wanimatihhAvatar border
TS
wanimatihh
Penemuan Hijrah ku Dalam Bersahabat



Hari ini seperti rasanya kacau sekali, tadi malem begadang ada tugas ternyata membuatku gak menghiraukan suara alarm shubuh, ada alarm juga ternyata kehadirannya selama setahun ini gak ada pengaruh juga bagiku, jadi bener tuh kalo ada yang bilang, gaya atmosfer kasur lebih besar kekuatannya daripada suara apapun.
Masalah diawali saat kubuka layar handphone, banyak chat masuk yang berisik sekali, salah satu chat nya dateng dokter, belum selesai kubaca pesan singkat itu, aku langsung ke kampus dengan kecepatan tinggi, ternyata belum terlambat, Syukurlah bahan presentasi sudah siap semalaman, aku membuka tas sambil cari laptop, aku baru ingat kalo aku gak membawa laptop karena tadi buru2, rasanya kaya mau nangis di pojokan kelas, tapi tiba2 kudengar suara seseorang, Maaf dokter, saya bersedia menggantikannya untuk presentasi Mimpi apa aku semalam, sampe gak percaya dengan penglihatanku sendiri. Kenapa Nadia begitu baik padaku aku gak lagi bermimpi kan?
Ku memberanikan diri untuk mendekatinya setelah tutorial berakhir.
Nadia terimakasih sudah mau menolongku tadi. Apa kamu mau kutraktir makan di kantin sebagai bentuk terimakasih ku !!
Oh oke, dengan senang hati,


“Sinta, aku mau kasih tau kabar super duper penting, kamu harus tahu” kataku dengan senyum merekah.
“Kenapa Rat? Kamu mau kasih tahu aku kalau kamu mau nikah? Iyaa? Eh iya kah Raaat?” kata Sinta sambil menggoyang-goyangkan pundakku dengan mata membulat.
“Ah, apaan sih Sin, kamu itu salah besar. Ada lagi sesuatu yang lebih penting dari itu.” kataku dengan nada misterius.
“TUH KAN BENERAAAN, kamu ga bisa bohong sama aku Rat, kamu beneran mau nikah? Ya Allah terimakasih, ternyata ada pria yang mau sama sahabatku ini” kali ini Sinta bahkan hampir sujud syukur kalau saja aku tidak mencegahnya.
“Sinta, dengarkan aku baik -baik, aku mau kasih tahu ke kamu kalau aku……pacaran sama Galih!” teriakku histeris tepat di depan wajah Sinta.
Sedetik kemudian, Sinta terdiam tak berkomentar. Agaknya dia meragukan ucapanku barusan.
“Kuulangi lagi ya Sin, aku pacaran sama Galih. Iya, dia yang jadi asdos, dia yang wajahnya melelehkan semua wanita, Sin. Aku gak bohong, bahkan kita udah pernah jalan sekali ke pantai.Dia laki-laki paling romantis yang pernah aku temui. Kamu percaya aku kan Sin?” ucapku dengan mata berbinar.
Tiba-tiba secara cepat Sinta memelukku, lalu memandangku tepat di bola mataku
“Iya Rat, aku percaya dengan ceritamu.Selama kita bersahabat, aku belum pernah melihat kamu sebahagia ini . Kamu bahagia bersama Galih?” dia balik bertanya padaku.
“Jenis pertanyaan macam apa itu, Sinta? Ya jelas aku bahagia! Wanita mana yang tidak mengimpikan laki-laki seperti dia, Sin?” kataku heran.
“Jika kamu sekarang merasakan bahagia, maka itulah kebahagiaan yang semu, Ratna sayang. Kenapa kukatakan semu? Karena setiap keburukan itu indah saat dijalani , tapi dosanya akan tetap kekal. Itulah kebahagiaan yang semu.” kata Sinta lugas.
“Oh jadi kamu mau melarangku untuk bisa bahagia dengan Galih, Sin? Kamu iri sama aku,ya? Kamu mau bilang kalau yang aku lakukan ini buruk?” jawabku tak terima.
“Bukan Rat, bagaimana aku bisa tak senang melihat sahabatku bahagia? Aku sayang padamu, Ratna. Mencintai dalam agama kita ada caranya sendiri, dan saat kita menjalaninya, maka kebahagiaan itu akan kekal dan lebih diridhoi. Bukankah keberkahan dan keridhoan Allah adalah tujuan hidup kita?” kata Sinta lembut.
“Kamu bisa begitu ke aku Sin, tapi bagaimana dengan teman-teman yang sudah berjilbab dan dikenal aktivis dakwah namun tetap berpacaran? Bukankah mereka sudah lebih paham daripada aku yang bahkan belum berjilbab? “ jawabku tak terima. Enak sekali dia melarangku untuk berpacaran.
“Itulah sebabnya aku tak ingin hal itu terjadi padamu, Ratna. Jangan lihat contoh itu, mungkin saja mereka belum benar-benar paham hakikat cinta. Baginda Rasul sudah berpesan indah, bahwa tak ada solusi paling mulia bagi sepasang manusia yang saling mencintai selain dengan ikatan pernikahan.” Sinta menatap mataku lekat.
Aku keluar dari kamar Sinta dengan muka masam. Dia berhasil mencampur aduk suasana hatiku. Sahabatku satu itu memang cerewet, dia tak akan sungkan untuk mengingatkanku jika ada sesuatu yang kurang pas di matanya. Termasuk soal pacaran. Apa katanya tadi? Menikah? Solusi macam apa itu? Sungguh tidak applicable buatku dan Galih yang bahkan masih kuliah.
“Hai, Raaaaat! Masih ngambek sama aku nih ceritanya?” tiba-tiba sebuah lengan melingkari leherku, gampang banget ditebak, Sinta!
“Iya” jawabku jutek sambil makan kentang goreng kantin.
“Ntar kalau ngambek terus, cantiknya luntur loh. Senyum yuk, biar inner beauty nya terpancar” goda Sinta.
“Iya iya, mana aku tahan lama-lama marah sama kamu. Tapi kamu kemarin kasih petuah aneh banget Sin,asli! Menikah katamu? Hahahaha” kataku sambil mencomot kentang part 2.
“Kemarin aku belum selesai cerita, kamu sih udah masam duluan wajahnya. Jadi , di daIam Islam sudah mengatur semuanyaaaaa,Ratna. Kalau belum sanggup menikah, maka berpuasalah,karena itu akan menjadi tameng bagi hawa nafsu” papar Sinta dengan jelas.
Suasana hening. Aku meresapi kata demi kata Sinta.
“Itulah indahnya agama kita, Ratna. Allah ingin kita berpuasa, menundukkan pandangan, menutup aurot, menghindari untuk berdua-duaan dengan lawan jenis, itu semua kembali pada kebaikan kita juga. Allah ingin kita menjaga kehormatan perasaan sampai waktunya tiba,yakni sampai kedua insan yang saling mencinta disatukan dalam ikatan pernikahan. Saat itulah pacaran akan terasa lebih menyenangkan dan tentunya, menuai pahala” ujar Sinta sambil tersenyum
Malam ini spesial sekali, aku sudah lama menantikannya. Kesibukan masing-masing membuat kami jarang menghabiskan waktu berdua. Yah, inilah waktu yang tepat untukku berbicara padanya. Tekadku sudah bulat.
“Sayang, kamu dari tadi kok melamun terus sih?Ada yang kamu pikirkan ya?” tanya Galih heran.
“Oh enggak, aku gak memikirkan apapun kok. Aku cuma mau mengatakan sesuatu sama kamu” kataku dengan pelan.
“Kamu sakit, Ratna? Gak biasanya kamu jadi diem gitu. Kamu mau bilang apa?” Galih mencoba mengusap dahiku , tapi kutepis halus.
“Galih, kapan kamu mau menikahiku? “ tanyaku tegas.
Sesaat Galih kehilangan kata-kata mendengarkan ucapan itu keluar dari mulutku.
“Apa, menikah Rat? Kita ini masih mahasiswa, kenapa kita tidak menjalaninya dulu pelan-pelan baru memikirkan hal itu? Come on, kamu ga biasanya seperti ini Ratna” jawabnya cepat.
“Oke, kalau begitu, kita putus aja. Aku tak mau menjalani hubungan yang tidak jelas. Kumohon kamu hargai keputusanku ini, Galih. Selamat tinggal” ku bergegas berdiri.
“Tidak Ratna, kamu tidak bisa memutuskan sesuatu dengan sepihak seperti ini”, Galih meraih lenganku kasar.
“Lepaskan tanganku, Galih!” aku berlari meninggalkannya dan tidak lagi menoleh ke belakang.
Oh Allah, kuatkan hamba mu ini
Amiin..


Quote:
0
527
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan