Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nitadanieAvatar border
TS
nitadanie
Jangan Sebut Aku Hijrah



sumber foto: sini

Beberapa waktu lalu kantor Niskala dikejutkan dengan Ratna yang tiba-tiba mengundurkan diri. Menurut kabar yang beredar dia keluar karena  ingin memakai hijab. Yaps, di kantor tersebut wanita tidak diperkenankan memakai hijab. Banyak laki-laki yang kecewa saat dia keluar. Bukan apa-apa, dia adalah wanita yang paling menarik dan cantik ditempatnya bekerja. Kepribadiannya yang ramahpun membuatnya semakin banyak disukai oleh rekan kantornya. Terutama para laki-laki yang sebagian besar belum menikah. Karena itulah betapa hebohnya seisi kantor saat tahu Ratna keluar.

Niskala sendiri sebenarnya tidak terlalu akrab dengan Ratna karena mereka berbeda divisi. Mereka tidak pernah ngobrol sama sekali. Paling hanya saling tersenyum ketika berpapasan dan saling mengikuti di akun instagram. Karena itu, Niskala dapat mengetahui beberapa aktifitasnya melalui postingan-postingan Ratna yang kebetulan lewat di beranda akun IG-nya.

Mengetahui kabar tersebut jari Niskala latah membuka ponsel dan mulai stalkingakun Instagram Ratna. Kemudian dia mendapati bahwa Ratna sudah menghapus semua foto dirinya dan hanya ada satu postingan baru yang berisikan kata-kata seperti ini: “MELEPAS HIJAB KARENA PEKERJAAN? Itu cari kerja untuk ladang pahala atau ladang dosa? Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik (HR Ahmad)” . Seketika Nis menutup ponsel nya. Perasaannya langsung tak enak. Sungguh ia merasa malu pada dirinya sendiri. Disamping itu Nis juga merasa kagum dengan keberanian Ratna untuk meninggalkan zona nyaman dalam pekerjaannya demi hijab. Sedangkan Nis hanya bertahan tanpa keberanian sedikitpun untuk melangkah pada hal yang jelas lebih baik. Mulai saat itu akun Instagram Ratna selalu dihiasi dengan postingan-postingan bertemakan hijrah dan agama.

Semenjak hijrahnya Ratna, Nis selalu kepikiran dengan kata itu. Hijrah. Kata yang sering ia temui di akun-akun sosialnya. Betapa trendnya istilah hijrah saat ini. Hingga banyak sekali akun-akun hijrah yang sudah memiliki ratusan ribu pengikut. Sungguh ia sangat kepikiran. Sebenarnya  sudah sejak dulu  sebelum kata hijrah tenar ia ingin sekali mengubah pola hidupnya yang sudah terlalu jauh melangkah dari Tuhannya. Semenjak Nis lulus dari Aliyah, ia mulai lupa pelajaran-pelajaran agama yang sudah ia pelajari, doa-doa yang pernah ia hafal serta Al-quran yang sudah lama ia tinggalkan. Betapa rindunya ia akan ketenangan. Namun ada hal yang Nis takutkan jika ia berubah. Bukan takut kehilangan pekerjaan, bukan juga takut kehilangan teman. Wanita dua puluh tiga tahun itu takut akan sesuatu hal.

Hatinya terus tergelitik untuk mencari tahu, mencari kepastian dan alasan yang benar-benar dapat membuatnya yakin bahwa ia mampu. Internet dan buku belum membuatnya cukup puas untuk meyakinkan hatinya. Hingga pada suatu hari Nis tidak sengaja bertemu dengan Ratna di Cafe dekat kantornya. Nis merasa kagum dengan penampilan baru Ratna. Sekujur tubuhnya sudah tertutup kain longgar berwarna gelap kecuali wajahnya dengan tahi lalat di dagunya. Sejenak mereka berbasa basi kemudian memutuskan untuk duduk bersama dikursi dekat jendela. Kebetulan yang menguntungkan bagi Nis. Ia memiliki sebuah kesempatan untuk bertanya banyak hal pada Ratna perihal hijrahnya. “Na, Kamu hebat ya. Berani ninggalin kerjaan kamu untuk memakai hijab?” Nis memulai introgasinya.

Ratna tersenyum hingga nampak gigi gingsulnya yang membuat Ratna semakin manis. Ratna menjawab bahwa itu sudah kewajiban. Ia juga bilang bahwa ia sempat ditahan oleh HRD untuk resign.

“Iya. Aku sih jujur aja kalau aku ingin menggunakan hijab. Terus HRD bujuk aku mungkin bisa saat berangkat dan pulang kerja aku pakai hijab. Dan hanya pas jam kerja aja aku lepas, kan sayang gaji aku dengan jabatan yang kemarin sudah cukup besar katanya. Terus aku jawab gini, mbak memakai hijab itu kewajiban. Saya juga kerja inginnya untuk ibadah. Kalau saya kerja tanpa hijab saya rasa ibadah saya malah setengah-setengah. Saya tidak mau setiap harinya menanggung dosa karena aurat saya dilhat setiap laki-laki di kantor. Setelah itu HRD mempersilahkan dan bilang aku bisa menguhubunginya selama satu bulan kedepan jika aku berubah fikiran.” Ratna berkata dengan bangga.

Semakin lama semakin jauh obrolan mereka seolah mereka sudah berteman akrab sejak lama. Mereka bercerita banyak hal. Hingga sore mulai datang Nis pamit pulang. Sementara Ratna ia masih menunggu seseorang di cafe itu.

Percakapan Nis dengan Ratna sebenarnya tidak membuahkan hasil apapun untuk Nis. Ia justru kecewa dengan pertemuan tersebut.

Semakin hari gejolak di hati Niskala semakin tak menentu. Ia teringat pada pamannya di kampung yang seorang pemuka agama. Nis pun mengambil cuti beberapa hari untuk menenangkan fikiran. Ia pulang ke rumah kakeknya di Garut. Kemudian berangkat ke rumah pamannya.  Beliau adalah orang yang cukup terpandang dan cukup paham tentang persoalan keagamaan.  Disana mereka bercakap sangat akrab seperti seorang anak yang menceritakan petualangannya berkemah pada ayahnya.

Obrolan mengalir begitu saja. Seperti sudah dirumuskan, tiba-tiba percakapan itu menuju hal-hal yang Nis harapkan. Ia mendapatkan kesempatan untuk menceritakan keadaannya saat ini. Gejolak hati yang  Nis rasakan, fikirannya yang penuh dengan keraguan pada dirinya sendiri serta rasa takutnya.

Tahukah kalian apa yang Nis dapatkan?  Pamannya yang berjanggut panjang itu berkata bahwa umat islam akan terbagi menjadi tujuh puluh tiga golongan dan hanya satu golongan yang akan masuk surga. Kau tahu golongan yang mana? Mari ikutlah dengan bapak. Yakikan dirimu dijalan-Nya. Ikuti Al-qur’an dan Sunnah. Sekilas tidak ada yang ganjil dengan ucapannya hingga tiba diujung penjelasan dia berkata bahwa Nis harus mengucapkan syahadat ulang dihadapan semua anggota golongannya. Karena jika tidak seperti itu maka Niskala dianggap masih kafir. Ia juga harus menyumbangkan sebagian gajinya sebagai infaq pada bendaharanya.  “Biar aku fikirkan dulu paman. Hal ini mesti kufikirkan dalam-dalam”. Tanpa mengurangi rasa hormat ia berusaha menolak secara halus. Ia takut jika obrolan itu berlanjut maka Ia akan semakin terpengaruh oleh pamannya itu.

***

Beberapa minggu setelah Nis kembali pada rutinitasnya di Jakarta, Nis bertemu dengan tunangannya yang baru saja pulang dinas di Padang. Namanya Anggiat. Pria tinggi nan sawo matang itu keturunan Medan Padang. Namun Nis lebih nyaman memanggil nya mas seperti orang jawa dari pada abang, uda atau aa.

Seperti sepasang kekasih lainnya yang sudah bertahun-tahun tak bertemu. Di beranda rumah Nis, ketika bulan baru saja muncul.  Mereka saling bertukar cerita. Saling bertukar bahagia dan keluh kesah. Anggiat menceritakan betapa panasnya kota rendang itu karena ia dinas di pusat kota dekat laut. Ia bahkan memberi tahu Nis bahwa angkot-angkot disana sangat ceper, dan ia juga sangat menyukai makanan kerang laut yang disebut dengan pensi. “Kalo disini nggak ada. Duh kalo aku pengen masa mesti beli ke padang.” Katanya.

Begitu juga dengan Niskala. Dia bercerita banyak tentang hal-hal yang ia alami selama tunangannya itu pergi karena tugas negara. 

“Hahaha hijrah? Kamu mau hijrah?”  Anggiat tertawa ketika Nis meminta pendapatnya tentang hijrah.  “Kamu mau ikut-ikutan trend apa bener-bener berubah neng? Duh neng Niska ini, bikin kaget aja.”

“Ya aku nggak tahu juga. Sebenernya aku takut mas.”

“Nah sekarang mas mau tanya, hijrah yang terbayang dalam fikiran kamu itu seperti apa?”  Anggiat menyandarkan gitarnya ke tembok kemudian fokus pada Niskala.

“Menurutku ya ada beberapa definisi. Kalau di dalam kamus itu hijrah artinya pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain kan, hijrah juga bisa diartikan berpindah ke sesuatu yang lebih baik Tapi aku bingung mas. Setelah aku teliti hijrah yang sering aku dengar kemarin-kemarin itu aneh.”

Anggiat mengernyitkan dahi.

Nis melanjutkan “Ketika orang menyebut dirinya hijrah, kebanyakan dari mereka menghapus foto-foto mereka yang tak memakai hijab di sosial media, kemudian di ganti dengan kiriman-kiriman bertemakan dakwah. Tapi malah isinya kebanyakan menyindir orang-orang yang belum hijrah. Bukankah itu termasuk riya’ dan sombong?  bukan hanya itu tidak sedikit juga orang yang masih pamer di storynya. Misal ia sedang berada di restoran mewah, makan makanan enak. Meskipun wajahnya ditutup oleh emoticon apa bedanya dengan pamer kemewahan?”

Anggiat tak berkata apapun dan masih menyimak Niskala dengan seksama.

Nis melanjutkan segala curahan hatinya yang selama ini terbendung dan menunggu wadah untuk segera dimuntahkan. Nis juga bercerita tentang Ratna yang mengaku ta’aruf tapi masih bocengan dengan kawan ta’arufnya itu. Baginya bukankah islam melarang pacaran serta apapun yang terjadi didalam pacaran. Kemudian mengapa banyak orang yang mengaku hijrah dan mengklaim dirinya anti pacaran namun melakukan hal-hal yang ada dalam pacaran.  Mereka tidak mau disebut pacaran, tapi boncengan berduaan, atau satu mobil berdua. Makan bareng di cafe, bahkan berangkat kajian bersama-sama. “Pacaran itu hanya sebuah kata yang bila dilakukan haram. Namun yang terjadi dalam pacaran mereka halalkan. Mereka telefonan malam-malam, bahkan saling bertanya sudah shalat belum? Dengan rasa rindu yang berkecamuk dihati mereka.” Niskala meluap-luap. Dahinya mengkerut, matanya berkaca-kaca.

“Nah sekarang Mas mau tanya, Kalo kamu hijrah kamu maunya hijrah yang mana diantara definisi-definisi yang kamu sebutin tadi?”

“Aku hanya ingin tobat mas. Bukan hijrah. Tapi aku tidak siap. Aku takut sulit untuk istiqomah selain itu aku takut ......”

“Takut apa?”

“Takut pada diriku sendiri. Aku takut jika aku nanti berubah dan hijrah, aku akan merasa bahwa aku lebih baik dari pada orang-orang yang belum hijrah.  Aku takut tidak bisa mengatasi rasa sombong dihatiku, aku takut semakin panjang hijabku aku akan semakin merasa menjadi wanita yang paling soleha. Semakin longgar pakaianku aku akan merasa bahwa ibadahku lah yang paling baik. Betapa buruknya aku saat ini mas, akupun masih nyinyir terhadap orang-orang ku sebutkan tadi bukan?”. Air mata sudah berkumpul disudut matanya lalu segera mengalir ke pipi dan berakhir di dagu.

“Nis. Kamu bukan nyinyir. Jadikanlah orang-orang yang kamu sebutkan tadi sebagai cerminan untukmu agar tak seperti itu. Lagi pula bukankah mereka juga sama-sama masih belajar? Ambilah sisi positif dari mereka. Merubah kebiasaan itu bukanlah sesuatu yang akan terjadi secara instan. Semua harus bertahap dan pelan-pelan. Jika sulit mulailah dari berbuat baik pada orang-orang. Kemudian mulailah shalat tepat pada waktunya. Setelah itu belajarlah untuk shalat dengan khusyu dan fokus. Jika hal itu bisa kamu ubah, barulah mulai kebiasaan baik yang lain. Soal rasa takutmu perlu kamu ingat sebuah pepatah ‘dari mana kita berasal, Mengapa kita dilahirkan dan akan kemana setelah semua ini usai’. Semua itu perlu kamu renungkan  hidup kita hanya sebentar. Jangan berikan kesempatan pada sifat sombong untuk menguasaimu. Tak perlu hal itu kamu jadikan beban. Cukup berbuat baik, dan selalu berprasangka baik pada orang lain. Pasti hatimu akan selalu tenang.”

Hati Nis semakin lega. Ia merasa bahwa jawaban itulah yang selama ini ia cari. Nis mulai menutup rambutnya. Namun hanya saat bekerjalah ia melepasnya. Ia juga mulai menjadikan shalat sebagai prioritas utamanya dibanding dengan kegiatan lain.  

Sebulan kemudian Anggiat melamar Nis. Mereka menikah tiga bulan setelahnya. Nis mulai menanggalkan pakaian-pakaian pendeknya lalu mengganti dengan busana yang menutup rapat seluruh tubuhnya. Ia pun meninggalkan pekerjaan yang selama ini dicintainya kemudian ikut bersama dengan Anggiat ke Padang. Perlahan tapi pasti Sang Pencipta memudahkan jalan Niskala untuk senantiasa berada dekat dengan-Nya.
 
 
 
 
 
Diubah oleh nitadanie 24-05-2019 21:55
d.l.mayAvatar border
boby008Avatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.6K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan