- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Prester John


TS
dragonroar
Prester John
Quote:
Spoiler for "Preste" sebagai Kaisar Ethiopia, menduduki tahta di atas sebuah peta Afrika Timur dalam sebuah atlas yang diberikan Portugis kepada Ratu Maria, 1558. (British Library):

Prester Yohanes (bahasa Latin: Presbyter Johannes) adalah seorang raja dan patriark Kristen legendaris dalam tradisi dan kronik-kronik Eropa dari abad ke-12 sampai ke-17. Ia dikatakan memerintah sebuah negara Kristen Nestorian (Gereja dari Timur) yang menghilang di tengah-tengah kaum Muslim dan pagan di Timur. Catatan tersebut merupakan kumpulan kisah fantasi populer abad pertengahan, yang menyebut Prester Yohanes sebagai keturunan dari Tiga Orang Majus, memerintah sebuah kerajaan yang dipenuhi kekayaan, keajaiban, dan makhluk-makhluk aneh.
Mula-mula, Prester Yohanes dikisahkan tinggal di India; kisah-kisah keberhasilan penginjilan Kristen Nestorian di sana dan perjalanan Rasul Tomas di anak benua tersebut diyakini menanamkan benih awal dari legenda tersebut. Setelah kedatangan bangsa Mongol ke dunia Barat, berbagai catatan menyatakan bahwa raja tersebut berada di Asia Tengah, dan kemudian para penjelajah Portugis menyatakan bahwa mereka menemukannya di Ethiopia.
Quote:
Asal muasal legenda
Quote:
Meskipun dasar kisah tersebut tidak jelas, legenda Prester Yohanes digambarkan secara kuat dari catatan awal perjalanan orang-orang Timur dan Barat. Sebagian besar pengaruhnya adalah kisah-kisah pemindahan agama Santo Rasul Tomas di India, seperti yang tercantum dalam sebuah karya abad ke-2 yang dikenal sebagai Kisah Rasul Tomas, dan laporan-laporan Gereja dari Timur di Persia Besar. Gereja dari Timur (Church of the East), yang juga disebut gereja Nestorian, mendapatkan banyak pengikut di negeri-negeri Timur dan memberikan gambaran Barat terhadap Kristen yang eksotis dan familiar. Sebagian besar inspirasinya adalah keberhasilan misionaris Nestorian di kalangan bangsa Mongol dan Turk di Asia Tengah; René Grousset (1970) menyatakan bahwa salah satu benih dari cerita tersebut datang dari bangsa Kerait, yang ribuan anggotanya berpindah ke Kristen Nestorian tak lama setelah tahun 1000 Masehi. Pada abad ke-12, para penguasa Kerait masih mengikuti kebiasaan memakai nama-nama Kristen, yang memenuhi legenda tersebut.
Selain itu, tradisi tersebut diyakini digambarkan dari bayang-bayang figur Kristen awal Yohanes sang Presbiter dari Siria, yang keberadaannya pertama kali disebutkan oleh sejarawan gerejawi dan uskup Eusebius dari Kaisarea berdasarkan pada bacaannya dari bapa-bapa gereja awal. Tokoh tersebut, seperti yang dikatakan dari salah satu dokumen dari pengarang dua Surat-Surat Yohanes, menjadi guru uskup martir Papias, yang kemudian mengajar guru Eusebius sendiri yaitu Ireneus. Namun, hanya sedikit yang mengaitkan figur tersebut, yang dikatakan aktif pada akhir abad ke-1, dengan legenda Prester Yohanes di luar namanya.
Catatan-catatan tentang Prester Yohanes pada masa berikutnya sangat dipengaruhi dari teks-teks sastra terkait dunia Timur, yang meliputi sebagian besar sastra perjalanan dan geografi zaman kuno dan abad pertengahan. Penjelasannya seringkali diturunkan dari catatan sastra atau pseudo-sejarah, seperti kisah Sinbad si Pelaut. Romansa Aleksander, sebuah kisah terkenal dari penaklukan Aleksander Agung, secara khusus mempengaruhi kisah tersebut.
Para sarjana memperdebatkan asal muasal nama Prester Yohanes. Kata Prester diyakini sebuah sebuah kesalahan penyebutan dari kata "Presbiter" atau "imam". Sir John Mandeville, seorang penulis abad pertengahan yang dikenal pada masa hidupnya karena catatan-catatan perjalanan buatannya, menuliskan tentang seorang kaisar yang bernama Yohanes yang memutuskan untuk menjadi imam setelah bertemu dengan seorang kesatria Kristen, dimana terdapat kalinya "kaisar berkata, bahwa ia tidak lama lagi tidak menjadi kaisar, melainkan preest". Rujukan tersebut menyatakan bahwa penyebutan Prester sebagai "preest" (priest, imam) itu merupakan interpretasi yang benar dari nama Prester Yohanes. Vie de Saint Louis berbahasa Perancis Kuno, termasuk dalam redaksi Les Grandes Chroniques de France dari pertengahan abad ke-14, juga menyebutkan penguasa tersebut, menyebutnya "prestre Jehan le roy d'Inde" (secara harfiah, "imam Yohanes raja dari India"), langsung menggunakan kata Perancis untuk "imam" (priest).
Legenda tersebut pertama kali dicatat pada awal abad ke-12 dengan laporan kunjungan seorang "Uskup Agung India" ke Konstantinopel, dan seorang "Patriark India" ke Roma pada masa jabatan Paus Kallistus II (1119–1124). Kedua kunjungan tersebut tidak dapat dikonfirmasikan karena kisahnya berasal dari laporan tangan kedua. Kisah tersebut merupakan sebuah cerita yang pembuat kronik Jerman Otto dari Freising laporkan dalam Chronicon buatannya pada 1145 yang pada tahun sebelumnya ia bertemu dengan Hugh, uskup Jabala di Siria, di istana Paus Eugenius III di Viterbo. Hugh merupakan seorang emisaris dari Pangeran Raymond dari Antiokhia yang meminta bantuan Barat untuk melawan Saracen setelah Pengepungan Edessa, dan konselnya menyatakan bahwa Eugene menyerukan Perang Salib Kedua. Ia mengatakan kepada Otto, di hadapan Paus, bahwa Prester Yohanes, seorang Kristen Nestorian yang menjabat dalam posisi ganda imam dan raja, mengambil alih kota Ecbatana dari dua penguasa monarki bersaudara Medes dan Persia, Samiardi, dalam sebuah pertempuran besar "yang terjadi beberapa tahun silam". Setelah itu, Prester Yohanes diduga berangkat ke Yerusalem untuk menyelamatkan Tanah Suci, namun meluapnya perairan Tigris membuat ia kembali ke negaranya sendiri. Kekayaannya yang luar biasa ditunjukan dengan tongkat zamrudnya; kesuciannya menurun kepadanya dari Tiga Orang Majus.
Silverberg menghubungkan catatan ini dengan peristiwa-peristiwa sejarah pada 1141, ketika Kekhanan Kara-Khitan yang berada di bawah kekuasaan Yelü Dashi mengalahkan Turki Seljuk di dekat Samarkand. Meskipun Kara-Khitan pada masa tersebut adalah Buddhis dan bukan Kristen, beberapa negara vasal Kara-Khitan mempraktikkan Kristen Nestorian, yang diyakini berkontribusi terhadap terciptanya legenda tersebut serta memungkinkan bangsa Eropa, yang tidak familiar dengan konsep Buddhisme, berasumsi bahwa jika pemimpinnya bukan Muslim, ia merupakan seorang penganut Kristen. Laporan kekalahan tersebut menginspirasi sebuah gagasan tentang "pembebasan dari dunia Timur", dan kemungkinan Otto mencatat laporan Hugh untuk mencegah rasa puas diri para pendukung Perang Salib dari Eropa; menurut catatannya, tidak ada bantuan yang dapat diharapkan dari seorang raja dunia Timur yang berkuasa.
Spoiler for Prester Yohanes dari Kronik Nuremberg karya Hartmann Schedel, 1493:

Selain itu, tradisi tersebut diyakini digambarkan dari bayang-bayang figur Kristen awal Yohanes sang Presbiter dari Siria, yang keberadaannya pertama kali disebutkan oleh sejarawan gerejawi dan uskup Eusebius dari Kaisarea berdasarkan pada bacaannya dari bapa-bapa gereja awal. Tokoh tersebut, seperti yang dikatakan dari salah satu dokumen dari pengarang dua Surat-Surat Yohanes, menjadi guru uskup martir Papias, yang kemudian mengajar guru Eusebius sendiri yaitu Ireneus. Namun, hanya sedikit yang mengaitkan figur tersebut, yang dikatakan aktif pada akhir abad ke-1, dengan legenda Prester Yohanes di luar namanya.
Catatan-catatan tentang Prester Yohanes pada masa berikutnya sangat dipengaruhi dari teks-teks sastra terkait dunia Timur, yang meliputi sebagian besar sastra perjalanan dan geografi zaman kuno dan abad pertengahan. Penjelasannya seringkali diturunkan dari catatan sastra atau pseudo-sejarah, seperti kisah Sinbad si Pelaut. Romansa Aleksander, sebuah kisah terkenal dari penaklukan Aleksander Agung, secara khusus mempengaruhi kisah tersebut.
Para sarjana memperdebatkan asal muasal nama Prester Yohanes. Kata Prester diyakini sebuah sebuah kesalahan penyebutan dari kata "Presbiter" atau "imam". Sir John Mandeville, seorang penulis abad pertengahan yang dikenal pada masa hidupnya karena catatan-catatan perjalanan buatannya, menuliskan tentang seorang kaisar yang bernama Yohanes yang memutuskan untuk menjadi imam setelah bertemu dengan seorang kesatria Kristen, dimana terdapat kalinya "kaisar berkata, bahwa ia tidak lama lagi tidak menjadi kaisar, melainkan preest". Rujukan tersebut menyatakan bahwa penyebutan Prester sebagai "preest" (priest, imam) itu merupakan interpretasi yang benar dari nama Prester Yohanes. Vie de Saint Louis berbahasa Perancis Kuno, termasuk dalam redaksi Les Grandes Chroniques de France dari pertengahan abad ke-14, juga menyebutkan penguasa tersebut, menyebutnya "prestre Jehan le roy d'Inde" (secara harfiah, "imam Yohanes raja dari India"), langsung menggunakan kata Perancis untuk "imam" (priest).
Legenda tersebut pertama kali dicatat pada awal abad ke-12 dengan laporan kunjungan seorang "Uskup Agung India" ke Konstantinopel, dan seorang "Patriark India" ke Roma pada masa jabatan Paus Kallistus II (1119–1124). Kedua kunjungan tersebut tidak dapat dikonfirmasikan karena kisahnya berasal dari laporan tangan kedua. Kisah tersebut merupakan sebuah cerita yang pembuat kronik Jerman Otto dari Freising laporkan dalam Chronicon buatannya pada 1145 yang pada tahun sebelumnya ia bertemu dengan Hugh, uskup Jabala di Siria, di istana Paus Eugenius III di Viterbo. Hugh merupakan seorang emisaris dari Pangeran Raymond dari Antiokhia yang meminta bantuan Barat untuk melawan Saracen setelah Pengepungan Edessa, dan konselnya menyatakan bahwa Eugene menyerukan Perang Salib Kedua. Ia mengatakan kepada Otto, di hadapan Paus, bahwa Prester Yohanes, seorang Kristen Nestorian yang menjabat dalam posisi ganda imam dan raja, mengambil alih kota Ecbatana dari dua penguasa monarki bersaudara Medes dan Persia, Samiardi, dalam sebuah pertempuran besar "yang terjadi beberapa tahun silam". Setelah itu, Prester Yohanes diduga berangkat ke Yerusalem untuk menyelamatkan Tanah Suci, namun meluapnya perairan Tigris membuat ia kembali ke negaranya sendiri. Kekayaannya yang luar biasa ditunjukan dengan tongkat zamrudnya; kesuciannya menurun kepadanya dari Tiga Orang Majus.
Silverberg menghubungkan catatan ini dengan peristiwa-peristiwa sejarah pada 1141, ketika Kekhanan Kara-Khitan yang berada di bawah kekuasaan Yelü Dashi mengalahkan Turki Seljuk di dekat Samarkand. Meskipun Kara-Khitan pada masa tersebut adalah Buddhis dan bukan Kristen, beberapa negara vasal Kara-Khitan mempraktikkan Kristen Nestorian, yang diyakini berkontribusi terhadap terciptanya legenda tersebut serta memungkinkan bangsa Eropa, yang tidak familiar dengan konsep Buddhisme, berasumsi bahwa jika pemimpinnya bukan Muslim, ia merupakan seorang penganut Kristen. Laporan kekalahan tersebut menginspirasi sebuah gagasan tentang "pembebasan dari dunia Timur", dan kemungkinan Otto mencatat laporan Hugh untuk mencegah rasa puas diri para pendukung Perang Salib dari Eropa; menurut catatannya, tidak ada bantuan yang dapat diharapkan dari seorang raja dunia Timur yang berkuasa.
Quote:
Surat Prester Yohanes
Quote:
Tidak ada kisah yang tercatat sampai sekitar tahun 1165 ketika salinan-salinan dari karya yang dipastikan sebagai Surat Prester Yohanes palsu mulai menyebar ke seluruh Eropa. Kisah menakjubkan yang ditampilkan menunjukan bahwa pengarangnya mengetahui Romansa Aleksander dan menyebut Kisah Rasul Tomas yang disebut di atas, Surat tersebut diduga ditujukan kepada Kaisar Bizantium Manuel I Comnenus (1143–1180) oleh Prester Yohanes, keturunan dari salah satu Tiga Orang Majus dan Raja India. Berbagai kekayaan dan keajaiban yang terkandung dalam kisah kerajaan tersebut terserap dalam imajinasi bangsa-bangsa Eropa, dan kisah tersebut diterjemahkan ke dalam sejumlah bahasa, termasuk bahasa Ibrani. Kisah tersebut disebarkan dalam berbagai tambahan bumbu cerita selama berabad-abad dalam bentuk manuskrip, seratus contoh masih ada sampai saat ini. Penemuan mesin cetak mendukung ketenaran surat tersebut dalam bentuk cetak; kisah tersebut masih menjadi budaya populer pada masa penjelajahan Eropa. Bagian dari pernyataan surat tersebut yang menyatakan bahwa terdapat sebuah kerajaan Kristen Nestorian yang hilang masih diyakini di wilayah Asia Tengah.
Penerimaan atas laporan-laporan tersebut sedemikian rupa sehingga Paus Aleksander III mengirimkan sebuah surat kepada Prester Yohanes melalui Filipus dokternya pada 27 September 1177. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai Filipus, namun sebagian besar orang meyakini bahwa ia tidak pulang dengan membawa tanggapan dari Prester Yohanes. Surat tersebut tetap beredar dan makin banyak diberi bumbu cerita pada setiap salinan. Pada masa modern, analisis tekstual dari varian surat tersebut dalam versi-versi Ibrani memberi kesan asalnya dari kaum Yahudi di utara Italia atau Languedoc: beberapa kata Italia masih tercantum dalam teks-teks Ibrani tersebut. Pada pandangan lainnya, sebagian besar orang meyakini bahwa pengarang Surat tersebut merupakan orang Barat, meskipun keperluannya masih tidak jelas.
Penerimaan atas laporan-laporan tersebut sedemikian rupa sehingga Paus Aleksander III mengirimkan sebuah surat kepada Prester Yohanes melalui Filipus dokternya pada 27 September 1177. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai Filipus, namun sebagian besar orang meyakini bahwa ia tidak pulang dengan membawa tanggapan dari Prester Yohanes. Surat tersebut tetap beredar dan makin banyak diberi bumbu cerita pada setiap salinan. Pada masa modern, analisis tekstual dari varian surat tersebut dalam versi-versi Ibrani memberi kesan asalnya dari kaum Yahudi di utara Italia atau Languedoc: beberapa kata Italia masih tercantum dalam teks-teks Ibrani tersebut. Pada pandangan lainnya, sebagian besar orang meyakini bahwa pengarang Surat tersebut merupakan orang Barat, meskipun keperluannya masih tidak jelas.
Diubah oleh dragonroar 23-11-2017 01:25
0
31.2K
Kutip
121
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan