Siapa yang tak ingin menikah? tentunya semua orang didunia ini menginginkan sebuah pernikahan. Tentunya pernikahan yang sakral dan hanya dilaksanakan satu kali pastinya. Bagi setiap pasangan menikah tak hanya menyatukan keduanya, tapi juga mengenang momen momen saat pernikahan itu terjadi. Bagi sebagian perempuan yang pasti, mereka ingin terlihat bak seorang Ratu yang didampingi Raja disampingnya. Ia ingin terlihat paling cantik dan paling mencolok diantara yang lainnya. Karena itu beberapa dari mereka memilih MUA terbaik di hari istimewanya. Ada yang hanya ingin memoles wajahnya dengan riasan sederhana bahkan ada yang memoles wajahnya hingga ingin dibilang manglingi atau pangling atau bahkan malih.

Bagi sebagian wanita jawa khususnya, mereka pasti ingin mengenang hari istimewa mereka dengan prosesi adat jawa. Yang pasti juga menentukan buget yang memang tidak sedikit. Tapi sebagian dari mereka itu tak ada masalah, karena yang terpenting prosesinya berjalan dengan lancar dan bukan hanya membahagiakan keduanya tapi juga kerabatnya. Yang terpenting adalah kelanjutan setelah menikah, menginginkan kelangsungan hidup yang harmonis dan sejahtera tentunya untuk selama lamanya.

Nah yang perlu kalian ketahui, tata rias jawa itu sendiri memiliki banyak sekali perbedaan setiap daerahnya, meskipun sama sama dari suku jawa. Tapi yang kita bahas kali ini hanya ada 4 tata rias yang sudah terkenal dan menyeluruh dikalangan suku jawa, bahkan yang bukan dari suku jawa pun bisa menggunakan tata rias ini.

Langsung saja kita kenali perbedaan antara tata rias suku jawa antara Solo dan Jogja. Tata rias solo memiliki 2 pilihan yaitu solo putri dan solo basahan. Sedangkan jogja memiliki beberapa pilihan, hanya saja kita menerangkan antara jogja putri dan paes ageng saja.

Diurutan pertama ada Solo Putri, karena tata rias ini lebih banyak digunakan pengantin. Solo putri sendiri memiliki kembang goyang atau pakem menyebutnya chunduk mentul /cundhuk sisir yang lebih banyak dari pada jogja putri yaitu 7 bisa juga 9 yang terpenting harus ganjil. Paes atau hiasan dahinya berwarna hitam pekat dan sanggulnya menggunakan sanggul ukel. Yang paling menonjol perbedaanya antara jogja dan solo adalah untaian bunga melati, yang panjang menjuntai dari kepala hingga sebagian badan si pengantin. Sisi sebelah kanan panjang, dan sisi sebelah kiri panjangnya hanya sampai pundak atau kurang. Dan busananya menggunakan bludru hitam.

Tapi dijaman modern ini, mereka banyak yang memodifikasi dalam berbusana. Seperti contoh gambar diatas lebih memilih menggunakan busana berwarna daripada pakem. Tentunya tidak mengurangi nilai adat. Karena tata rias kepala tetap menggunakan pakem solo putri.

Sebetulnya keduanya sama karena memang sama sama dari Solo, hanya saja sedikit perbedaan pada paes dan busananya. Alis lebih menonjol karena bentuknya ngepang atau bercabang. Untuk solo basahan hampir semua berwarna hijau. Paesnya pun berwarna hijau begitu pula dengan busana/dodotan yang dipakai. Tetapi jika dodotan dipadukan dengan busana bludru itu sudah bernama lain, yaitu basahan Keprabon. Ini terlihat lebih berkelas karena tidak harus terlalu mengumbar area dada si pengantin

Karena busananya juga tertutup, untuk yang berhijab bisa juga tetap mempercantik dengan hijab tanpa mengurangi pakemnya sendiri.

Berbeda dengan solo, tata rias jogja memiliki bentuk paes lebih runcing seperti sirih. Paes Jogja sendiri berwarna hitam pekat. Hanya saja hiasan dikepala terlihat lebih sedikit atau polosan. Hanya menggunakan cundhuk mentul ganjil 1,3 atau 5 saja. Dan ditambahkan 1 cundhuk mengerucut ditengah tengah sanggul. Tidak menggunakan untaian melati, melainkan menggunakan mawar di sela kanan dan kiri saja.

Sebagian pengantin memilih riasan ini untuk akad nikah, karena simple dan tidak menggunakan banyak aksesories seperti solo putri

Sama sama menggunakan dodotan, paes ageng tentu beda sekali dengan solo basahan.alisnya sama sama ngepang atau bercabang. Tapi paesnya berbeda dari yang lain. Paesnya ditambahkan aksen berwarna emas di setiap pinggirannya. Tentunya untuk ini rambut depan tidak perlu disasak. Sanggulnya juga beda, lebih kecil dari yang lain. Untaian bunga melatinya bukan dipinggir melainkan dibelakang. Chunduk mentulnya ada 5 dan tetap menggunakan 1 chunduk kerucut.