Menurut kalian aneh tidak jika seseorang yang melanggar hukum dijadikan duta?



Kalian tahulah, ya, siapa pertama kali yang menjadi duta karena melanggar hukum, duta Pancasila. Semenjak itu pula lahir duta narkoba, duta lalu lintas, dan duta shampoo lain. Hah, duta shampoo lain?

Menurut akal saya yang masih agak waras, kenapa sih orang yang melanggar hukum kok dijadiin duta? Memang ada pasalnya orang yang melanggar lampu merah jadi duta lampu merah? Kalau begitu sekalian saja ada duta pornografi. Toh, duta pornografi setidaknya memberikan manfaat sehingga masyarakat bisa menunaikan sila ke-3 Pancasila: Persatuan Indonesia.

Waduh dalam soal bagi-bagi link, yang namanya SARA dinomer-seratuskan. Siapa pun pemimpinmu, kita ini brother. Aneh memang, kenapa bisa seperti ini, ya?

Kembali ke masalah duta dan janda. Seharusnya orang yang melanggar hukum itu ya dihukum, bukan dijadikan duta, apa karena dia itu artis? kalau orang biasa ma tetep aja lewat jalur hukum.

Jika memang mau men-duta-kan para pelanggar hukum, ya, seharusnya bukan hanya artis, dong. Rakyat dan wakilnya pun seharusnya punya hak yang sama. Mungkin nanti ada duta korupsi, duta pungli, duta KDRT, duta aborsi, dan duta-duta yang lainnya.

Duta itu seharusnya orang yang memiliki image baik dan bisa membawa tanggung jawab yang besar. Duta kecantikan tentu diambil dari wanita yang memiliki fisik yang cantik. Duta shampoo tentu diambil dari orang yang memiliki rambut yang elok. Itu semua karena tanggung jawab mereka yang tentunya harus bisa memberikan pembelajaran dan pengalaman dalam hidupnya tentang kedutaannya tersebut.

Misal duta shampoo, dia bisa mengajarkan cara merawat rambut agar bisa rambut kita sebagus dia. Coba duta shampoo diambil dari orang yang -maaf- botak, ya, mungkin dia bisa memberikan pembelajaran yang baik, tapi dia tidak bisa memperlihatkan hasil rambut yang baik karena dirawat dengan caranya tersebut.

Ini sama seperti jomlo yang memberikan petuah-petuah pada para dua sejoli yang tengah kasmaran. Biasanya petuah-petuah para jomlo ini dalam dan ngena, tapi, ya, itu, dia sendiri tidak bisa menjalankan petuah-petuah yang dia berikan pada orang yang sudah berpacaran.

Ya, mungkin dengan cara ini orang yang didutakan serasa diberi hukuman. Tapi, alangkah lebih baik jika kita mencontoh negera maju, yang memberikan hukuman dengan pelayanan sosial selama waktu tertentu. Ini akan lebih bermanfaat dari hanya sekedar duta yang semu karena didapat dari pelanggaran.

Jadi menurut kalian, duta nganu mesti diberikan kepada siapa?