- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
[Dongeng] Penyihir yang Bijak


TS
Fidadarimu
[Dongeng] Penyihir yang Bijak
Suatu hari, di sebuah negeri yang ada di hutan, hiduplah seorang penyihir yang baik hati. Penyihir itu tidak suka menganggu orang, penyihir pun juga selalu menaati semua peraturan yang ada di hutan. Termasuk selalu membayar satu kilo gram buah-buahan hasil panen yang ia petik di ladang kepada putra mahkota.
Semenjak Raja dinyatakan sakit dan harus istirahat total, Putra mahkota yang menjadi penerus pun mengambil alih pimpinan kerajaan untuk sementara waktu. Dan sejak itulah peraturan-peraturan aneh diterapakan, contohnya seperti mengumpulkan satu kilo gram buah untuk di bawa ke kerajaan. Hal itu tentu saja membuat penduduk hutan marah. Semuanya tidak setuju dan merasa di manfaatkan, mereka semua marah namun tidak berani melawan, karena perajurit milik kerjaan terkenal sangat kejam.
Hingga suatu hari mereka memiliki rencana besar. Rencana untuk membuat putra mahkota tidak bisa memerintah mereka lagi. Namun rencana tersebut tidak akan berhasil jika tanpa bantuan penyihir.
Akhirnya beberapa penduduk hutan pun datang ke rumah penyihir yang baik hati itu.Setiba di rumah penyihir, mereka berlima pun menceritakan apa tujuan mereka datang kemari.
"Begini, kami datang ke sini untuk meminta bantuanmu," ucap salah satu penduduk.
Penyihir yang sangat terkejut akan kedatangan warga setempat pun semakin heran, "bantuan apa?" Ucapnya.
"Kami semua ingin menurunkan putra mahkota dari tahtanya,"
"Kenapa? Memangnya putra mahkota salah apa?"
"Karena dia, anak-anakku tidak bisa makan dengan banyak, aku harus menyisihkan hasil ladangku untuk kubawa ke kerajaan,"
"Ya betul! Peraturan itu tidak lah adil untuk kita!!"
"Yaayaa!!" Sorak penduduk lainnya.
"Sudah, tenang! Tenang!" Ucap penyihir menenangkan "lalu apa yang bisa aku lakukan?"
"Kau penyihir yang hebat, kau tentu saja bisa membuat apel beracun bukan?"
"Apel beracun? Untuk apa?"
"Untuk putra mahkota.."
"Maksud kalian? Kita akan membunuh putra mahkota?" Ucap penyihir itu panik.
"Tentu saja! Jika tidak begitu, negeri kita yang kecil ini akan semakin kecil, penduduk yang miskin akan semakin miskin,"
"Tapi--"
"Tolong lah penyihir, banyak penduduk yang tersiksa dengan peraturan itu!"
"Ya benar, tugasmu hanya membuat apel, setelah itu nanti kami yang urus!"
"Aku tidak bisa!" Tegas penyihir yang membuat seluruh penduduk terheran-heran.
"Kenapa? Bukannya kau dulu pernah membuat makanan beracun untuk perampok yang tinggal disebrang sana, lalu kenapa kau tidak bisa membuat apel yang beracun untuk perampok yang menganggu negeri kita?"
"Aku..."
"Jangan-jangan kau anak buah putra mahkota?"
"Tidak-tidak!"
"Jika tidak, maka lalukan lah permintaan kami penyihir, tolong bantu kami,"
Setelah melalui pemikiran lama, penyihir pun menyutujuimya. "Oke, besok selepas datang fajar kalian datanglah ke rumah ku."
"Benarkah kau mau membantu kami?"
"Iya, asalkan kalian mau menaati perintahku,"
"Baiklah, asalkan kau mau membantu kami, kami akan menaati apa saja perintahmu,"
Setelah itu, seluruh penduduk pun pergi. Mereka semua kembali ke rumahnya masing-masing. mereka semua pun merasa lega, karena penyihir mau membantu. Sementara itu, sang penyihir tengah bingung harus melakukan apa. Di sisi lain dia kasihan melihat para penduduk yang tengah kesusahan membayar pajak yang dibuat oleh kerajaan, namun disisi lain dia tidak mungkin membunuh seseorang. Akhirnya sang penyihir pun mengambil jalan tengah. Yang tidak merugikan siapapun.
Kesokan harinya, sesuai permintaan penyihir, semua warga pun datang ke rumah selepas fajar datang. Melihat kondisi rumahnya yang sudah di ramaikan oleh penduduk, sang penyihir pun keluar dari rumah. Di tangannya sudah ada dua buah apel dengan kantong plastik yang berbeda. Satu apel di lapisi kantong palstik bewarna putih dan satu apel lagi dilapisi kantong plastik bewarna hitam. Melihat hal tersebut, semua warga pun dibuat keheranan.
"Penyihir, kenapa ada dua apel?" Tanya salah satu penduduk.
"Tenang semuanya, aku akan jelaskan!"
Semua penduduk pun seketika terdiam dan memperhatikan penyihir dengan seksama.
"Aku tidak hanya membuat apel untuk putra mahkota, tapi aku juga membuat apel untuk sang raja yang sedang sakit,"
"Apa? Kau ingin membunuh raja? Tidak!" ucap salah satu penduduk lainnya.
"Ya, raja adalah sosok pemimpin yang baik hati, kita tidak boleh membunuhnya!" saut penduduk lainnya.
"Tidak, apel milik raja bukanlah apel beracun, aku yakin semua warga kerajaan akan merasa aneh jika kita hanya memberikan satu apel untuk putra mahkota bukan? Oleh sebab itu aku menyarankan untuk membawa dua apel ini. Apel berkantong plastik putih, ini adalah apel yang tidak ada obat racunnya dan ini untuk Raja. Sedangkan apel yang ada di plastik hitam ini untuk putra mahkota."
Penyihir pun menyerahkan dua apel itu kepada salah satu penduduk.
"Ingat! Hitam untuk putra mahkota, dan putih untuk sang raja!"
Setelah itu, para penduduk pun bergegas menuju kerajaan. Sesampai disana, mereka bertemu dengan putra mahkota dan sang raja. Setelah itu mereka meminta Raja dan Putra mahkota untuk memakan apel yang sudah mereka bawakan.
Melihat para penduduk yang datang hanya untuk memberikan apel untuknya, raja pun senang sekali. Beliau pun memakan apel yang dibawakan dengan lahap. Sementara itu sang putra mahkota seolah enggan memakan apel yang ada ditangannya. Namun berkat dorongan sang raja, putra mahkota pun memakan apel tersebut.
Setelah beberapa menit kemudian, raja yang awalnya terlihat pucat menjadi sehat kembali. Sang raja juga bisa berdiri dari lumpuhnya. Hal tersebut membuat semua penduduk terheran-heran. Apalagi ketika melihat kondisi putra mahkota yang baik-baik saja. Ada apa dengan apelnya? Apakah penyihur itu menipu seluruh warga. Namun mereka lupa dengan hal itu, para warga terlalu larut dalam kesenangan karena raja telah sembuh. Dan artinya putra mahkota tidak perlu memimpin kerajaan kembali.
Ternyata penyihir tidak membuat apel beracun untuk putra mahkota, melainkan membuat apel yang menyehatkan untuk raja. Dari cerita ini dapat kita simpulkan jika, kejahatan jangan dibalas dengan kejahatan. Karena, kebaikan lebih menyenangkan.
~end~
Semenjak Raja dinyatakan sakit dan harus istirahat total, Putra mahkota yang menjadi penerus pun mengambil alih pimpinan kerajaan untuk sementara waktu. Dan sejak itulah peraturan-peraturan aneh diterapakan, contohnya seperti mengumpulkan satu kilo gram buah untuk di bawa ke kerajaan. Hal itu tentu saja membuat penduduk hutan marah. Semuanya tidak setuju dan merasa di manfaatkan, mereka semua marah namun tidak berani melawan, karena perajurit milik kerjaan terkenal sangat kejam.
Hingga suatu hari mereka memiliki rencana besar. Rencana untuk membuat putra mahkota tidak bisa memerintah mereka lagi. Namun rencana tersebut tidak akan berhasil jika tanpa bantuan penyihir.
Akhirnya beberapa penduduk hutan pun datang ke rumah penyihir yang baik hati itu.Setiba di rumah penyihir, mereka berlima pun menceritakan apa tujuan mereka datang kemari.
"Begini, kami datang ke sini untuk meminta bantuanmu," ucap salah satu penduduk.
Penyihir yang sangat terkejut akan kedatangan warga setempat pun semakin heran, "bantuan apa?" Ucapnya.
"Kami semua ingin menurunkan putra mahkota dari tahtanya,"
"Kenapa? Memangnya putra mahkota salah apa?"
"Karena dia, anak-anakku tidak bisa makan dengan banyak, aku harus menyisihkan hasil ladangku untuk kubawa ke kerajaan,"
"Ya betul! Peraturan itu tidak lah adil untuk kita!!"
"Yaayaa!!" Sorak penduduk lainnya.
"Sudah, tenang! Tenang!" Ucap penyihir menenangkan "lalu apa yang bisa aku lakukan?"
"Kau penyihir yang hebat, kau tentu saja bisa membuat apel beracun bukan?"
"Apel beracun? Untuk apa?"
"Untuk putra mahkota.."
"Maksud kalian? Kita akan membunuh putra mahkota?" Ucap penyihir itu panik.
"Tentu saja! Jika tidak begitu, negeri kita yang kecil ini akan semakin kecil, penduduk yang miskin akan semakin miskin,"
"Tapi--"
"Tolong lah penyihir, banyak penduduk yang tersiksa dengan peraturan itu!"
"Ya benar, tugasmu hanya membuat apel, setelah itu nanti kami yang urus!"
"Aku tidak bisa!" Tegas penyihir yang membuat seluruh penduduk terheran-heran.
"Kenapa? Bukannya kau dulu pernah membuat makanan beracun untuk perampok yang tinggal disebrang sana, lalu kenapa kau tidak bisa membuat apel yang beracun untuk perampok yang menganggu negeri kita?"
"Aku..."
"Jangan-jangan kau anak buah putra mahkota?"
"Tidak-tidak!"
"Jika tidak, maka lalukan lah permintaan kami penyihir, tolong bantu kami,"
Setelah melalui pemikiran lama, penyihir pun menyutujuimya. "Oke, besok selepas datang fajar kalian datanglah ke rumah ku."
"Benarkah kau mau membantu kami?"
"Iya, asalkan kalian mau menaati perintahku,"
"Baiklah, asalkan kau mau membantu kami, kami akan menaati apa saja perintahmu,"
Setelah itu, seluruh penduduk pun pergi. Mereka semua kembali ke rumahnya masing-masing. mereka semua pun merasa lega, karena penyihir mau membantu. Sementara itu, sang penyihir tengah bingung harus melakukan apa. Di sisi lain dia kasihan melihat para penduduk yang tengah kesusahan membayar pajak yang dibuat oleh kerajaan, namun disisi lain dia tidak mungkin membunuh seseorang. Akhirnya sang penyihir pun mengambil jalan tengah. Yang tidak merugikan siapapun.
Kesokan harinya, sesuai permintaan penyihir, semua warga pun datang ke rumah selepas fajar datang. Melihat kondisi rumahnya yang sudah di ramaikan oleh penduduk, sang penyihir pun keluar dari rumah. Di tangannya sudah ada dua buah apel dengan kantong plastik yang berbeda. Satu apel di lapisi kantong palstik bewarna putih dan satu apel lagi dilapisi kantong plastik bewarna hitam. Melihat hal tersebut, semua warga pun dibuat keheranan.
"Penyihir, kenapa ada dua apel?" Tanya salah satu penduduk.
"Tenang semuanya, aku akan jelaskan!"
Semua penduduk pun seketika terdiam dan memperhatikan penyihir dengan seksama.
"Aku tidak hanya membuat apel untuk putra mahkota, tapi aku juga membuat apel untuk sang raja yang sedang sakit,"
"Apa? Kau ingin membunuh raja? Tidak!" ucap salah satu penduduk lainnya.
"Ya, raja adalah sosok pemimpin yang baik hati, kita tidak boleh membunuhnya!" saut penduduk lainnya.
"Tidak, apel milik raja bukanlah apel beracun, aku yakin semua warga kerajaan akan merasa aneh jika kita hanya memberikan satu apel untuk putra mahkota bukan? Oleh sebab itu aku menyarankan untuk membawa dua apel ini. Apel berkantong plastik putih, ini adalah apel yang tidak ada obat racunnya dan ini untuk Raja. Sedangkan apel yang ada di plastik hitam ini untuk putra mahkota."
Penyihir pun menyerahkan dua apel itu kepada salah satu penduduk.
"Ingat! Hitam untuk putra mahkota, dan putih untuk sang raja!"
Setelah itu, para penduduk pun bergegas menuju kerajaan. Sesampai disana, mereka bertemu dengan putra mahkota dan sang raja. Setelah itu mereka meminta Raja dan Putra mahkota untuk memakan apel yang sudah mereka bawakan.
Melihat para penduduk yang datang hanya untuk memberikan apel untuknya, raja pun senang sekali. Beliau pun memakan apel yang dibawakan dengan lahap. Sementara itu sang putra mahkota seolah enggan memakan apel yang ada ditangannya. Namun berkat dorongan sang raja, putra mahkota pun memakan apel tersebut.
Setelah beberapa menit kemudian, raja yang awalnya terlihat pucat menjadi sehat kembali. Sang raja juga bisa berdiri dari lumpuhnya. Hal tersebut membuat semua penduduk terheran-heran. Apalagi ketika melihat kondisi putra mahkota yang baik-baik saja. Ada apa dengan apelnya? Apakah penyihur itu menipu seluruh warga. Namun mereka lupa dengan hal itu, para warga terlalu larut dalam kesenangan karena raja telah sembuh. Dan artinya putra mahkota tidak perlu memimpin kerajaan kembali.
Ternyata penyihir tidak membuat apel beracun untuk putra mahkota, melainkan membuat apel yang menyehatkan untuk raja. Dari cerita ini dapat kita simpulkan jika, kejahatan jangan dibalas dengan kejahatan. Karena, kebaikan lebih menyenangkan.
~end~
0
409
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan