Pernah gak sih lu cerita sama orang yang entah memang tidak bisa paham apa yang lu rasa atau terlalu sulit mengungkapkan simpatinya ke kita?



Lu dah cerita panjang kali lebar tapi berakhir dengan : Terus gua harus gimana?

Lah, kalo gua tau harus gimana yakan gua ga cerita ke elu gitu yak:')
Gua gatau, elu gatau, terus menurut lu bumi ini bulat apa datar?

Kadang, kita para curhaters cuma perlu sedikit nasehat (maybe) atau setidaknya sebuah dukungan kalo emang lu udah mentok gatau harus ngapain.

Bisa jadi, mereka yang curhat itu sudah menahan terlalu lama apa yang mereka rasa dan tidak menemukan tempat untuk berkeluh kesah. Lalu kau dianggap mampu untuk meyakinkan segala asa.

Kepikiran gak sih gimana perasaan dia yang sudah meluap dan akhirnya menemukan muara untuk berhenti sejenak tapi ternyata muara itu hanya menjadi tambatan baru untuk rasa yang tak kunjung reda.

Ya.. kita memang tak seharusnya egois.
Menuntut dan berharap pada manusia yang juga punya segudang masalah malah menimbulkan masalah baru berupa rasa kecewa.

Tapi, cobalah melihat situasi apa yang sedang ia ceritakan. Apakah itu hanya masalah sepele atau sudah cukup serius hinggap perlu penanganan nine one one. Kita tidak pernah tau tingkat depresi seseorang yang gelisah. Yang pada akhirnya memilih KITA untuk menjadi muara.

Akhirnya, tulisan ini saya buat atas keegoisan saya mengharapkan seseorang menjadi pendengar yang baik untuk saya. Padahal saya tau dia akan melakukan respon yang tak saya sukai. Tapi berkali-kali, saya hanya berjalan menuju dia, lalu berputar arah dengan pipi basah.