Kok gitu??
Kok tiba- tiba distop?
Begitu kira- kira reaksi pertama kita kala mendengar berita pernyataan dari pihak Djarum Foundation untuk menyetop audisi umum PB Djarum mulai tahun 2020, artinya tahun ini menjadi tahun terakhir PB Djarum untuk menyelenggarakan audisi umum pencarian bakat pebulutangkis. Hal ini terkait dengan adanya klaim dari  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa terdapat promosi merek dagang Djarum sebagai produsen rokok.


Perlu diketahui, PB Djarum merupakan lini olahraga bulutangkis yang dinaungi Djarum Foundation, organisasi nirlaba dari PT Djarum. Dari sinilah PB Djarum melakukan pencarian bibit atlet bulutangkis dari usia muda putra dan putri dari berbagai kota. Mereka yang terpilih akan didiberi beasiswa dan dilatih untuk menjadi atlet di PB Djarum. Dari sinilah lahir para pemain bulutangkis muda yang menjadi unggulan Indonesia, seperti Kevin Sanjaya, dan Marcus Fernaldi Gideon yang saat ini menjadi ganda putra nomor satu di dunia. Sangat disayangkan bukan jika pencarian bakat pebulutangkis muda distop??


Masih hangat juga beberapa waktu lalu terjadi kerusuhan antara suporter Indonesia dengan suporter Malaysia ketika pertandingan putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2022 yang membuat kita malu. Ditambah lagi temuan kasus terbaru ditetapkannya Kemenpora Imam Nahrawi sebagai tersangka kasus korupsi oleh pihak KPK, semakin memperpanjang catatan buruk dunia olahraga Indonesia.


Lantas, solusi apa yang harus pemerintah perbuat untuk memperbaiki kondisi masa depan dunia olahraga Indonesia ?
Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi perbaikan situasi olahraga Indonesia saat ini. Pertama, masalah pendanaan untuk efisiensi dalam pengelolaan dan penyerapan anggaran APBD olahraga agar pemerintah juga tidak menggantungkan nasibnya pada pendanaan dari pihak swasta. Pemerintah memiliki pondasi yang kuat untuk mendidik dan mendanai bibit- bibit atlet berkualitas.


Kedua, pemerintah bisa mengirimkan atlet keluar negeri untuk mengenyam pelatihan dan uji coba selama beberapa bulan untuk menempa kemampuan yang lebih mumpuni, untuk menghasilkan atlet yang bisa membawa ilmu baru ke Indonesia.


Ketiga, penataan norma dan aturan yang lebih tegas kepada suporter Indonesia untuk dapat mengontrol emosi, menjaga sikap dan perilaku anarkis. Jangan sampai hanya karena ulah suporter, sepakbola Indonesia dicap negatif.





Ayo, kita dukung dunia olahraga Indonesia dengan damai dan santun!!
Demi masa depan olahraga yang lebih baik!!