Untuk siapapun orang yang baru akan mendaki pasti bakal sulit mendapat ijin dari orang tua, tak terkecuali ane. Ane merasa dipersulit untuk ijin mendaki gunung oleh orang tua, sama sulitnya untuk mendapatkan hati kamu. Ah elah


Ngapain ke gunung...

Sama siapa ke gunung...

Diem di rumah kan enak...

Dan masih banyak lagi.


Namanya juga orang tua, siapa sih yang gak khawatir lihat anaknya main-main ke hutan apalagi ke gunung. Karena jiwa muda lah yang mendorong ane untuk tetap mendaki gunung walaupin ijin sulit sidapatkan, ane tetap bersikeras untuk meyakinkan orang tua bahwa anaknya ini bakal balik lagi dengan selamat. Spele sih, biar punya pengalaman lah, biar tau rasanya naik gunung lah.

Dari hal spele ini lah yang membuat ane gak bisa berhenti untuk tetap memdaki gunung. Yaa namanya juga hobi, mau capek mau susah bakal tetap dijalani.

Tiap lihat tanggal merah apalagi libur panjang pasti ada aja kelakuan yang bikin kaki ini gatel pengen jalan-jalan. Dari kontak temen yang lagi free sampe cari barengan di sosmed atau grup.



Mendaki gunung itu bukan olahraga yang sembarangan, walaupun akhir-akhir ini pendaki gunung sudah menjamur di seluruh daerah, tetap saja mental dan fisik harus di nomor satukan. Gear pendakian pun gak sembarangan, harus savety untuk meminimalisir kemungkinan terburuk.

Begitupun dengan ane, fisik dan mental harus di utamakan. Mulai dari persiapan fisik, mental bahkan gear pemdaikan semua harus sudah siap, dengan berolahraga atau lari naik turun tangga melatih fisik agar tetap prima supaya waktu ekspedisi kita gak kaget dengan jalur gunung yang akan kita lewati.

Bagaimana dengan mental? Persiapan yang sesungguhnya terletak pada fisik dan mental, untuk mental kita harus mengetahui seluk beluk gunung yang akan kita daki. Jaman sudah canggih, kita bisa cek peta jalur pendakian atau rute mana yang akan kita ambil dari internet, bisa bertanya ke teman, bisa juga bertanya ke grup di sosmed misalnya, dengan itu kita bisa lebih siap dengan perjalanan kita.

Lalu dengan kesiapan peralatan pendakian bagaimana? Untuk peralatan yang paling ane utamain sih untuk diri ane sendiri, mulai dari pakaian hangat, jaket, sepatu, sarung tangan, sleeping bag, hingga kupluk. Dan untuk peralatan team seperti tenda, kompor,, matras jika tidak punya bisa pinjem temen atau sewa ke rental alat-alat outdor.

Suka dukanya mendaki gunjng itu apa sih? Kalau ngomongin suka dukanya mendaki itu banyak banget, mulai dari lihat pemandangan yang belum pernah kita lihat sebelumnya, dapet temen baru, pengalaman yang takbterlupakan hingga boker sembunyi-sembunyi di tempat yang jauh dari keramaian.

Ane pribadi mengalami semua itu, saat perjalanan pertama ane di mulai ane udah harus mulai membiasakan diri dengan kondisi baru itu, keluar dari zona nyaman yang gak pernah ame rasain sebelumnya, untuk kesan pertama yang ane rasain itu asik, terlebih ane bisa mengenal lebih dalam karakteristik teman-teman ane yang sebenarnya.

Mulai dari yang manjanya kebangetan, yang malesnya minta ampun, sampe yang penyabar cem emak ane. Saat ane mulai mengakrabkan diri dengan teman baru, ane tau bahwa dari mereka juga sama seperti ane, sama-sama pemula sama-sama pengen ngerasain gimana nikmatnya berjalan di tengah hutan dengan jalanan yang nanjak gak ada habisnya.



Entah hanya ane yang ngerasain ini atau kalian semua yang mempunyai hobi sama dengan ane, kita akan merasa sangat antusias saat perjalanan baru dumulai. Dari dari cerita ngalor-ngidul, ketawa-ketiwi gak jelas, sampe saling berbagi pengalaman pribadi akan membuat kita gak berasa saat di perjalanan.

Tapi saat ane merasa sok kuat dan yakin bakal sampe ke pos demi pos denga tepat waktu, ane pasti akan diem dan serius menapaki jalan nanjak dengan penuh keyakinan yang udah di isi penuh dari bawah. Kalian pasti juga pernah merasa sok kuat seperti ane kan? Tapi tuhan berkata lain, energi terkuras dengan tanjakan-tanjakan yang gak ada habisnya, nafas udah senin-kamis kek orang yang abis maraton dengan robot yang gak punya rasa lelah. Dan di tengah jalan kita bakal ngumpat gak jelas, dari kata-kata jorok sampe aneka hewan pun keluar dari mulut ane.

Ya semua itu pernah ane rasain dan ane lakuin, pdahal udah yakin banget tapi ada saja yang membuat ane kesel dengan jalur gunung itu.



Hal yang paling ane gak suka saat naik gunung itu kalau ada pendaki lain yang turun terus kita tanya pos selanjutnya udah deket atau masih jauh dan mereka bilang "lima menit lagi kok mas, cuma dua kali belokan aja sampe."Lima menit apaan? Apanya yang dua kali belokan, ane udah jalan lebih dari setengah jam, ane udah berkali kali belok kanan belok kiri ngikutin jala kenyatanya, gak sampe sampe.

Ya walaupun tujuan nya baik biar kita terus semangat, tapi lima menitnya itu loh, gak berbanding dengan dua puluh lima menit yang ame jalanin, ane ngerasa di -php- tapi dengan kesabaran ane tetap terima walaupun si doi bohong, mau gak terima gimana kalau ujungnya nemu pemandangan yang kek gini.




Benar. Semua rasa lelah dan capek itu terbayar dengan adanya kilauan jingga yang sangat indah.



Jika kalian pernah dengar kata kata itu maka itu memang benar, kembali ke rumah dengan selamat adalah tujuan mendaki.

Banyak yang tanya, "kenapa kamu suka mendaki gunung?"ane hanya merenung diam, bingung mau kasih jawaban yang seperti apa, jikalau ane ngasih jawaban yang gak sesuai kenyataan ane takut mereka gak akan pernah kembali mendaki gunung dan gak mau mendaki lagi

Mengutip pernyataan di atas tentang puncak adalah bonus, ane berani menyimpulkan jika mendaki gunung itu adalah sepaket perjalanan dari kamu mulai mendaki sampai pulang kembali dan puncak, sabana, danau, dan bukit-bukit yang ada hanyalah pelengkap mendaki di kalah kita berhasil pulang dengan selamat.

Apa kalian tau di balik sebuah kebahagian pendaki gunung juga tersimpan duka saat mendaki. Salah satunya jika kita tak mendapatkan apa apa ketika sampai di atas puncak.

Ane juga mengakui, sayang jauh-jauh ke gunung sana gunung sini kalau gak sekalian sampai puncak. Munafik ya? Biarlah, memang hasrat untuk menaklukkan puncak puncak tertinģi itu pasti ada, jika di lihat dari sisi lain para pendaki pasti sangat-sangat mengingin untuk sampai ke puncak, tak bisa di pungkiri nafsu untuk menaklukkan puncak itu ada bukan menaklukkan ego. Ane juga mengakui itu.


Duka pendaki jika sudah berada di puncak yang mereka temui hanya awan putih seperti gambar di atas, selain itu mereka hanya bisa melihat sekitar dengan warnah putih putih dan putih.

Hmm... setidaknya hasrat untuk mendaki terbayarkan walaupun tidak sesuai dengan harapan.

Selain kabut, duka lain nya jika gear pendaki rusak dan tidak bisa di pakai lagi karena badai, seperti gambar di bawah ini.


Sedih memang jika sudah berada di tengah-tengah perjalanan dan siap untuk beristirahat tenda yang kita tempati rusak.

Ane mengalami itu saat berada di Ranu kumbolo, kencangnya hembusan angin membuat beberapa tenda tetangga terkoyak tak terkecuali tenda ane. Seperti itulah penampakan tenda ane waktu itu.

Selain itu vandalisme juga menjadi momok bagi para pendaki, banyak pendaki yang tak bertanggung jawab dengan melakukan coretan di batu atau pohon seperti gambar ini.



Jika kalian pernah ke gunung arjuno maka pemandangan penuh coretan ini lah yang akan kalian temui di puncak sana.

Ane pun miris melihat kelaukan para pendaki yang gak bertanggung jawab itu, apa mereka gak mikirin dampak kedepannya gimana?

Ane ngerasa sedih, view yang sebenarnya sangat indah di puncak harus di kombinasikan dengan coretan dari tangan jahil mereka, ane gak habis pikir apa dasar mereka melakikan semua itu, yaa kembali ke pribadi masing masing saja.

Kegiatan selain nungguin sunrise di puncak atau sekedar pindah tidur dari kasur yang nyaman dan empuk ke tempat yang dingin dan sepi. Kita juga bisa melakukan kegiatan layaknya di rumah. Yap, ngopi-ngopi santai.

Selagi menghangatkan tubuh dengan kopi atau teh, bisa juga di selingi kegiatan lain. Seperti saat ane bosen di dalem tenda ane ngajak temen-temen ane maen ABCD, maen tebak-tebakan, atau maen kartu.





Hahaha... kalau diinget inget koplak banget, tapi itu lah keseruan saat berada di dalam tenda.


Selain itu kalau ane selalu gak bisa tidur, ane selau ngobrol gak jelas ngajakin temen setenda ane ngobrol biar gak sepi.

Ya kali ane diem sendirian gak ada yang nemenin ngobrol, masa iya ngobrol bareng mbak kunti.

Ngomongin soal mbak kunti, ane pernah di ganggu jin jin penunggu gunung, seperti saat mendaki gunung Arjuno, awalnya tas carier ane beratnya normal lah kayak tas carier kebanyakan, saat di tengah-tengah perjalanan kok ane ngerasa barang bawaan semakin berat. Nah pas udah pagi baru temen ane cerita saat perjalanan kemaren ane gendong nenek nenek tua.

Ada lagi waktu ane ngalamin sakit saat di tengah perjalanan, masih dalam satu kawasan dengan gunung Arjuno, kali ini ane nyebrang ke samping, gunung Wlirang. Tekanan asam lambung naik derastis, buat berdiri saja gak kuat apalagi buat jalan, ane mutusin untuk istirahat sejenak, saat ane ngerasa gak kuat dan pikiran ane kosong, antara sadar dan gak sadar ane ngelihat mbak mbak rambut panjang baju putih lewat depan ane dengan melayang-layang. Yaa siapa lagi kalau bukan mbak kunti.

Suara-suara aneh pun sering ane dengar saat perjalanan naik gunung atau di dalem tenda. Pernah sewaktu ane tidur ane di kagetin sama suara orang berdehem. hmmbbbbrrrrrrrya kira-kira seperti itu suaranya, pas ane nengok, ane di kelonin sama sosok item, tinggi, guwede. Takut? Pasti, merinding? Jelas, pengen kabur ya kok gak berani, akhirnya ane paksa buat tidur dan ane cuekin aja tu orang item di belakang ane.

Kalian tau gak yang di cari sama pendaki gunung itu apa? Bukan foto ya, tapi perjalanan dan perjuangan nya, ya meskipun foto juga di cari sih hehehe...

Di balik foto yang indah ada sebuah perjuangan untuk mendapatkan itu semua. Dan biarkan foto itu lah yang bercerita.

Para di tuntut untuk bangun pagi, pagi di sini bukan pagi jam enam atau jam tujuh, melainkan pagi jam tiga atau bahkan jam satu.

Para pendaki rela melakukan itu semua hanya untuk menikmati sunriae di gunung, demi apa mereka melakukan itu semua? Yang pasti demi memuaskan hasrat dalam diri dengan menikmati matahati terbit.

Ane juga ngelakuin hal itu, sunrise adalah hal wajib yang harus di buru saat melakukan pendakian. Rugi rasanya jika ngelewatin momen momen terbaik seperti itu.

Berbagai gaya dan pose ane terapin demi membuat hasil jepretan terlihat ciamik.



Walaupun hasilnya siluet tapi ane tetep bangga karena dengan adanya foto ada bukti yang akan ame ceritain kelak kepada anak dan istri ane.













Gara-gara foto yang kayak gini ini nih yang bikin ane pengen terus melangkah terus ke gunung gunung yang ada di Indonesia.

Kalau di tanya Pengen kemana? Dalam waktu dekat ini pengen ke gunung Raung, sama Argopuro. Aslasanya pengen ngerasain jalur sirotolmustakim nya gunung Raung sekalian panjat tebing sama ngerasain panjangnya jalur Argopuro yang dari pos 1 ke pos 2 butuh waktu 8 jam untuk menempuhnya

Kelihatan ambisius ya? Gapapa lagi pengen berhayal dulu ane gan.

Ada beberapa tips dari ane buat kalian jika pengen mendaki gunung.

1. Bawa Guide

Jika kalian baru pertama mendaki gunung, agar lebih aman, lebih baik membawa guide atau pemandu saat bertualang ke alam bebas.
Bisa juga teman yanh sudah berpengalaman dengan gunung yang di daki.
Pemandu biasanya hafal track yang akan dilewati termasuk jalan pintasnya.

Atau jika tidak menggunakan guide, usahakan bepergian bersama rombongan.Selalu berjalan bersamaan, pastikan fisik kalian prima sehingga tidak tertinggal. Fisik yang kurang prima dan tertinggal rombongan sering jadi faktor penyebab seseorang tersesat di gunung.

2. Ikiti Jalur Yang Ada

Agar tidak tersesat di gunung atau alam bebas lebih baik perhatikan jalan dengan benar, sebisa mungkin hindari jalan yang masih tertutup rumput dan pepohonan. Ikuti jalan dengan bekas jejak kaki manusia, dipastikan Kalian tidak akan tersesat saat bertualang di alam bebas.

3. Patuhi Aturan

Setiap tempat pasti memilik rambu-rambu dan aturan tersendiri. Jika ingin selamat dan sampai di tempat tujuan dengan mudah alangkah baiknya mematuhi aturan yang dipaparkan oleh pengelola. Baca juga plang-plang yang disediakan sehingga tidak ada kata ‘tersesat’ dalam perjalanan.

4. Bawa Madu atau Air Gula atau Gula Jawa

Karena dengan membawa salah satu dari yang ane sebutin, madu, air gula, atau gula jawa bisa menambah kalori kalian agar fisik tetap prima.

5. Jalan Menunduk atau Menghitung Langkah

Jangan pernah jika dalam track yang menanjak kalian menoleh ke atas, karena akan membuat perjalanan semakin lama. Di sarankan untuk melihat ke bawah melihat tanah siapa tau nemu duit. Kagak ding, biar gak kerasa aja tanjakan nya, kalian juga bisa menghitung langkah jika capek, entah di hitungan ke berapa kalian bisa istirahat, tapi harus konsisten dengan hitungan langkah kalian, kalau bisa makin lama makin banyak.

6. Kenali Bahaya Penyakit Jika Berada di Gunung

Kalian juga harus mengenal jenis jenis penyakit saat mendaki, karena penangnanya berbeda dengan penyakit pada umumnya.

7. Bawa Apel

Apel sebagai pengganti karbohidrat, selain itu makan apel bisa mengganjal perut dengan sementara jika kalian terburu-buru dan gak sempat untuk masak.

Nah itula tips dari ane semoga bermanfaat.