Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pog94Avatar border
TS
pog94
Maukah Kita Menghilangkan Rasisme Di Indonesia?



Perbedaan budaya, bahasa, dan adat di Indonesia gak bisa dicegah karena Indonesia adalah sebuah wadah yang menampung perbedaan ini. Ibaratnya Indonesia adalah sebuah kanvas yang menyatukan bermacam-macam warna menjadi sebuah lukisan indah. Namun dalam sebuah lukisan ada warna yang dominan dan sebaliknya. Sama seperti Indonesia, dari berbagai ras, suku, agama tentu ada yang mendominasi karena satu dan lain hal. Misalnya kebebasan memeluk agama dan jumlah orang dalam ras tertentu.




Beruntungnya para [/i]foundng father[/i] kita bisa mengatasi hal ini dengan pemikiran yang matang dan diwujudkan dalam bentuk landasan negara yaitu Pancasila. Pancasila adalah simbol dari Indonesia yang sesungguhnya, artinya siapapun orangnya selama tetap berpegangan kepada Pancasila maka dia adalah Indonesia.

Tapi manusia adalah makhluk yang kompleks, ada berbagai macam hal di dalam tubuh manusia yang menjadikannya seorang manusia. Emosi, akal, egoisme, dan lain sebagainya di simpan dalam satu tubuh. Dan uniknya setiap orang mempunyai kualitas dan kuantitias yang berbeda dalam hal ini. Maka bisa munculah efek negatif dari perbedaan tersebut: ada yang merasa lebih tinggi daripada yang lain.




Saya rasa, hal ini menjadikan rasisme sebuah hal yang gak bisa dilepaskan dari Indonesia. Meski begitu, bukan berarti rasisme gak bisa diatasi dan dibatasi jumlahnya. Rasisme akan tetap ada, namun kita bisa menekan jumlahnya menjadi sekecil mungkin sampai rasisme seolah hilang dari permukaan. Maksudnya, mungkin saja rasisme muncul di lingkaran kecil seperti keluarga atau grup-grup pertemanan, namun dalam skala nasional rasisme sekan hilang.

Sejarah dan perkembangan Indonesia selama ini menimbulkan hal-hal yang memicu rasisme muncul di masyarakat. Contohnya stereotip suku-suku tertentu, orang Batak yang galak, orang Minang dianggap pelit tapi pandai berdagang, orang Jawa dianggap munafk karena selalu bertutur halus walau sebenarnya hati sedang Marah, orang Sunda dianggap senang bersolek, orang Papua yang dianggap tertinggal dan masih banyak lagi. Stereotip ini kemudian memunculkan pemikiran dan kepercayaan bahwa karakteristik dan kemampuan seseorang sebagai manusia dapat dihubungkan pada asal muasal orang tersebut.

Maka menjadi masuk akal jika rasisme adalah bagian dari Indonesia itu sendiri, sebaga warga negara Indonesia kita punya kewajiban mengurangi jumlah rasisme—setdaknya untuk saat ini, lebih masuk akal seperti ini—sambil berusaha menghilangkannya. Meskipun bukan hal yang mudah dilakukan namun bukan berarti hal ini mustahil dilakukan. Kita bisa mulai dari diri sendiri dengan menghilangkan stereotip tentang ras yang sudah ada di masyarakat. Sejauh apapun kita bermimpi, semuanya sangat tergantung pada satu langkah awal yang kita mulai. Pertanyaannya: maukah kita melakukan hal tersebut? Mungkin kita bisa mulai dengan mempercayai bahwa perbedaan ada agar kita dapat melihat persamaan yang muncul bersama dengannya. Baik Sunda, Jawa, Batak, Islam, Kristen, Hindu, Sawo Matang, Putih, Hitam, Sipit atau enggak semuanya sama-sama manusia dan warga negara Indonesia. Mungkin dengan begitu, perlahan-lahan rasisme akan hilang dengan sendirinya satu hari nanti.

Sekian opini yang bisa saya sampaikan tentang rasisme di Indonesia, kurang lebihnya mohon dimaafkan. Salam satu Indonesia, lur~


Quote:
0
355
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan