a. Ketika lu ngelakuin kriminal, lu dengan yakin akan berkata “Iya, saya yg melakukan, dan siap menempuh hukumannya”.

b. Ketika lu berbuat salah, lu dengan besar hati mengatakan “Gue yg salah, gue minta maaf”.

c. Ketika pagi hari, kasur lu enak banget, mata lu berat banget, tidur lu kurang, dan lu bener2 ga pengen bangun, tapi lu milih “Gue harus bangun, persetan sm ngantuk”.

d. Saat lu ngeliat orang butuh bantuan dan lu ga pake babibu langsung   berinisiatif membantu.






g. Saat lu tau ada sesuatu yang salah, dan berani ngomong kebenaran karena emang itu keputusan terbaik, ga peduli orang mau ngomong buruk sama lu.

Merembet kematangan secara seksual merambat pula kepada hal lain, seperti ejakulasi laki-laki, menstruasi, dan puber yang dialami oleh kedua jenis gender. 

Sosial kemasyarakatan sekitar yang berbicara. Parameter di legal adult seperti umur yang cukup akhirnya memberikan dia pilih alias voting dalam pemilihan umum, bisa mendaftar militer, dianggap cukup umur untuk melakukan kebiasaan di masyarakat yang identik dengan orang dewasa seperti masuk club malam, merokok, menikah, dianggap pantas untuk memiliki driving license alias Surat izin mengemudi, mendaftar PNS atau pekerjaan lain di swasta, dan berbagai hal lain yang masih diterbatasi umur, meskipun terkadang ada perbedaan di setiap negara mengenai kebijakan sosial kemasyarakatan tersebut. Lebih ke subjektif ya bukan objektif.

Beberapa poin berikutnya saya mengambil aspek yang sempat dikemukakan oleh Robert W. Firestone, Ph.D., seorang dokter psikolog terkenal di negeri seberang sana, penulis dengan berbagai buku psikologi, konsultan. Beliau mengemukakan, ada 6 aspek pendekatan yang bisa dijadikan sedikit parameter seseorang mulai melangkah dari childhood-nya ke adult.

Simpelnya saya mengambil pendapat dari Murray Bowen, psikiater sekaligus profesor jurusan Psikologi di Georgetown University, beliau pernah mengatakan dalam satu karya tulisnya,

Orang dewasa mempunyai kemampuan untuk membedakan antara proses yang sudah bercampur dengan perasaan, dengan proses dimana intelegensi seseorang bermain, dan dia bisa memilih, mau menempuh keputusan by feeling atau pikiran (logic). 

Tahu apa artinya bab kali ini? Nggak ribet ribet ya, secara sederhana bisa dijelaskan bahwa mulai mempunyai sifat "gak omdo", nggak ngomong doang. Jadi dengan kemampuan berpikirnya yang meningkat dari level sebelumnya, seseorang yang melangkah ke jenjang lebih dewasa memiliki kemampuan untuk formulasi sesuatu ide, kemudian dia berusaha untuk mencapai goal tersebut.

Cenderung menginginkan persamaan di hubungan horizontal sesama manusia. Contoh simple seperti anak yang udah berumur agak dewasa, ketika hendak dicium mamanya misalkan, dia mengatakan aku udah bukan anak kecil lagi loh.

Psikolog bule kita, Robert W. Firestone, Ph.D, mengatakan, orang dewasa itu cenderung proaktif, dan self-assertive (assertive seperti kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang dia inginkan, butuhkan, lebih ke komunikasi efektif, yang memperlihatkan prinsip, serta sudut dimana dia meyakini kebenaran sejauh yang dianggap sebagai kebenaran), serta independen.

Lebih ke kritikan negatif ya yang masuk ke dalam dirinya dari pihak lain. Tidak serta merta langsung emosi, marah dan sebagainya, tapi pada level tertentu di kedewasaan, dia mulai mau sadar diri, menerimanya sebagai bahan instropeksi (meski pada sebagian orang ada titik tertentu susah menerima feedback negatif dari pihak ketiga) namun rasa survival yang muncul beriringan dengan pemikirannya yang makin dewasa, memunculkan motivasi diri, bahkan pengembangan pengetahuan alias knowledge, menggelitik ke memacu diri dalam menemukan ide baru.

Serentetan poin di atas menjadi satu, membuat dia memiliki power untuk mengatur dirinya sendiri. Keputusan apa yang akan dia buat, dipikirkan dulu dengan sebaik-baiknya, kemudian ketika sudah melakukan planning, dia akan progress untuk meraih tujuan yang sudah di rencanakan. Di sini nantinya akan timbul arah tertentu langkahnya dalam kehidupan dalam mencapai takdirnya sebagai manusia.