- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Cerpen: Misteri Kain Kuning


TS
Aboeyy
Cerpen: Misteri Kain Kuning
Bagi masyarakat di kampung kami, kain kuning bukan sekadar masalah warna. Pakaian kuning merupakan lambang kesaktian bagi seorang raja. Selimut kuning adalah simbol kebertuahan bagi benda pusaka. Baju kuning bagaikan baju toga bagi para adiyaksa. Dan bagi sebuah kubur, kain kuning adalah manifestasi dari kesalehan dan kekeramatan penghuninya. Karena itu, kehadiran kain kuning yang tiba-tiba ada, menggantung di atas kubur anonim itu, tentu saja langsung menjadi viral di kalangan warga.
***
Makam itu terletak di sisi jalan desa. Warga sudah lama mengenalnya, meski tidak diketahui asal usulnya. Yang jelas, kubur itu sudah ada sejak lama, yang dapat dikenali dari adanya dua buah kayu ulin yang sudah keriput di makan zaman, berbentuk nisan dan tertancap layaknya sebuah kuburan. Kabar penemuan kain kuning itu menyebar secepat angin, menerpa seluruh penduduk desa, sehingga mereka ramai membicarakannya.
“Kira-kira siapa ya yang meletakkannya? Apa tujuannya? Apa mungkin yang berkubur di sana itu seorang wali?” Yah seputar pertanyaan itulah yang menjadi pokok pembicaraan warga sejak adanya kain kuning itu.

Kapuas.info
Kehadiran kain itu hampir saja sudah tidak menjadi perhatian publik, ketika tiba-tiba penduduk kembali dibuat geger. Dua helai kain kuning terlihat lagi melapisi di atas kain yang pertama. Apalagi dua hari berikutnya, jumlahnya kembali bertambah. Darimana datangnya dan siapa yang meletakkannya? Warga semakin penasaran. Kejadian ini mendorong Kepala Desa untuk menggelar rapat warga di Balai Desa.
“Bagaimana kalau kita adakan ronda malam, Pak? Selain menjaga keamanan lingkungan, sekaligus kita juga bisa mengintai siapa yang meletakkan kain kuning itu,” saran seorang warga.
“Daripada repot menyelidiki siapa yang meletakkan kain itu, bagaimana kalau kita pugar saja makam ini? Siapa tahu ini memang makam seorang wali,” Amat angkat bicara.
“Boleh, asal semua warga setuju. Tapi dari mana sumber dananya?” tanggap Kepala Desa.
“Kalau disetujui, saya sanggup membiayainya,” sahut Amat.

Empat buah tiang ulin dipancang pada keempat sudut makam itu. Membentuk persegi panjang 1x2 meter, dengan ketinggian sekitar 1,5 meter yang ditutupi atap seng. Mulai saat itu, sebagian warga mulai meyakini bahwa yang berkubur di sana memang seorang wali. Dan keyakinan itu juga mulai merambat ke luar desa, sehingga mulai banyak penziarah dari daerah lain yang datang untuk memanjatkan doa-doa, menggantung kembang dan atau kain kuning.
Karena makam itu dibangun dengan dana pribadi dari Amat, maka Kepala Desa menunjuknya sebagai pengelola. Namun hal itu justru membangkitkan kembali pertanyaan, “siapa yang pertama kali meletakkan kain kuning itu."
Teori konspirasi menggiring praduga warga bahwa Amat itulah pelakunya. Sebab, boleh jadi makam ini dijadikan objek bisnis olehnya. Misalnya dengan memungut biaya parkir, menjual kembang, air mineral dan sebagainya.
“Tapi, jika benar Amat adalah aktor intelektualnya, bukankah seharusnya seorang preman seperti dia itu mengelola tempat judi, menjadi bandar narkoba, atau yang sejenisnya sebagai ajang usahanya? Dan faktanya, ia mengatur parkir, menolong setiap keperluan penziarah dan sebagainya secara gratis.
Kenyataan itulah yang tampaknya mematahkan asumsi warga, sehingga mereka masih ragu untuk menetapkan Amat sebagai tersangka. Meski pernah ada saran agar Amat diinterogasi perihal awal kain kuning itu, namun Kades sendiri tidak berani melakukannya. Masih segar dalam ingatan warga, dua tahun yang lalu, mereka menyaksikan sendiri bagaimana polisi membuang peluru sia-sia, sehingga Amat bisa lolos dari kepungan aparat yang ingin menangkapnya, karena kasus perjudian dan perkelahian.

Roda waktu terus berputar. Makam kian ramai. Kain kuning semakin menumpuk. Dengan telaten Amat menggantung kain kuning yang baru, dan dengan takzim menyimpan yang sudah usang, layaknya sebuah benda keramat.
Namun akhirnya secara perlahan popularitas makam keramat itu mulai sirna. Sang pengelola makam sendiri juga mulai jarang kelihatan. Warga pun sudah menganggapnya seperti sebelum kain kuning itu ditemukan.
***
Ketenangan warga kembali terusik pada suatu pagi karena kain kuning itu.
“Katanya Amat ditangkap dan dibawa ke kantor polisi tadi malam,” seorang warga membuka obrolan di sebuah warung.
“Bagaimana polisi bisa menangkapnya?”
“Katanya ia disergap saat tidur, sehingga tak bisa melakukan perlawanan.”
“Karena kasus apa?” tanya yang lain.

“Kabarnya ia dituduh terlibat dalam sebuah perampokan. Saat rumahnya digeledah, polisi menyita beberapa barang bukti. Di antaranya jaket yang bagian dalamnya berlapis kain kuning. Jaket itu persis seperti yang dipakai oleh temannya yang ditangkap terlebih dahulu. Pada kain kuning itu terdapat tulisan seperti sebuah rajah. Mungkin dengan memakai jaket itulah tubuh Amat bisa menjadi kebal.”
Yah, warga kampungku kembali heboh. Heboh karena harus merumuskan sebuah konklusi, “Apa hubungan kain kuning yang digantung di atas kubur dengan kesaktian?”
Selama pertanyaan itu tidak terjawab, maka Amat tak bisa ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus munculnya makam keramat itu.
***
Diolah sendiri.
Quote:
Diubah oleh Aboeyy 23-02-2020 18:33


nona212 memberi reputasi
1
5.5K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan