Menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden hasil Pilpres 2019. Bukan sebuah hal baru di negeri ini sebenarnya. Kita tahu, Presiden Jokowi merupakan Presiden ke-7 sejak 74 tahun negera ini lahir. Artinya dengan masa priode 5 tahun, negeri ini sudah cukup sering melantik Presiden. Barangkali kalau sudah dari dulu masa jabatan Presiden dibatasi cukup 2 priode, Indonesia sudah banyak Presiden-nya.

Terhitung pelantikan Presiden dan Wakil Presiden priode 2019-2024 ini merupakan pelantikan kedua RI 1 dan wakilnya yang akan menyambung masa jabatan keduanya.

Setelah sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sukses dengan dua kali masa pemerintahannya. Dan gak lama lagi Presiden Jokowi akan secara resmi mengikuti pendahulunya itu. Dalam hal ini kita bicara Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat lewat proses pemilihan umum.

Doa dan harapan tentu mengiringi setiap langkah Presiden dan Wakil Presiden yang akan dilantik. Terlebih ini priode kedua Presiden Jokowi. Kata orang-orang sih masa jabatan kedua seorang Presiden itu lebih baik, lebih gaspol dan tanpa beban dibanding priode pertamanya. Presiden Jokowi juga pernah bilang gitu.



Tapi sebelum itu. Ada satu fakta menarik di pelantikan Presiden dan Wakil Presiden yang direncanakan berlangsung pada 20 Oktober 2019 ini. Yaitu Wapres Jusuf Kalla. Di tahun 2009 beliau mengakhiri masa jabatan sebagai Wakil Presiden, digantikan Boediono sebagai Wapres. Dan 2019 ini Jusuf Kalla melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya. 20 Oktober nanti jabatan Wakil Presiden akan diteruskan oleh Ma'ruf Amin. Sebuah pencapaian yang gak mudah. Dan Pak JK, telah menunaikan tugasnya selama ini. Sebagai bangsa yang besar kita patut menghargai jasa para pahlawan termasuk para pemimpin kita. Terimah kasih Bapak Muhammad Jusuf Kalla...



Sekarang fokusnya ke 5 tahun kedepan. Kita sepakat meninggalkan drama cebong-kampret, gak ada lagi 1 atau 2, yang ada 3, PERSATUAN INDONESIA. Gak penting lagi kita kemarin dukung yang mana. Sekarang tugas kita mendukung. Memberi dukungan bukan berarti "hore-hore" saja. Tapi juga gak segan memberi kritik yang membangun.

Saya sendiri yang gak seberapa ini juga punya doa, harapan dan masukkan untuk Pak Jokowi dan pemerintahannya. Please Pak! Timnas Sepakbolanya dibikin jago, paten dan juara.



Selama ini orang-orang (yang saya perhatikan) kalau bahas Presiden. Topiknya gak jauh-jauh dari politik, ekonomi dan identitas (SARA). Agak muak juga sih.

Kenapa sih kita gak berpikir sesuatu yang lebih menyenangkan. Selama kita masih berbicara atas nama persatuan Indonesia. Semestinya kita juga memberi perhatian pada sesuatu yang bisa mempersatukan bangsa.

Kalau ngomong pemersatu bangsa, Gansis pasti mikirnya "link mana link woi". Bukan woi, ini soal timnas sepakbola. Sedih banget kan lihat timnas garuda kalah mulu kayak kemarin itu.



Saya harap Pak Jokowi beserta jajarannya lebih memperhatikan sepakbola. Bila perlu dipelototi 24 jam, agar gak adalagi mafia-mafia bola.

Terlebih sekarang dengar-dengar Pak Prabowo juga sudah siap bantu pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Dan kekuatan koalisi politik sekarang hampir "All Jokowi". Jadi makin powerfull !!

Pernyataan Prabowo tersebut disampaikan seusai bertemu Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10/2019).



Oke, tapi sepakbola gak ada hubungannya dengan politik saya tahu. Saya gak tahu teknisnya gimana. Pokoknya please banget, bikin Timnas Sepakbola Indonesia enak dilihat permainannya.

Saya tahu dan ingat, janji Presiden Jokowi di priode kedua ingin fokus pada sumber daya manusia. Uda pas banget dan nyambung sama sepakbola. Karena yang main bola tentunya manusia. Semoga saja janji ingin fokus pada SDM ini diterjemahkan pada peningkatan Sepakbola Nasional.



Meskipun tidak spesifik menyebut sepakbola dalam janjinya. Tapi saya yakin, bila sektor sepakbola ini dibenerin. Niscaya SDM Indonesia juga ikut bangkit. Membangkitkan sepakbola nasional ini ibarat sekali dayung dua pulau terlampaui. Prestasinya dapat, dampak ekonominya juga luar biasa.

Fokusnya pemerintahan pada SDM berarti mengingatkan kita bahwa Sumber Daya Alam yang selama ini diagung-agungkan di negeri ini sudah tidak bisa terus kita bergantung pada sektor tersebut.

Minyak, kayu, sawit, karet dan tambang gak bisa terus diandalkan. Sudah saatnya mulai membangkitkan sektor lainnya. Industri yang berbasis SDM, kreatif dan sportainment.

Kebanggaan bangsa

Melihat perkembangan akhir-akhir ini dimana banyak tingkah orang-orang yang makin aneh. Saya jadi berpikir kalau kita sebenarnya ini butuh sesuatu yang mengembirakan dan membanggakan. Dan prestasi di sepakbola jadi salah satu cara konkretnya.

Gak usah muluk-muluk deh mimpi masuk piala dunia. Melihat permainan timnas sepakbola Indonesia yang sedap dipandang saja sudah adem banget bagi saya. Gak kayak penampilan timnas senior kemarin di kualifkasi world cup 2022.

Berasa gak sih kalau kita itu kekurangan hal-hal yang bikin kita bangga. Mayoritas orang Indonesia itu fanatik sama bola. Suporter Indonesia itu terbaik sekaligus terburuk sedunia. Bukan semata berlaku anarkis setiap timnya kalah. Tapi kalau kalah melulu, pasti rasa kecewa itu sulit dibendung.

Saya harap di priode kedua Presiden Jokowi dapat memahami hal ini. Bikin bangsa ini bangga dengan timnasnya.

Lapangan pekerjaan dan wisata baru

Sewaktu Cristiano Ronaldo memecah rekor pemain termahal sedunia dengan mega transfer dari MU ke Real Madrid. Dan kabarnya biaya transfer tersebut sudah bisa tertutupi dari penjualan jersey.

Begitu besar potensi dari sepakbola. Gak cuma bangga-bangga ke dunia saja. Tapi lebih dari itu. Bisnis, lapangan kerja dan wisata.

Dengan jumlah pecinta sepakbola yang gila-gilaan. Seharusnya Indonesia sudah sejak dulu mengembangkan sepakbola. Tapi entah apa yang merasuki negeri ini sehingga sepakbola di negara ini seolah jalan di tempat.

Pengembangan teknologi

Saya pikir Pak Jokowi ini pro terhadap perkembangan teknologi. Biarpun orang bilang ndeso, tapi pemahaman teknologi beliau ini sudah bagus.

Melihat kondisi sepakbola Indonesia kini yang kata orang disesaki bakat alami. Saya pikir bila dikolaborasi dengan teknologi, maka akan hasilnya akan luar biasa.

Sekali lagi secara teknisnya saya gak tahu gimana. Tapi yang jelas teknologi sebuah keniscayaan. Gak bisa ditolak, termasuk dalam dunia sepakbola.

Sepakbola kita gak bisa lagi cuma bergantung pertandingan antar kampung. Bila mimpi ke piala dunia, maka usahanya mesti profesional lagi.

Mulai infrastruktur, sport sains, hingga sport entertainment mesti ditingkatkan. Negara lain sudah makin profesional, masa iya Indonesia mau gini-gini aja.

Uda deh pokoknya gitu aja harapan saya pada pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Tentu kalau soal peningkatan ekonomi, pendidikan dan keamanan selalu diharapkan oleh setiap anak bangsa. Tapi gak bisa saya tuliskan panjang lebar disini.

Saya beryakinan bila sepakbola Indonesia maju menuju industri sepakbola yang profesional. Maka gak cuma prestasi sepakbola saja yang didapat. Kebanggaan, lapangan pekerjaan, objek wisata baru dan pendapatan negara didapat tanpa harus terus mengerus kekayaan alam. Tapi ini potensi sumber daya manusia.

Secara spesifik saya minta, harap dan doakan agar sepakbola Indonesia ini maju. Seperti slogan dirgahayu Indonesia ke-74. SDM Unggul, Indonesia MAJU.

Semoga Menpora yang nanti gak korupsi lagi. Oia, mungkin saya salah menunjukan harapan saya tentang sepakbola pada seorang Presiden. Seharusnya ke Ketum PSSI. Ah tapi saya uda skeptis duluan.

Semoga kalau sama Presiden langsung gak bikin patah harapan. Dan yang terpenting ialah apapun yang diharapkan oleh kita semuanya. Pemerintahan kedepan mesti mampu menjaga keamanan. Karena tidak ada negara maju yang bermasalah dengan keamanan.

Oleh Rianda Prayoga, Binjai 19 Oktober 2019.