Kepada kamu,
Sang pencuri hatiku sejak saat itu, hingga selamanya.
Jika selamanya itu memang ada.



Saat pertama kali kita bertemu, kau melihatku dalam keadaan jiwaku tak utuh, rusak. Aku pun mengerti kau ingin masuk. Menengok kedalam hati yang tak lagi murni karena pernah mencintai yang lain. Hati yang penuh goresan dan luka karena pernah mengalami berbagai sakit dan merana. Namun dengan penuh kesabaran, kau ambil kepingan itu dan kau rangkai kembali menjadi satu kesatuan yang utuh. Dengan penuh cinta kau bawa kembali senyuman dan menarikku dari kegelapan yang sekian lama menghantui benak dan rasa.
 
Hatiku tak bisa bohong dan berontak, hari-hari yang mendung kembali berwarna. Senyuman yang pernah hilang, kini kembali terkembang. Dan aku pun mulai bertanya-tanya, benarkah kau jawab dari-Nya ?
 
Kamu, seseorang yang sangat mudah buatku jatuh cinta. Orang yang dengan kesabarannya membuat hati ini luluh, tidak lagi melihat yang lainnya. Namun saat mata mulai redup, dan badan beranjak ke peraduan. Hati ini ragu dan logika berbicara, akankan perasaan yang mulai berkembang begitu indahnya memiliki tujuan suci bernama pernikahan? Atau hanya sebagai pemanis cerita hidup dan berujung pahit pada akhirnya.
 
Meski begitu seiring berjalannya waktu kamu membuktikan. Bahwa cinta itu bukan hanya gairah yang berdesir dihati, bukan hanya kerinduan ingin bertemu. Namun komitmen ingin menjadi satu. Membuat dua insan yang berjauhan karena jarak, menjadi satu dalam sebuah ikatan suci bernama Akad. Terima kasih telah menjadi perantara berbagai hal baik yang sudah aku terima, Terima Kasih telah mencintai sampai sejauh ini. Semoga tidak ada yang berkurang dalam hari, bulan ataupun tahun. Karena aku akan mensyukurinya selama hidupku.
 
Dari, aku yang sedang memandangmu.