Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

inase301Avatar border
TS
inase301
Papandayan yang Tak Terlupakan




Orang-orang mengatakan bahwa mendaki gunung adalah pelarian terbaik disaat penat dengan aktivitas sehari-hari. Menyaksikan keindahan matahari pagi terbit dari puncak gunung merupakan salah satu kenikmatan tersendiri bagi setiap siapa saja yang menyaksikannya. Namun tidak bagiku, aku adalah seorang yang sama sekali tidak tertarik untuk mendaki gunung. Bagiku, mendaki gunung adalah hal yang sangat melelahkan dan entahlah, pandanganku terhadap gunung selalu saja buruk. Banyak pikiran buruk yang menghantuiku jika aku membayangkan bagaimana menyeramkannya keadaan di atas gunung terlebih dengan lebatnya pepohonan serta terjalnya tanjakan demi tanjakan terjal serta curam yang harus didaki pada saat ingin mencapai puncak. 




Ya memang gunung adalah tempat paling tidak menyenangkan bagiku. Hal tersebut karena cerita  yang terjadi setahun lalu, saat seseorang yang telah lama kukagumi mengajakku untuk mendaki gunung yang berada tak jauh dari tempatku merantau kini. Cerita yang makin membuatku sangat anti terhadap gunung dan seisinya. Cerita yang membuatku kehilangan orang yang selama ini kukagumi..

**

Sebut saja ia Ryan, secara tiba-tiba Ryan memintaku untuk menemaninya mendaki Gunung Papandayan. Ryan juga adalah teman sekelasku yang bisa dibilang sudah sangat  sering mendaki gunung.

Eh Na, temenin aku muncak lah ayo sekali aja plisss”, ucap Ryan yang tiba-tiba menghampiriku seusai kelas.

Ah apasih Yan, kamu kan tau aku ga suka gunung.” jawabku ketus

Kenapa sih gitu amat, kamu kan belum coba ndaki gunung. Nanti kamu tau sendiri kok gimana indahnya pemandangan gunung. Nanti kamu bakal liat lautan awan dari atas puncak…”, rayu Ryan yang belum saja selesai sudah kupotong

Ga ga ga, berisik amat sih. Pokoknya aku ga mau. Titik.” Ujarku

Kenapa ga mau sih? Kamu tenang aja, kan sama aku. Aku bakal jagain kamu terus kok, aku jamin kamu ga bakal kenapa-napa. Kamu yakin yaa sama aku? Oke?”, pinta Ryan sekali lagi.

Aku bimbang, sejujurnya aku pun ingin sekali pergi mendaki gunung bersama Ryan. Tapi aku pun ragu karena aku sama sekali tak pernah memiliki pengalaman mendaki gunung. Sebenarnya aneh juga sih, tak biasanya Ryan memaksaku untuk menemaninya muncak. Akhirnya setelah berfikir Panjang aku pun mengiyakan ajakan Ryan.

Yaa baiklah, tapi kamu siapin semua perlengkapan dan peralatannya buat aku ya. Pokoknya aku mau tinggal berangkat aja”, jawabku dengan pasti.

Aaaa senengnya. Bisa diatur kok itu tenang aja. Jumat sore kita berangkat yaa. Aku jemput nanti..”, balas Ryan dengan penuh semangat.

**

Jumat sore aku telah bersiap mengenakan sepatu serta jaket gunung yang telah Ryan siapkan sebelumnya. Cuaca terpantau sangat terik sehingga aku pun membawa bekal cadangan air yang cukup banyak karena kupikir perjalanan nanti akan sangat melelahkan. Ku masukan tiga botol air mineral berukuran besar ke dalam tas yang juga berisikain perlengkapan pribadiku. Hingga tibalah sore hari, Ryan datang menggunakan sepeda motornya sambila membawa tenda dll untuk perlengkapan mendaki kami nanti.

Eh Nana udah siap aja, ayo berangkat”, ucap Ryan dengan penuh semangat.

Ya ya ayo. Berdoa dulu jangan lupa”, jawabku pada Ryan

Setelah berdoa dan memastikan semuanya aman, berangkatlah kami menuju Gunung Papandayan. Perjalanan dari kosku menuju Gunung Papandayan memakan waktu kurang lebih dua jam. Setelah melewati perjalanan yang belum terlalu melelahkan, tibalah kami di pos 1 sebagai titik awal pendakian.





Pukul 18:00 kami tiba di pos 1. Suasana sore itu cukup mencekam karena di pos tersebut tak nampak pendaki lain selain kami berdua. Cuaca yang pada saat siang sangat terik pada sore tersebut berubah menjadi sangat mendung dengan hembusan angin yang bertiup sangat kencang.  Aku yang sedikit agak takut menggenggam erat lengan Ryan yang sedang melakukan pengecekan administrasi oleh petugas yang ada di pos tersebut. Ku perhatikan wajah petugas tersembut tampak datar dan pucat. Tak ada sedikit pun senyum yang tampak dari petugas tersebut. Perasaanku mulai tak enak.

Yan, kok sepi gini ya? Emang ga ada yang mau naik lagi apa”, ucapku was-was

Ryan menjawab dengan tenang, “Pasti ada kok tenang aja, nanti juga di atas bakal rame banget..”

Setelah selesai dengan urusan administrasi yang cukup janggal, kami pun melanjutkan pendakian kami. Pukul 19:00 kami mulai memasuki jalur pendakian. Tak kulihat apapun selain sorot cahaya headlamp yang aku dan Ryan kenakan. Cahaya bulan cukup redup saat itu mengingat langit yang tiba-tiba saja mendung. Aku yang berjalan di samping Ryan terus melihat ke depan, tak berani kulihat samping kiri kananku. Ryan dengan penuh semangat terus berjalan sambil menuntunku.

Gimana? Seru kan mendaki gunung?”, tanya Ryan sambil membuka obrolan saat itu

Seru apanya, gelap gini. Sepi loh ga ada pendaki lain. Mana dingin banget pula..”, jawabku dengan sedikit kesal.

Yee belum rame aja kok, tuh lihat di depan ada juga pendaki lain. Kita susul aja yuk biar bareng”, ajak Ryan
Hah mana ada pendaki lain, kita cuma berdua loh. Kamu halu ya”, jawabku
Udah ayo ikut aku, kita susul mereka.

Setelah setengah berlari, aku dan Ryan mendekati pendaki yang Ryan maksud. Namun ternyata tak ada siapapun. Hanya aku dan Ryan yang dikelilingi oleh gelapnya hutan malam itu.

Tuh kan aku bilang apa, kita tuh cuma berdua. Kamu nih ah..”, ujarku dengan penuh kesal

Ryan dengan wajah kebingungan masih terus memerhatikan sekeliling, ia masih berusaha meyakinkanku untuk percaya bahwa tadi Ryan melihat ada segerombol pendaki lainnya.

Ada kok, kok kamu ga percaya ya sama aku..” jawab Ryan

Tauk ah, yaudah ayo jalan lagi” sambilku terus berjalan melanjutkan perjalanan.

Setelah melanjutkan perjalanan kurang lebih satu jam, tiba-tiba gerimis turun disertai dengan angin yang berhembus dengan kencangnya. Awalnya Ryan masih bersikeras untuk melanjutkan perjalanan, namun aku yang sudah tak sanggup akhirnya meminta Ryan untuk berhenti sejenak. Sukurnya, perjalanan kami pun telah mendekati dengan Pos 2 yang artinya kami bisa mendirikan tenda di sini.

Hujan pun turun semakin deras, dengan sigap Ryan memasang tenda dan memastikan bahwa tenda kami aman dan tidak bocor. Suara hujan dan petir yang tiba-tiba bersahutan membuatku amat takut. Ryan tampak mulai khawatir dan mencoba menenangkanku.

tenang ya Na, aman kok semuanya gak bakal apa-apa..

Baru saja Ryan berkata demikian, tiba-tiba kudengar suara bunyi anak ayam yang semakin nyaring. Suara tersebut muncul tak jauh dari tenda kami. Aku pun teringat pada mitos yang mengatakan bahwa jika ada suara anak ayam mencicit artinya ada kehadiran sosok kuntilanak yang berada tak jauh dari kami..

Yan kamu denger gak? Itu..”, ucapku terbata-bata

Ssst, tenang tenang. Kamu berdoa ya biar semuanya aman..” ucap Ryan sambil terus mengawasi keadaan di tenda kami.

Belum juga selesai, tiba-tiba tercium bau busuk yang amat menyengat. Aku semakin takut. Bau tersebut semakin menusuk hidung hingga akhirnya aku mual karena tak sanggup untuk menghirupnya. Ryan pun panik dan mengeluarkan obat-obatan yang ia bawa. Baru saja Ryan mengeluarkan obat untuk ku minum, tiba-tiba terdengar suara seperti binatang mengendus-endus yang berasal dari luar tenda kami.

Ternyata, sekelompok hewan tersebut adalah segerombol babi hutan yang entah datangnya darimana tiba-tiba mengerumuni tenda kami.

Suara babi hutan tersebut semakin kencang terdengar, aku yang sudah setengah sadar tiba-tiba ditinggalkan oleh Ryan yang berusaha mengusir sekumpulan babi hutan yang sedang berkumpul di luar tenda kami.

Kamu tunggu ya Na, aku urus babi-babi ini dulu. Kamu tunggu di sini.

Yan tapi aku takut yan, kamu di sini aja..

Baru saja ku berkata, Ryan langsung bergegas sambil mengenakan ponco karena hujan yang saat itu semakin deras. Aku yang masih mencium bau tersebut terus berbaring sambil memejamkan mata  sembari berbalut sleeping bag yang kukenakan. Ketika kubuka mataku, kulihat sesosok wajah yang hancur dengan mata merah menyala memandang seram ke arahku. Rasanya tenggorokanku tersendat. Tak bisa kuucapkan kata sepatah pun. Aku terdiam, bahkan mataku pun tak mampu berkedip menyaksikan sosok yang berbaring terbang di atasku, dengan tak henti-hentinya memandangiku.

Sosok itu, sebuah pocong dengan berbalut kain putih yang menghitam dilengkapi dengan bau busuk yang sedari tadi kucium.

Belum selesai dari situ, suara anak ayam yang juga kudengar berubah menjadi suara wanita tertawa dengan nyaringnya.

Hi..hi..hi…hi..hi”, begitulah suara tawa yang sangat nyaring, hingga telingaku sakit ketika mendengarnya.

Secara tiba-tiba sosok kuntilanak tersebut muncul di sampingku. Dengan rambut panjangnya yang acak-acakan, kuntilanak tersebut sambil terus tertawa seolah-olah ia menertawakan keadaaanku saat ini. Lengkap sudah penderitaanku malam ini, berada di tengah gunung saat hujan lebat. Beserta dua makhluk yang sangat menyeramkan ini.

Aku pun pasrah atas kejadian yang sedang kualami, tak lama aku pun tak sadarkan diri.

**


Hingga akhirnya esok hari pun tiba. Sabtu pagi itu, aku terbangun dengan dikelilingi petugas penjaga gunung. Mereka tampak panik dan langsung memastikan bahwa aku dalam keadaan baik-baik saja. Akupun tak menggubris pertanyaan mereka dan langsung menanyakan dimana keadaan Ryan. Mereka pun tampak enggan menjawab, hingga akhirnya salah satu petugas menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Kamu kok bisa-bisanya mendaki gunung ini. Kan ini gunung memang lagi ditutup untuk pendakian karena satu dan lain hal.

Aku pun hanya terdiam mendengar perkataan petugas tersebut.

Tadi pada saat kami sedang patroli, kami menemukan kamu pingsan di dalam tenda yang dipenuhi dengan lumpur, lalu…

Petugas tersebut tampak enggan melanjutkan ceritanya. Dengan wajah memelas kupaksa petugas tersebut untuk melanjutkan cerita apa yang sebenarnya terjadi

Tak jauh dari tenda, kami menemukan sesosok mayat yang tergeletak dengan tubuh dipenuhi luka-luka serangan hewan. Sepertinya karena diserang oleh babi hutan..

Aku yang tak kuasa mendengar cerita petugas tersebut akhirnya tak sadarkan diri kembali..

**




sebelahblogAvatar border
zafinsyurgaAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
3.5K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan