Kaskus

Automotive

salvawajdiAvatar border
TS
salvawajdi
BERBAGI PENGALAMAN MENJADI SAPI PERAH BENGKEL BUANA SAKTI, WARUNG BUNCIT, JAKARTA
BERBAGI PENGALAMAN MENJADI SAPI PERAH BENGKEL BUANA SAKTI, WARUNG BUNCIT, JAKARTA


Kepada pembaca dan netizen yang terhormat, saya ingin berbagi pengalaman pahit sebagai pemilik mobil yang diperlakukan bengkel sebagai sapi perah, dan semoga tidak terjadi pada anda semua.

Pada tahun 2013 saya membeli mobil Mini Cooper Camden 50th Anniversary (produksi CBU) pemakaian 2012 dengan pemakaian masih 27,000Km, dengan kondisi mobil prima (karena pada saat membeli saya membawa mekanik dan terlebih dahulu suruh mengecek kendaraan tersebut).

Suatu hari pada saat mobil digunakan dengan kondisi AC menyala dengan “Circular Mode”, tercium aroma asap dari luar masuk kedalam kabin mobil. Tentunya hal ini sangat mengganggu berkendara.

Kemudian saya tanyakan kepada pemilik mobil lama dimana dia biasa servis mobil tersebut, karena sebagai mobil CBU tidak dapat menggunakan layanan servis dealer resmi. Pemilik lama kemudian menyarankan agar mobil dibawa ke Bengkel Buana Sakti (BBS), di Warung Buncit, karena memang mobil tersebut terbiasa diservis disana. Terlebih dahulu saya menanyakan referensi bengkel tersebut kepada kawan mekanik ataupun pelanggan bengkel tersebut. Sebagian bilang bahwa bengkel tersebut merupakan bengkel yang sudah berdiri lama dan berpengalaman menangani mobil CBU, dan beberapa berkata sinis seraya mengatakan sebagai bengkel kanibal. Namun, karena kebetulan jarak bengkel dengan rumah hanya 2Km, saya pun membawa mobil kesana.

Menuruti saran pemilik mobil lama, saya pun membawa mobil ke bengkel tersebut. Dalam waktu sehari bereslah masalah AC tersebut. Namun, inilah awal saya menderita sebagai sapi perah.

Tidak lama setelah mobil dipakai, tiba-tiba indikator “Engine Failure” menyala. Tentulah hal ini saya tanyakan kepada mekanik BBS yang menangani mobil tersebut, yakni Wir dan Dwi.

Mereka bilang bahwa “ini” (saya lupa sparepart apa yang diganti) yang rusak, dengan percaya saya menuruti permintaan mereka. Kemudian mobil kembali dengan normal.

Tidak lebih dari 3 - 7 hari, muncul masalah yang sama. Kembali saya kesana menjumpai mekanik yang sama. Mereka bilang “itu” harus diganti. Saya pun kembali menuruti permintaan mereka, dan beberapa hari setelah selesai saya pun membawa mobil pulang.

Tidak lama kemudian dalam waktu 3 - 7 hari, muncul masalah yang sama. Kembali lagi saya kesana untuk menemui mereka, dimana kemudian mereka bilang “ini” harus diganti. Saya pun kembali menuruti mereka.

Hal ini tidak hanya sekali dua kali, TAPI LEBIH DARI 10 KALI saya berkunjung ke BBS untuk masalah yang sama!. Harga sekali servis? Berkisar 5 - 10 juta rupiah sekali berkunjung!

Puncaknya adalah ketika mereka mengatakan yang menjadi sebab indikator “Engine Failure” menyala adalah kerusakan pada Actuator. Saya pun pesan sparepart tersebut kepada BBS. Namun setelah berminggu-minggu, setiap ditanyakan mereka selalu menjawab bahwa sparepart belum tersedia. Saya pun mencoba browsing sparepart secara online. Terdapat beberapa iklan di eBay, namun mereka para penjual pun tidak pasti mempunyai stock tersebut.

Ketika ada kesempatan ke Jerman, saya pun mengunjungi BMW Welt di Munich yang merupakan salah satu pabrik pembuat BMW dan Mini Cooper untuk menanyakan ketersedian sparepart tersebut. Kenyataannya sangat mengejutkan. Mereka pun tidak mempunyai sparepart Actuator tersebut! Mereka pun membantu untuk mencarinya, dan di Jerman sendiri hanya terdapat di 2 kota masing-masing punya 1 cadangan sparepart. Karena sudah harus pulang, saya pun meminta kawan untuk mencarinya dan mengirimkan sparepart dengan harga €370 tersebut kepada saya di Indonesia.

Saya menceritakan ini dengan maksud menunjukkan betapa *saya berusaha sekuat tenaga menuruti permintaan BBS agar mobil saya sehat kembali*.

Tidak lama, 2 minggu kemudian sparepart Actuator dikirim dari Amsterdam kepada saya, dan saya serahkan ke BBS dengan rasa percaya diri bahwa masalah indikator “Engine Failure” menyala akan terselesaikan.

Setelah Actuator diganti, mobil saya coba kembali. Kali ini saya coba dengan kecepatan tinggi di jalan tol. Belum sampai 30 menit berkendara, *lampu indikator “Engine Failure” kembali menyala!*

Saya pun kembali membawa mobil kembali ke BBS. Untuk menanyakan pertanggungjawaban mereka. Bagaimana bisa memastikan kerusakan pada Actuator? Dan kembali mobil masuk bengkel.

Setelah hampir 2 minggu disana, mereka hubungi saya dan mengatakan mereka tidak sanggup lagi untuk mengatasi mobil saya! Mobil pun saya bawa pulang dengan perasaan sangat kecewa dan merasa tertipu mentah-mentah!

Sampai disitu saja saya diperah? Tidak! Ada lagi!

Sekembalinya mobil kerumah, keesokan harinya oli menetes dimana-mana yang tidak pernah terjadi sebelumnya!

Kembali saya bawa mobil ke bengkel untuk menanyakan mengapa bisa terjadi? Dan setelah diperiksa, mekanik Wir mengatakan bahwa seal-seal mesin harus diganti.

Setelah berkali-kali saya tanyakan selama 2 minggu mobil berada di bengkel, mereka mengatakan bahwa mobil sudah selesai dengan tagihan 4,7 juta. Mobil pun saya bawa kembali pulang.

Selesai? Tidak! Keesokan harinya tetap oli menetes dari mesin!

Jadi selama lebih dari 3 tahun saya menangani masalah indikator “Engine Failure” yang tidak dapat diselesaikan BBS dengan biaya puluhan juta rupiah. Ditambah lagi sekarang dengan oli menetes dimana-mana.

Kesimpulan saya:

1. Mekanik disini dalam menangani kerusakan hanya mengandalkan jurus “coba-coba”. Walaupun ada scanner untuk mendeteksi kerusakan pada mobil, pada kenyataannya mereka tidak dapat menangani kerusakan. Ketika mereka menganjurkan Actuator diganti, mungkin mereka tau bahwa sparepart ini susah dicari sehingga mereka tidak dapat dipersalahkan. Tapi mungkin Tuhan berniat menunjukkan kebusukan mereka sehingga saya dapat menyediakan sparepart tersebut, dan ternyata memang tidak mengatasi masalah yang ada.

2. Menanggapi ada yang mengatakan bahwa bengkel ini bengkel kanibal, jelas bagi saya bukan hanya itu. Bengkel ini adalah BENGKEL BAJINGAN!

3. Semoga Tuhan memberi petunjuk dan hidayah kepada mereka untuk mencari makan dengan uang yang halal untuk menghidupi anak isteri mereka, tidak dengan cara menipu.

Jakarta, 29 Juli 2018
Hormat saya,

Reza R. Edwijanto
0
8.9K
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan