sekottkAvatar border
TS
sekottk
Beranjak : Malam Berganti Pagi

Cuaca hari ini sangat cerah, dengan kemilau mentari yang tanpa malu-malu menunjukkan kehangatannya. Kicau burung terdengar sayup memanggil, memberi semangat untuk menyongsong hari. Sebuah akhir pekan yang cerah dan sempurna, dimana seharusnya mampu menggerakkan kaki untuk melangkah pergi. Namun, aku masih disini, duduk di tepian tempat tidurku. Termenung, dengan pikiran melayang jauh, kembali ke masa yang telah berlalu.

Suasana pagi ini menggetarkan pikiranku, membuat anganku melaju jauh ke masa itu. Suatu pagi yang cerah di akhir pekan, 11 tahun yang lalu, dengan suasana yang sangat mirip dengan hari ini. Hanya bedanya, saat itu aku sangat semangat untuk beranjak dari kasur malasku. Dengan hati yang riang dan gembira, dengan suasana perasaan yang penuh suka cita, untuk melaju ke sebuah tempat dimana aku dan dia sepakat untuk berjumpa.

Waktu itu pukul sebelas pagi, di hari minggu yang cerah, aku sampai di cafe biasanya. Sebuah tempat dimana aku dan dia biasa bertemu, untuk sekedar bercerita, mengungkapkan keluh kesah, hingga bercanda bersama memadu kasih. Pada awalnya, semua berjalan sangat menyenangkan dan romantis, hingga pada akhirnya aku harus mendengar sebuah kabar yang mengejutkan darinya. Tak pernah sedikitpun aku menyangka harus mendengar kabar tersebut dari bibir mungilnya. Aku sendiri tidak pernah mempunyai pikiran sebelumnya, bahwa mungkin waktuku untuk bisa selalu bersama dengannya akan segera berakhir.

“Gpp yah sayang, kan cuma tiga tahun, setelah itu kan aku balik lagi kesini setelah urusan Papa selesai. Kamu mau kan nungguin aku?”

“Iya Bi, aku gpp kok. Ya cuma agak kaget aja kamu baru kasih tau aku sekarang.”

“Maaf ya sayang, aku juga bingung harus gimana, tapi Mama Papa mau aku ikut mereka dan ragu aku bisa kalo sendirian disini.”

Jelas waktu itu ada banyak sekali hal yang berkecamuk di dalam pikiranku. Bingung, sedih, takut, dan berbagai macam hal yang membaur di kepalaku. Bianca memang seorang gadis yang sangat manja, bahkan terkesan kekanakan. Aku bisa memaklumi jika orangtuanya ragu untuk meninggalkan Bianca disini sendirian. Aku jelas paham kenapa mereka bersikeras mengajak Bianca turut serta, meski kuliahnya disini hanya tinggal menyisakan sedikit lagi waktu untuk selesai.

Setelah pembicaraan itu, aku berusaha untuk menenangkan diri. Aku berusaha untuk menerima, meski rasanya ada yang mengganjal dalam benakku. Aku merasa, inilah sebuah awal bagiku. Sebuah awal dari perpisahan, dimana aku merasa dia tak akan pernah kembali lagi.

“Kamu jaga diri ya sayang. Pokoknya harus selalu kabarin aku. Awas aja kalo macem-macem jalan sama cewe lain!”

Kata-kata terakhir dari Bianca itu masih selalu terngiang saat ini. Kata yang dia ucapkan saat aku melepas kepergiannya di bandara, bersama sebuah pelukan erat. Sebuah pelukan, yang sampai saat ini belum pernah tergantikan oleh orang lain, karena aku masih memenuhi janjiku untuk selalu menunggunya. Sebuah pelukan yang selalu aku ingat, beberapa jam sebelum dia pergi untuk selamanya dari dunia ini.
*****


Kicau burung kembali terdengar bersahutan, seolah memanggilku kembali dari lamunanku. Tak terasa bingkai foto yang ada di genggamanku telah basah oleh airmata. Aku seka dengan lenganku, dan kuletakkan kembali di meja yang ada di samping tempat tidurku. Terlihat kembali sinar yang cerah dari mentari pagi, yang menembus melalui jendela kamarku. Tentu aku tidak bisa terus berada disini, untuk tinggal dengan kenanganku. Aku harus beranjak, melangkahkan kaki, menuliskan tinta yang baru dalam kanvas perjalananku, laksana pagi hari ini yang telah datang menggantikan malam-malamku.  

Selesai


Pada akhirnya, semua malam kelam haruslah terganti dengan indahnya pagi


Quote:




Tetap Semangat, Tetap Bernafas, dan YNWA




1
744
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan