Kamu adalah orang yang ku kenal dengan tak senggaja, lirik gerak bahasa tubuhmu menandakan seolah tak tertarik dan merasa tak terusik dengan kehadiranku di sekelilingmu. Berjumpa dan menatap wajahmu adalah hal yang sulit, bukan karena kamu di keliling banyak orang . Hanya saja aku yang tak dapat menemukan kehadiranmu di setiap waktuku. Misterius itu kata yang lebih tepat untuk dirimu saat itu.



Sendu menatap setiap rekah di wajah, membuat pecutan di dalam hati. Tidak, mulai ada yang salah dengan keberadaan mu di sela waktu yang berpihak padaku untuk mempertemukan kita.

Aku bersyukur pada tuhan, pekerjaan singkat yang kita jalani ini membuat celah tak terduga pada ruang sudut hatimu untukku. Namun pengharapan hanya seujung pengraharapan, harapanku kini mulai sirnah saat kau kembali seperti dulu, ah lagi lagi aku terkejut dengan keadaan. Kau datang memberi kebahagaian dan rangkaian harapan lalu pergi bagai angin, aku seolah hanya pelampiasan semata. Kini aku seperti mainanmu yang tenggelam di derasnya air mata.

Perempatan jalan menjadi saksi bisu, kau menemuiku dengan sebuah surat. Surat dengan untaian kata, kata maaf satu kata yang tak lelah ku pandangi. Surat ini berisi suara bisu suara parau, yang menjelaskan penderitaanmu melawan penyakit itu. Sakit yang menjalar menyeruak ke setiap tubuh mu menjelma menjadi monster pengendali diri. Hati dan perasaanku kacau seakan dunia runtuh menimpahku, tangan membeku seolah tak ingin berdamai dengan ritme detakan jantung yang melemah . Namun aku tak dapat menceritakan bahwa aku tidak baik baik saja.



Ada apa dengan sang penguasaa alam, kenapa tak hentinya menurunkan hujan cobaan? Hidup memang tak akan selalu sesuai yang diharapkan, ia akan ada dalam keadaan lurus dengan apa yang ia kehendaki. Kenapa ada sedih jika senang dapatku pilih ? Kenapa ada pertemuan jika ada perpisahan ?
Hanya bisa termenung dengan kelam sebagai teman sejati. Dan mengatakan aku sunggung mencintaimu dalam diam. Semoga bahagiaku menjadi bahagiamu di alam sana, doaku yang terpanjat semoga seperti sepedah yang mengantarkanmu kesinggah sana terakhir.

Dariku yang selalu mencintaimu.
Dariku yang kehilanganmu.


Sumber Gambar:Google