wariar17Avatar border
TS
wariar17
[Cerpen] Aku, Dirimu, Dirinya


Aku dirimu dirinya
Tak akan pernah mengerti
Tentang suratan

Aku dirimu dirinya
Tak resah bila sadari
Cinta takan salah


Malam itu, aku berada dibarisan utama, menyaksikan dengan seksama kebahagiaan seorang laki-laki yang sedang merayakan hari ulang tahunnya. Randai. Disampingnya dengan mesra mendampingi Randai sebagai seorang kekasih, dialah Maharani. Gadis cantik itu dengan setia selalu mendampingi Randai dalam setiap acara yang Randai hadiri, mereka begitu serasi dan romantis.

Dan malam ini adalah malam yang sangat istimewa bagi mereka, dihari ulang tahun Randai ini, dia memutuskan untuk melamar Maharani, cincin berlian disematkan dijari manis Maharani, menambah anggun gadis cantik itu. Mereka mengumumkan akan menikah dalam waktu cepat, dihadapan semua teman-teman dan kerabat mereka, termasuk aku. Yaa, aku. Aku pernah bersama Maharani dalam satu masa. Mengukir sebuah harapan. Menafsirkan bahasa cinta. Walau berujung tafsir yang salah.

***

Sore itu, di Pelabuhan Sunda Kelapa, kapal-kapal besar tua yang pada jamannya sangat berjaya bersandar di bekas pelabuhan utama kolonial Belanda itu. Suara peluit angin tanda kapal akan bersandar memecah sore. Suara peluit itu terdengar gagah, memanggil puluhan petugas pelabuhan untuk bersiap. Perlahan pelabuhan yang tadinya sepi mendadak ramai, perlahan bagai seekor angsa, kapal itu telah berhasil berlabuh dengan sangat anggun. Para petugas angkut barang (porter) mengerumuni kapal, siap menerima perintah untuk mengangkut berbagai macam barang.

Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan yang penuh dengan sejarah, pelabuhan ini menjadi cikal bakal terbentuknya sebuah kota besar, Jakarta. Pelabuhan ini terletak di kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Kala itu pelabuhan ini sangat berjaya, karena merupakan pelabuhan utama Kerajaan Pajajaran yang beribukota di Pakuan (Bogor).

Pada masa kolonial Belanda, pelabuhan ini dijadikan sebagai pelabuhan utama kapal-kapal dari Tiongkok, Jepang, India, dan Timur Tengah yang membawa porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, dsb, yang ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu. Karena sangat strategisnya pelabuhan itu, pemerintah kolonial Belanda membangun pusat pemerintahan di dekat pelabuhan tsb agar mudah dalam mengelola perdagangan, kawasan gedung-gedung pusat pemerintahan itu sekarang terkenal dengan sebutan Kawasan Kota Tua.

Karena lautan sekitar pelabuhan mengalami pendangkalan, pelabuhan ini tidak lagi difungsikan sebagai pelabuhan utama, melainkan hanya kapal-kapal antar pulau dan barang yang relatif kecil, kebanyakan kapal bergaya jaman tradisional. Pelabuhan ini pula difungsikan sebagai kawasan wisata mengingat begitu besarnya sejarah pelabuhan ini, dan disitu pula terdapat Museum Bahari.

Itulah yang membuat aku dan Maharani mengunjungi tempat bersejarah itu. Kami memang sering ke tempat-tempat yang menarik di berbagai wilayah untuk melakukan observasi, untuk kemudian kami tuliskan dalam sebuah karya jurnalistik.


Quote:


***

Quote:


***

Wajah Maharani terlihat cantik, busana yang ia gunakan sangat membuatnya anggun, senyum selalu ia pancarkan, menerangi wajah-wajah yang memberi ucapan selamat padanya dan juga Randai. Randai pun terlihat begitu bahagia sekali, dia memang pantas memiliki Maharani. Malam ini mereka bagaikan King and Queen yang paling berbahagia seantero istana. Aku pun menyalami keduanya, mengucapkan selamat, dan tak lupa pula mendoakan keduanya.

Kau tau, cinta tak harus memiliki, tapi aku memiliki cinta itu. Aku memiliki cinta untuk Maharani, namun ku sadar, cinta Maharani lebih tepat untuk Randai. Aku mencintai Maharani dalam sudut berbeda, kami bersahabat, dan aku pun bersahabat dengan Randai. Kami tetap sering menulis, traveling, berburu buku, observasi, bahkan kini semakin menarik, bersama Randai pula.

Cinta, dikatakan atau tidak, itu tetap cinta.

Apalah arti memiliki bila kia sendiri bukanlah milik kita.

Apalah arti kehilangan, bila sebenarnya kita menemukan banyak saat kehilangan, dan kehilangan banyak saat menemukan.

Apalah arti cinta, bila kita menangis dan terluka atas perasaan yang seharusnya indah.

Bagaimana mungkin, kita terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun.
(Tere Liye)
Diubah oleh wariar17 19-02-2019 09:59
0
552
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan