Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sekottkAvatar border
TS
sekottk
Memori Kepedihan #SFTHChallenge!



“Ayolah Chris, lepaskan dia. Kita tau dia, Alicia tidak ingin ini terjadi.”

“Aku melakukan apa yang harus aku lakukan.” Jawab Christopher datar.

“Putri tercintamu tetap tidak akan kembali, sadarlah!”

“Jangan kau lumurkan lagi darah di jiwamu yang baru saja kau bersihkan dengan....”

Dia menutup telepon sebelum kuselesaikan kata-kataku.

Aku hanya bias menghela nafas panjang. Tidak ada gunanya juga sebenarnya untuk membujuk si keras kepala satu itu. Memang dia terkenal dengan kemauannya yang sangat keras.Tidak ada hal yg sanggup menghalanginya jika dia sudah berkehendak. Bahkan jika dihadapkan dengan kenyataan sulit sekalipun, segala upaya akan terus dilakukannya. Itulah salah satu alasanaku merekrutnya. Pria yang tangguh.

Pikiranku melayang membayangkan saat pertama kali aku bertatap muka dengannya, 6 tahun lalu.

“Apakah agama anda?”

“Anda yang menawarkan saya pekerjaan ini.Tentunya anda tidak akan sembarangan menawarkan posisi ini terhadap sembarang orang. Jika organisasi kalian bias melacak masa lalu saya maka seberapa sulitnya anda tahu agama saya.”

“Saya perlu mengetahui komitmen anda terhadap agama karena kita berdua tahu apa yang kita lakukan tidak sesuai dengan apa yang anda yakini.”

“Bukankah semua agama melarang membunuh sesamanya.” Jawab Chris singkat.

“Disini kita membunuh jika dihadapkan pada situasi sulit, membunuh atau terbunuh.”

“Bagi saya agama hanyalah sebuah kapal. Kita berlayar menaiki kapal yang berbeda tapi berlabuh di satu tujuan yang sama. Ironis sebenarnya jika banyak pertumpahan darah hanya dikarenakan perbedaan jenis kapal.” Ujarnya tegas.

“Mau kah anda mengotori kapal anda dengan darah?”Tanyaku kepadanya.

“Saya melakukan apa yang harus saya lakukan. Biarlah Sang Pengadil yang mengurusi soal baik dan buruknya perbuatan saya.”

Dering dan getaran telepon genggamku membuyarkan lamunanku. Ada pesan singkat rupanya.“Berkunjunglah jika ingin ikut bermain.” Sial, begitu cepat dia mendapatkan mangsanya. Tidak mengherankan memang. Kami tidak hanya melatihnya sebagai “hantu” yang bisa membuatnya tak terdeteksi saat misi penyusupan, tetapi juga menjadikannya sebagai “predator” yang ganas saat diharuskan memburu target operasi.

Kulaju mobilku di jalanan Jakarta yang cukup macet. Sengaja aku pasang sirine di kap mobil untuk menandakan ada situasi darurat. Aku sangat takut. Ya, aku sangat takut akan keganasan apa yang ditimbulkan dari seseorang yang kehilangan putrid satu-satunya, justru tepat di saat satu tahun peringatan meninggalnya istri yang begitu dicintainya.

Sesampai di kediamannya dengan berlari langsung kutuju ruangan bawah tanah tempat Chris menyimpan perlengkapan rahasianya. 1801, dan...terbuka. Ah masih sama rupanya kode pengaman pintunya.
Aku lihat Chris sedang berdiri tenang memegang sebuah foto. Di depannya sedang terduduk seorang pemuda dengan tangan terborgol dan mulut yang tertutup lakban. Aku seperti sulit untuk berbicara. Kupilih untuk melangkah mengambil kursi dan duduk di sudut ruangan.

“Bagaimana jika kita bermain sejenak sambil menunggu datangnya malaikat kematian datang.” Kata Chris memecah keheningan. Kulihat dia mengambil sebuah dadu dari mejanya.



“Satu untuk jari kaki”

“Dua untuk jari tangan”

“Tiga untuk telinga”

“Empat untuk gigi”

“Lima untuk mata”

“Dan jika dadu menunjukkan angka enam, maka kamu patut bersyukur tidak ada bagian dari tubuhmu yg hilang” Lanjut Chris sambil menyeringai

“Oh, Sam! Kuberikan penghormatan kepadamu. Silahkan untuk melempar dadu pertama kali.” Tantang Chris kepadaku.

“Terimakasih banyak Chris.Tetapi jika harus melempar dadu aku lebih senang melakukannya di permainan Get Rich.”Jawabku.

“Baiklah jika begitu”

“Oh mungkin teman kita ingin mencoba keberuntungannya.” Kata Chris sambil mendekati pemuda itu.

“Ayo cobalah, mungkin ini hari keberuntunganmu.”

Pemuda itu tak merespon. Nampak jelas raut ketakutan dari wajahnya. Keringatnya terlihat mengalir dari dahinya. Berbeda dari kebanyakan penjahat yang telah kami interogasi, Jelas dia bukan orang terlatih. Amatiran.

“Nampaknya teman kita tak ingin bermain. Baiklah aku sendiri yang bermain kali ini.”

Dilemparkannya dadu ke udara.

“Enam!”

“Aku rasa kamu sangat beruntung teman.”

Nampak gestur kelegaan dari pemuda itu.

“Tapi aku lupa memberitahukan aturan awal bahwa harus dilakukan pengulangan lemparan jika dadu menunjukkan angka enam.”Lanjut Chris.

“Ayolah Chris berhenti bermain-main. Lepaskan saja dia” Pintaku mengiba

Chris melemparkan dadunya tanpa menghiraukan perkataanku.

“Lima!”

“Tunggu sebentar teman, saya tidak akan lama”

Chris berbalik menuju lemari tempat dia menaruh rapi semua perlengkapannya. Kulihat dia mengambil sebuah pisau. Pisau yang sering digunakan para tentara untuk survival di hutan.

Aku tak sanggup melihat ini. Memang sudah sering aku saksikan hal seperti ini tapi entah mengapa kali ini aku tak berkenan untuk melihatnya. Kuputar posisi kursiku. Kuambil headset dari balik jasku dan kuputar sebuah tembang lawas “Under The Same Sun” milik Scorpions.



Masih saja bisa terdengar jelas teriakan meski sudah kuputar lagu dengan volume paling kencang. Jeritan yang sangat memilukan. Aku tak pernah bisa membayangkan bagaimana rasanya berada di posisi itu. Memang aku sempat merasakan bagaimana kerasnya penyiksaan ketika aku tertangkap basah sedang melakukan pengintaian saat misi di Rostov. Tapi beruntung para rekanku datang menyelamatkan sesaat sebelum sebuah kapak nyaris menghujam leherku. Itu adalah salah satu ingatan yang tidak akan pernah bisa aku lupakan seumur hidup.
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.1K
19
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan