nn.meiAvatar border
TS
nn.mei
#ShortStory Hujan di Bulan November (will be #LongSTORY ? )


By Meike Isnawaty


 Perkenalkan, aku….
Sore ini…
Aku duduk meratapi hujan yang sejak tadi mengguyur deras. Berjatuhan dengan bebas. Membasahi bumi. meninggalkan udara segar dan genangan air di jalanan. Lalu entah bagaimana ia berubah menjadi kenangan.

***

Inilah aku. Mahasiswi semester lima di salah satu perguruan tinggi negeri di bumi melayu. Si panda mata empat dari gua hantu (eh) sedang berdiri di depan mading kampus. Menemukan satu brosur menarik warna hijau kebiruan (atau toska ya namanya? Hehe). PERLOMBAAN MENULIS MUSLIMAH SE-RIAU, DEADLINE 26 NOVEMBER 2018. Asoy nihh, pikirku. Lalu buru-buru mengecek tanggal. Ahh sisa 10 hari lagi. Mungkin tak ada salahnya mencoba. Bergerak perlahan menjauhi mading.
“HEY!!!”, seketika panggilan itu menyadarkanku dari pekerjaan multi talent ku, berjalan dengan mata dan tangan fokus ke hp. Suara laki-laki. Namun tak langsung ku alihkan pandanganku.

Bagaimana kalau nanti ia malah nyanyi, “HEY TAYOO HEY TAYOO DIA BUS KECIL RAMAH”, prank  yang sedang rame zaman now.Akhirnya ku putuskan tuk menoleh ke smber suara. Ahh itu seniorku. Lalu dengan muka sedikit bersalah, menyeringai.

“Hati-hati kalau jalan, jangan sambil main hp. Itu ada batu di depan mu, bagaimana kalau tersandung lalu jatuh?, katanya. Aku lekas melihat kearah depanku. Benar saja. BATU BATA. Ini sih kalau tersandung lalu terjatuh malunya bisa sampai wisuda ini, batinku. Belum sempat kuucap terimakasih, ia sudah berlalu.

***

            Lahir sebagai anak perempuan pertama dalam sebuah keluarga tidak menjadikan diriku benar-benar seperti wanita. Menyukai kebebasan namun mencintai batasan dan peraturan. Seperti kehilangan O2 kalau tidak berteman dengan banyak orang khususnya di lingkungan yang baru dimasuki. Sering ditanya siapa kekasih yang asli karena tiap main beda bawa laki (efek lebih banyak teman laki-laki be lykee). Tapi dibalik semua liar dalam diri, aslinya si panda mata empat ini agamis. Dari SMA sudah mengikuti ROHIS (efek dipaksa sahabat + gak tau harus ikut organiasai apa *upss).
Berawal dari asal masuk hingga berakhir tak bisa keluar. Seperti pepatah tak kenal maka ta’aruf. Lalu ikatan ini menjadi terlalu kuat untuk terlepas. Berada dalam ROHIS secara tidak langsung berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Pakaian jadi “lebih” syari dibanding teman-teman yang lain. Seakan anak ROHIS itu suci tanpa dosa. Tapi begitulah romantisnya Allah, entah bagaimana si mata panda empat mata ini malah terpilih menjadi ketua keputrian. Bersamaan dengan amanah, monkey love hadir. Setelah hampir satu tahun terjebak dalam harapan palsu memiliki pasangan yang shalih made by syaitan laknatullah, Allah hadirkan hidayah.
Terseok-seok melepaskan kekasih yang telah satu tahun. Sungguh, apalah aku tanpa Allah ku. Akhirnya ku mantapkan hati dengan mengucap bismillah hubungan ini SAH berakhir. Disinilah titik hijrahku. Meski memang tak mudah jalanku. Ku fokuskan untuk terus memperbaiki diri, belajar semakin larut dalam cinta pada Ilahi, Rasul, dan jalan dakwah ini. Hingga berada di kampus  saat ini.
***

“Itu spanduknya miring. Naikin sedikit. Op op…. oke pas”. Semua panitia sibuk memastikan segala perlengkapan telah siap. 30 menit lagi.
“Assalamualaikum bang… ada yang bisa aku bantu?”, Tanyaku menghampiri sambil ngos-ngosan.
“Waalaikumussalam. Ohh udah gak ada Aisyah, gapapa. Btw, itu napas udah tinggal dua kali adzan lagi tuh”, meledek. Padahal ngos-ngosannya lebih parah karena harus bolak-balik dari lantai dasar ke lantai empat memastikan semua berjalan lancar.
“Hehe menurut abang? Ini ruangan di lantai empat loh, tanpa lift”, jawabku meringis.
07.50
Aku mengambil posisi duduk paling depan. Kali aja aku diperlukan di tengah acara, biar sigap gitu hehe. Pembukaan dimulai oleh MC. Dilanjutkan pembacaan doa. Kini para penari yang telah siap dengan baju melayu dengan berbagai aksesoris dan riasan memasuki panggung. Seketika napasku sesak. Mataku berkaca-kaca. Segera ku tundukkan kepala ku. Istighfar Aisyah… istighfar. Berharap hatiku pun tunduk bersama pandanganku, meski telingaku masih mendengar musik melayu pengiring tari. BERGEJOLAK. Aku paham benar duhai diri jika kau rindu dengan hobi mu ini. Kau ingin tunjukkan bahwa kau pun bisa menari berlenggak-lenggok dengan gemulai. Kau pun cantik jika memakai riasan seperti mereka. TIDAK. JANGAN BIARKAN EGOMU MENANG. BUKANKAH KAU SEDANG BERUSAHA AGAR ALLAH CINTA?
Bukan sekali hal ini terjadi. Gejolak tak terkendali hanya karena ingin kembali. Tapi lagi-lagi, melawan dalam diri. Bukankah tubuh ini juga amanah Ilahi? Termasuk bakat dan keceradasan diri. Kemana kau bawa arah langkah kaki? Kalau bukan kearah kebaikan harus kau ikuti? Hari ini berlalu tanpa sesal di hati.

Aku pun mengalihkan diri dengan kegiatan yang tak menyalahi aturan Ilahi. Mulai mengikuti beberapa kajian di kampus membuatku lebih memahami lalu mengokohkan diri. Bahwa lebih baik meninggalkan sesuatu karena Allah, bukan sebaliknya. Melakukan berbagai kegiatan dengan niat bi iznillah. Cukuplah Allah sebagai tujuan meski terkadang respon manusia tak sesuai harapan. Karena tak jarang aku malah berakhir sendirian setelah segala perjuangan. Ahh tak mengapa. Wajahku tetap mampu melukiskan senyuman, menebar kebahagiaan.
***

“Alhamdulillah kita sudah berada di ujung acara. Sebelum kita tutup, saya punya satu pertanyaan untuk kakak. Boleh?”

“Asal tidak bertanya kapan nikah, kakak usaha jawab”. Lalu studio penuh dengan tawa. Mereka seperti terbius dengan pembicaraan ringan binjenaka namun entah bagaimana menusuk dari segala arah. Termotivasi.
“Apa sih kak tips bisa menjadi Aisyah yang kami kenal seperti saat ini?”

“hmm apa yaa…”, terlihat peserta menunggu dengan senyuman penuh harap. Seperti menunggu pelawak mengeluarkan guyonan selanjutnya. “Datang ke Allah di sepertiga malam. Curhat ke Allah untuk segala hal, termasuk keinginan. Sisanya biar Allah aturkan. Lalu yang paling penting, peka dengan kode Allah jika jalannya telah diberikan”. Lalu riuh tepuk tangan memecah suasana. Bahagia. Acara berakhir.
Perlahan namun pasti, Aisyah yang kini tetap mampu tampil di hadapan banyak orang. Ia tak kehilangan dirinya sesudah hijrahnya. Ia tetap menjadi pelakon seni. Seorang pubik figure yang jadwal terbangnya sudah tinggi. Kadang sebagai MC, kadang sebagai pengisi. Lalu acap kali menjadi juri. Ia menemukan jalan untuk kembali pada hobi namun tetap pada koridor menjaga diri.

Perkenalkan, aku Aisyah…
Si panda bermata empat dari Gua Hantu…
 
Ia mencintai Allah-nya.
Namun ia tak berdusta bahwa ia rindu dunianya.
Ia mengadu pada rabb-nya.
Memohon perlindungan dan kekuatan keistiqomahan.
Tak masalah jika harus kehilangan dunia.
Lalu dengan romantisnya, allah berikan dunia beserta akhiratnya.
Diubah oleh nn.mei 06-12-2018 08:44
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
478
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan