rayiajaAvatar border
TS
rayiaja
Kembali kepadanya adalah jalan terbaik



◇◇◇◇◇◇

Pagi yang cerah diawal puasa ramadhan ini. Memandang kota surabaya yang penuh dengan aktivitas, di awal hari umat islam melaksanakan ibadah wajib bulan ini.

Namaku rini, seorang anak dari orang tua yang sama- sama sibuk akan aktivitas pekerjaan mereka. Aku dibesarkan oleh seorang bibi, yang mereka sebut pembantu, namun Aku merasa bibi Irah adalah ibuku, bagaimana tidak, dari Aku bayi hingga dewasa dialah yang selalu disampingku.
akupun tak pernah rewel saat ibuku dan ayahku sama-sama bekerja. namun, jika bibi Irah hilang sekejap dari pandanganku aku langsung menangis dengan keras. Sehingga ia tak pernah tega meninggalkan aku sendiri kecuali aku tidur.

◇◇◇◇◇◇


Usiaku sekarang telah beranjak dewasa menginjak umur 17th. Saat aku kecil bibi Irah yang menjagaku, namun ada kesedihan yang Aku rasakan saat teman-temanku mulai bercerita tentang kedua orang tuanya, makan sahur bersama, keseruan tarawih dan rencana untuk berlebaran nanti.

Bagiku lebaran adalah hari dimana kami akan berkumpul dan akan makan bersama. Atau kadang kami melewatkannya begitu saja jika orang tuaku ada keperluan mendadak. Dan bi Irahpun harus pulang kampung menjenguk keluarganya dikampung. Saat inilah kesepian melandaku.

◇◇◇◇◇◇◇


Orang tuaku adalah seorang pengusaha textil, dimana ayahku bagian hubungan eksport import dan ibuku sebagai wakilnya.
Kehidupanku biasa saja layaknya anak usiaku. Namun, pendidikan agamaku tidaklah seperti teman sebayaku. yang mungkin lebih mendalam.
bibi Irah sekarang telah berusia 55th, Dia sudah merawatku dari kecil, dan karena kesibukan pekerjaan rumah, dia hanya mengajariku seadanya, aku selalu mengikuti les sekolah. Saat puasapun aku masih mengikuti kegiatan sekolah.

◇◇◇◇◇◇

Suatu hari aku mendengar bahwa anak bi Irah di kampung sakit parah, dan keluarga dikampung membutuhkan bantuan bi Irah untuk menjaganya karena keluarganya banyak yang merantau. Dengan perasaan tidak enak bi Irah meminta izin kepada ibuku. Dan ibukupun mengijinkannya. Ibuku berencana mencarikan pembantu pengganti sementara untuk mengurus keperluan rumah tangga.

◇◇◇◇◇◇


Seorang ibu-ibu setengah baya datang ke rumahku, namanya bi Minah.
Dia terlihat lembut dan sopan. Kelihatannya bi Minah orangnya enak. Akupun merasa tidak terlalu kesepian di tinggal bekerja oleh orang tuaku.

◇◇◇◇◇◇◇


Tak terasa puasa sudah memasuki hari ke 5, aku tetap berpuasa selayaknya muslim lainnya, dibantu oleh bi Minah untuk membangunkan sahur, dan menyiapkan persiapan berbuka.

Suatu hari Aku melewati kamar bi Minah, sayup-sayup ku dengar dia melantunkan Ayat-ayat Alqur-an. Aku memang tidak terlalu pandai mengaji, karena aku tidak rutin mengaji saat masih anak-anak. Orang tuaku yang mempercayakanku pada bi Ira dan menyuruhku pergi ke pondok mengaji.
Aku mengaji berpindah-pindah karena tidak betah, sehingga aku harus mengulang dari awal untuk mengaji setiap berganti tempat mengaji, karena itulah aku tidak pernah hatam dalam mengaji.
Bi Minah mengaji dengan sangat pelan dan enak sekali, suaranya yang lembut mendamaikan hatiku yang jarang sekali mendengarkan lantunan ayat-ayat Alqur-an.
Tak terasa diapun menoleh ke arah pintu tempatku berdiri.

Quote:


Lalu aku berpamitan pergi ke kamar.
Di dalam kamar aku masih merenung, dengan perkataan bi minah, aku pernah mendengar orang mengaji, namun suara bi minah sangatlah berbeda, dia mengaji seperti qiroah-qiroah yang ada di televisi. Sangat enak dan tenang untuk di dengarkan. Aku segera beranjak untuk aktivitasku.

◇◇◇◇◇◇


Hari ini ibu harus mengunjungi temannya di bandung dan mungkin tinggal untuk beberapa hari, sebelum ibu pergi ibu mengajakku makan sahur bersama, hal yang sangat aku sukai. Karena ayah belum kembali dari semarang maka aku kali ini berkumpul bersama ibu, kami saling berbagi cerita karena aku memang sangat jarang bertemu ibu.

Quote:


Aku senang mendengar bahwa tahun ini ibu berencana mudik, karena sudah lama sekali aku tidak pulang kampung. Ibuku kelahiran solo, sedangkan ayahku yogyakarta, tidak terlalu jauh jarak ke kampung ayah.

◇◇◇◇◇◇


Puasa sudah memasuki minggu pertama, ada kabar tidak di duga datang.
Bi Irah tidak bisa kembali ke rumah, karena ia harus memutuskan merawat anaknya. Aku merasa sedih karena bi Irah harus berhenti merawatku, sementara dia sudah ku anggap pengganti orang tuaku. Namun aku harus mengerti posisi bi Irah saat ini.

Bi minah baik sekali, dia juga sangat religius, sholatnya tidak pernah bolong. dan jika ada waktu luang digunakannya untuk mengaji.

Quote:


Kami berbincang- bincang bersama, bertanya keluarga bibi minah yang memiliki anak tunggal namun meninggal karena kecelakaan, sedangkan suaminya sudah lama meninggal sakit TBC. Aku sangat kasihan pada bi minah, yang tegar menghadapi kehidupan. Tidak menyangka keluarganya telah tiada. Sehingga memutuskan menjadi pembantu atas ajakan tetangganya yang peduli kepadanya, untuk memenuhi kebutuhan hidup.

◇◇◇◇◇◇


Saat ibuku pergi ke bandung dengan mobil kami beserta supir, aku mendapatkan kabar kalau mobil ibu di tabrak dari belakang oleh bus yang remnya blong.
Sontak aku seperti terkena petir di siang bolong, bagaimana tidak, kemarin kami baru berbincang-bincang hangat untuk berencana mudik, namun itu adalah hari terakhir ibu bersamaku.
Aku menangis sejadinya, aku kehilangan 2 orang yang paling aku sayang, bi Irah dan ibuku. Meskipun ibuku jarang bersamaku, aku sangat menyanyanginya, dia rela bekerja banting tulang demi masa depanku. Aku belum rela kehilangannya.
Ayahkupun segera pulang dan menenangkanku.

◇◇◇◇◇


Dalam puasa yang penuh dengan keberkahan ini, aku merasa sangat kehilangan. Puasa masih setengah bulan. Dan akupun tidak bisa menahan kesedihan ini. Bi minah selalu mendampingiku, tidak enak rasanya menjadi anak tunggal, dan harus merasakan kesepian ini sendiri.


◇◇◇◇◇◇◇


Setiap hari yang kulakukan hanya melamun, tidak tau apa yang harus kuperbuat. Hingg bi minah mendekatiku,

Quote:


Aku hanya terdiam, lemas, merasakan kesepian. mungkin bi minah bisa bicara seperti ini karena ia juga pernah merasakan perasaan yang sama.

Quote:


Mendengar ucapan bibi, aku merasa malu, anak sholehah seperti apa? sedangkan diriku masih membuka aurat dan beribadah jarang-jarang.
Tiba-tiba aku merasa bahwa aku harus menutup auratku, aku malu karena belum bisa menjadi anak yang sholeha. Di bulan puasa ini, aku menetapkan diri untuk berhijrah, menjadi seorang muslim sebagaimana mestinya.

Quote:


Mulai hari ini, aku memutuskan mengenakan hijab, bi Minah yang sabar akan menuntunku ke arah yang lebih baik. Dengan kesabarannya dia membimbingku belajar agama. Aku akan berusaha menjadi diriku yang lebih baik. Aku ingin membahagiakan orang tuaku. Karena semua ini adalah bukti cintaku kepada Allah SWT yang telah memberikan Hidayahnya kepadaku.

SEKIAN

sumber : inspirasi pribadi
saya.kiraAvatar border
rafkhovAvatar border
vitawulandariAvatar border
vitawulandari dan 2 lainnya memberi reputasi
1
537
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan