Teruntuk kamu dengan senyum mempesona,
Senyum semanis madu antartika
Dengan gingsul secantik dewi Sinta

Masih kuingat
Kau melompat-lompat dengan tertawa
Diikuti tepuk tangan teman-temanmu
Tak ketinggalan mentor mekanikmu
Itulah, kali pertama aku melihatmu
Dan langsung merasakan debar itu

Teruntuk kamu yang menarik dimataku,
Terlihat berbeda diantara lainnya
Dan tak kusangka, kau telah menjadi idola
Dengan keunikan yang kau punya

Masih teringat dengan jelas
Bagaimana aku berusaha berkenalan denganmu
Hanya untuk sekedar tahu namamu

Bagaimana aku menantimu di lorong sepi
Yang sering kau lewati
Setelah dhuha di pagi hari
Di mushola pojok gedung ini

Masih teringat,
Maju mundur aku
Ragu-ragu ingin menyapamu
Sampai kau melewatiku
Dan dengan senyumanmu
Kau menyapaku lebih dulu

Kau menyapaku
Benar-benar menyapaku
Dengan tersenyum manis
Tak ketinggalan anggukan kepalamu

Saat itulah ragu-raguku sirna
Tergantikan dengan semangat membara
Meski dengan terbata
Aku coba balas menyapa

Lalu, ahh
Aku malu mengakuinya
Sungguh, asal kau tahu saja
Hatiku tak tergambarkan rasanya

Entah bagaimana,
Akhirnya kau berhenti di depanku
Meladeni basa-basiku
Tak kusiakan kesempatan itu,
Meminta nomor HP mu
Kau menuliskannya di lembar bukuku
Dan lagi, jabatan tangganmu

Teruntuk kamu semanis madu,
Ku berharap masih ada waktu
Untukku bisa ungkapkan rindu
Saat hari kelulusan itu

Namun apa daya
Kesempatan itu sirna
Karena aku yang tak ingin menyela
Kegembiraanmu dengan teman lainnya

Sejak itu,
Kusimpan foto profilmu
Kujadikan wallpaper HPku
Stalking sosial mediamu
Sampai akhirnya,
Kau memblokir semua akunku
Karena kau risih dengan aksiku

Bukan salahmu
Bukan niatmu memberi harapan palsu
Hanya aku yang terlalu lugu
Untuk tahu
Bahwa itu memang dirimu
Ramah, menyenangkan, dan lucu

Teruntuk kamu yang mengisi hatiku,
Mungkin aku tidak bisa menyapamu
Namun, namamu selalu kusebut dalam doaku
Setiap waktu

R