Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

j.16Avatar border
TS
j.16
Waktu Maghrib (True Story)


Waktu Maghrib






Suara adzan terdengar dipenjuru langit, seperti biasa aku dan anggota keluarga yang lain bergegas mengambil air wudhu. Letak rumahku yang tak jauh dari masjid membuat kami terbiasa untuk Sholat berjamaah. Karena Bapak sedang tidak enak badan dan baru sembuh dari sakitnya, hanya aku, Ibu dan Kakak perempuanku yang berjamaah sementara Bapak sholat Maghrib dirumah.

Sebelum ke berangkat ke Masjid, aku menyalakan lampu teras karena langit telah berubah menjadi gelap. Aku menoleh ke rumah yang letaknya ada disamping kiri rumahku, lampu terasnya masih mati. 'Ah, mungkin rumahnya kosong.'pikirku saat itu.

Selesai menunaikan ibadah 3 rakaat, aku memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Padahal biasanya aku ikut sampai imam selesai membacakan doa dan bersalaman antar jamaah. Tapi entah kenapa hari itu aku ingin langsung pulang, mungkin karena aku khawatir dengan keadaan Bapak yang sedang sakit dan sendirian dirumah.

Diluar masjid ramai oleh anak - anak kecil yang bermain lari - larian setelah solat berjamaah, adapun sebagian dari mereka yang bersiap mengaji.

Saat melewati rumah kiriku, aku menoleh sebentar, keningku mengernyit 'Kenapa rumahnya masih gelap?'batinku. Padahal biasanya, jika si pemilik rumah pergi pasti Maghrib sudah pulang dan ada dirumah. Kecuali jika mereka pergi jauh, mereka yang kebetulan masih saudaraku akan menitipkan kunci rumah ke keluargaku agar lampu rumah mereka dinyalakan saat malam hari.

Sampai dirumah, aku melihat Bapak sudah menonton tv. Aku pun memilih untuk masuk ke kamarku, tak lama kemudian Kakak perempuanku pulang dari masjid.

"Dek, kok rumah sebelah gelap?" tanyanya padaku.

"Mana ku tahu, mungkin mereka pergi," jawabku asal dan masih memainkan ponselku. Padahal sedikit penasaran juga karena tidak biasanya seperti itu.

Penghuni rumah itu hanya dua orang, karena mereka tidak mempunyai anak. Si Istri yang bernama Inem memang tidak betah jika ada dirumah. Jadi setelah selesai beres - beres rumah, dia akan pergi ke rumah saudaranya dan pulang saat mau Maghrib atau kadang setelah Maghrib. Sementara si Suami sudah dua bulan ini mengalami sakit stroke dan sedang dalam proses penyembuhan. Bisa dibilang hubungan keduanya saat ini memang tidak terlalu baik, mungkin karena ada permasalahan yang lain dalam keluarga mereka.

"Kalo Mba Inem sih tadi aku liat pergi, tapi kalo Mas Joko gak tau deh.." kata Kakakku tampak sedikit mengingat - ingat.

"Lihatin sana, jangan - jangan terjadi sesuatu lagi..." katanya lagi.

'Iya juga ya, kalo Mas Joko tiba - tiba jatuh gimana?'. Aku baru ingat jika Mas Joko saat ini tengah terkena stroke ringan, mungkin saja benar terjadi sesuatu.

"Iya juga ya, ayo lah temenin! Mana berani aku lihat sendiri." jawabku.

"Iya ayo berdua..." sahut Kakakku

Setelah sepakat melihat rumah sebelah kami pun keluar rumah. Aku menyalakan senter diponsel agar tak terlalu gelap. Namu baru saja kami menapaki teras rumah itu, suara Mba Inem yang tengah disapa salah satu jamaah masjid terdengar.

"Lah, itu Mba Inem pulang..." kataku.

Kakakku menganguk, "Oh iya itu dia..."

Mba Inem turun dari sepeda, dan aku langsung bertanya padanya. "Mas Joko pergi apa? Rumahnya kok masih gelap?"

"Iya kayaknya, sama temennya..." jawabnya tak begitu meyakinkan.

Mba Inem menuntun sepedanya untuk masuk lewat pintu belakang, tapi pintunya ternyata dikunci.

"Dikunci kali, nih lewat depan." saranku.

Aku dan Kakakku masih berdiri disitu dan memperhatikan Mba Inem menutup jendela yang sebelumnya terbuka, ia kemudian masuk ke rumah karena ternyata pintunya tak terkunci. Tak lama lampu teras dan dan dalam pun menyala.

Saat aku dan Kakakku hendak berbalik untuk pulang kerumah, tiba - tiba jeritan dari arah dalam rumah Mba Inem terdengar, "Ahhhhh tolongggg... Mas Joko gantung diri..."

Aku yang mendengar itu spontan berlari masuk kedalam rumah itu. Aku mematung, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Disana, Mas Joko sudah dalam keadaan lemas dengan kawat yang menggantung dilehernya.

"Tolong Mas Joko bunuh diri.... Tolong.... Tolong..."

"Tolong... tolong..." aku ikut berteriak. Dadaku bedegup dengan kencang, syok, kaget, takut, semua berkumpul dalam pikiranku.

Merasa tak kuat, aku memutuskan keluar rumah itu, sementara warga sekitar dan para jamaah masjid yang mendengar langsung berbondong - bondong ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Aku terduduk diteras rumah ditenangkan oleh seorang tetanggaku, sementara Kakakku sedang menenangkan Bapak dan Ibu karena takut mempengaruhi kesehatan mereka.

Aku sama sekali tidak menyangka, orang yang bisa dibilang dekat denganku. Bahkan tadi pagi Mas Joko masih curhat kepada Bapak dan siangnya tidak mengatakan apa - apa. Nekat melakukan hal yang sama sekali tidak terpikirkan olehku, mengakhiri hidupnya.

Perdebatan cukup panjang terjadi antar orang - orang, ada yang mengatakan masih hidup ada juga yang mengatakan sudah tidak ada. Mas Joko pun dilarikan kerumah sakit terdekat. Para warga masih ramai ditempat kejadian, aku dan keluarga yang lain juga harap - harap cemas menunggu kabar dari rumah sakit.

Aku hanya menggeleng saat ditanya oleh banyak orang sebenarnya apa yang terjadi. Dan kabar dari rumah sakitpun datang yang mengatakan Mas Joko sudah tidak bernyawa.

Dalam benakku, terus terbayang ketika adzan maghrib berkumandang Mas Joko yang tengah sendirian dirumah yang sepi dan gelap. Iman dan akal pikirannya telah kalah oleh setan - setan yang terus membujuknya untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

TAMAT

anasabilaAvatar border
provocator.3301Avatar border
simplepaperAvatar border
simplepaper dan 4 lainnya memberi reputasi
5
829
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan