. Aku takut, Pa."

Tiba tiba bulu kudukku merinding ketika putriku berulang kali mengucapkan itu.

"Ma...s."
Tiba tiba ada yang melambaikan tangan di depanku dan memanggilku. Seorang gadis cantik terbalut busana merah tepat berdiri di depan motorku.

"Mas, tolong aku. Aku tersesat." Ujarnya padaku dengan air mata berderai.

"Mbak dari mana dan mau kemana?" tanyaku pada gadis itu sambil turun dari motor.

"Rumahku di ujung kota, dekat jembatan pemukiman kumuh, tapi aku tak tau jalan pulang. Tadi aku bersama kekasihku, tapi kami bertengkar dan meninggalkanku di sini mas." jelasnya sambil terus terisak.

"Ya sudah mbak, rumahku deket kok, mbak tunggu di sini, biar aku antar putriku pulang dulu. Kasian dia, karena alamat Mbak tadi sepertinya lumayan jauh.

Tanpa menunggu persetujuanya, aku menyalakan motor untuk pulang, sesampai di halaman rumah aku menyuruh putriku turun dan masuk kedalam rumah. Dan bilang pada Mamanya kalau Papa ada urusan sebentar.

Ku tunggu sampai putriku masuk rumah. Terdengar suara istriku bertanya.
" Kirana, kok sendiri? Dimana Papa?"
"Gak tau Ma, tadi kudengar mau antar seorang wanita."

Aku segera menyalakan motor, menembus dingin kota jakarta. Tanpa mempedulikan suara istriku yang terus menimpali putriku dengan ribuan pertanyaan.


Quote:


Sesampai di tempat tadi, gadis itu ternyata masih ada, dengan masih terisak. Namun masih terlihat cantik. Jujur aku hanya kasihan saja, tak punya maksud lain selain itu.

Kuhampiri gadis itu, kusuruh segera naik ke atas motor, dia mengangguk tanda setuju. Kamipun melaju perlahan. Sepanjang jalan, kulihat begitu sepi mencekam, toko dan warung lesehan yang biasa ramai juga tutup.

Tiba tiba aku tertegun dan spontan berhenti. Kulihat ada kantor polisi di depanku, namun sepi. Dalam hati aku bertanya "Bukankah tadi aku sudah melewati kantor ini?"

"Kenapa Mas?" Suara gadis bergaun merah itu mengagetkanku.

"Rumahnya masih jauh ya mbak? Tanyaku menyembunyikan kegugupanku, takut dia tersinggung.

" Kalau sudah sampai kantor polisi ini saya sudah hafal jalanya. Sudah gak terlalu jauh, Mas.

Akupun mengikuti kemana arah jarinya menunjukkan jalan. Hatiku semakin kalut, karena Aku melewati lagi semua jalanan tadi bahkan sudah berkali kali.

Aku memutuskan untuk berhenti dan bertanya lagi pada gadis itu.
Namun ketika aku berhenti dan menoleh ke belakang, gadis itu tidak ada. Aku menoleh kanan kiri, Suasana tidak sesepi sebelumnya, kulihat di tanganku, jam dua belas malam. Masih lumayan banyak orang lalu lalang untuk kota jakarta.

Aku menghampiri seorang pedagang kaki lima yang mulai membereskan daganganya.

"Mas, apa mas melihat gadis bergaun merah yang ku bonceng tadi?" tanyaku kepadanya.

"Ha ha ha ha....!" Laki laki paruh baya itu malah tertawa.

"Mas, kok malah tertawa?" Tanyaku yang mulai tersinggung.

"Eh, jangan halu ya Mas, gadis mana yang kau bonceng? Aku hampir tiga jam melihat situ mondar mandir pakai motor bututmu dari ujung sana balik lagi ke ujung sini. Kalau jomblo bilang aja jomblo, gak usah halu gitu. Eh, maaf, bukan jomblo tapi perjaka tua mungkin.

Aku melihat jalanan yg di tunjuk laki laki itu, " Dari ujung sana ke ujung sini sendiri mondar mandir kurang lebih tiga jam." Gumamku dalam hati.

Kulihat seksama jalan di depanku. Di seberang jalan, terlihat penjual roti bakar yang jadi tempat tujuanku dan putriku tadi sore jelas berdiri di depan warungnya, sambil membereskan daganganya untuk pulang.

Seketika aku menyadari apa yang baru saja menimpaku. Tanpa pamit pada laki laki di sebelahku, aku segera naik ke motor dan melaju pulang, sepanjang jalan aku melihat masih banyak Orang orang yg sedang mengemasi jualan mereka, pertanda mereka sore tadi berjualan.
"Tapi mengapa tadi suasana sepi dan tak terlihat ada aktivitas?" gumamku dalam hati.

Sekarang bukan hanya pikiranku yang kacau, tapi hatiku juga.
Bagaimana tidak, setelah lolos dari gadis bergaun merah, kini aku harus menghadapi ribuan pertanyaan istriku, yang bahkan aku tak tahu jawabanya.

Sesampai di rumah, ku parkir motorku. Aku langsung masuk rumah yang pintunya tidak terkunci.

Tiba tiba ada sebuah bantal mendarat di wajahku.

"Papa....!" Teriak istriku yang meluluh lantakkan semua perabotan di rumahku.

Tamat


Sumber: Dokpri
Diubah oleh faridatul.a 31-08-2020 00:44
trifatoyahAvatar border
sofiayuanAvatar border
ummuzaAvatar border
ummuza dan 52 lainnya memberi reputasi
51
6.9K
86
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan