- Beranda
- Komunitas
- News
- Tribunnews.com
Sejarah Pasar Pocong di Palembang dan Kisah Mistis yang Dialami Pedagang


TS
tribunnews.com
Sejarah Pasar Pocong di Palembang dan Kisah Mistis yang Dialami Pedagang

TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Pasar di Palembang ini memiliki nama yang unik. Namanya, Pasar Pocong. Pasar ini berlokasi di Jalan Telaga Swidak, 14 ULU, Kecamatan Seberang ULU I, Palembang.
Lokasinya pun cukup menyeramkan, yaitu di tengah-tengah kuburan. Terletak di tengah-tengah kompleks pemakanam justru tak menjadi penghalang bagi pasar ini untuk menjadi terkenal di kalangan masyarakat Kota Palembang.
Kenapa disebut dengan Pasar Pocong?
Ternyata, asal mula penyebutan nama Pasar Pocong ini bukanlah berasal dari sosok pria bernama Zul sebagai perintisnya, melainkan dari masyarakat sendiri yang melihat lokasi pasar berada di tengah-tengah kuburan dan spontan menyebutkan dengan Pasar Pocong.
Dulunya pasar ini dikenal sebagai Pasar Pagi Naga Swidak.
Baca: Kisah Penjaga Kuburan Bikin Merinding, Galian Makam Keluar Air Sampai Dibuntuti Sosok Hitam
“Sebenarnya awal mulai dikenalnya pasar pocong ini tidak tahu juga, dulunya bernama Pasar Pagi Naga Swidak.
Karena mungkin pasar ini di tengah-tengah kuburan jadi seiring berjalannya waktu orang menyebutnya dengan sebutan pasar pocong, “ ujar Zul, sosok yang menjadi perintis berdirinya Pasar Pocong.
Pria yang akrab dipanggil Zul ini bercerita tentang awal mula dibentuknya Pasar Pocong ini.
Menurutnya, dirinya hanya mencari cara untuk menyelsaikan masalah pribadinya dalam hal perbelanjaan.
“Semuanya berawal dari kerepotan untuk pergi ke Pasar Silaberanti yang cukup jauh dan harus mengantar jemput istri berbelanja,” ujar Zul.
“Selanjutnya, muncul ide untuk membuat pasar disini.Kebetulan pada waktu itu ada ketua DPR yang mendukung untuk didirikannya pasar ini. Dan akhirnya dirintislah dengan mengajak teman yang pertam kali membuat los pada tahun 2004,” tambahnya.
Baca: Cerita Terpidana Mati yang Merayakan HUT Kemerdekaan RI
Pada saat merintis pasar ini banyak tanggapan terlontar dari masyarakat, mulai dari yang setuju dengan dibentuknya pasar ini, dan ada juga yang berpendapat kalau pasar ini tidak akan laku dikarenakan terletak di tengah-tengah kuburan.
Walapun nama dan lokasi pasar ini cukup menyeramkan namun pasar ini tetap ramai dikunjungi oleh warga sekitar, mulai dari pukul 7 pagi sampai dengan 12 siang.
“Disini harga bahan-bahan pokoknya murah daripada pasar yang lainnya, misalnya harga telur mereka hanya mengambil keuntung sebesar 400-500 perkilonya,” ujar Zul.
Pasar yang memiliki panjang lokasi sekitar 100 meter ini dulunya berawal dari lapak kecil-kecil yang didirikan oleh Zul beserta teman-temanya.
Lapangan kosongan di depan rumahnya menjadi titik awal dibentuknya pasar kecil-kecil yang kini telah berkembang menjadi Pasar Pocong.
Harga yang murah dan tarif sewa tempat yang tidak terlalu mahal menjadikan tempat ini sebagai tempat yang paling diminati jika ingin membuka lapak dagangan disini.
“Tarif harga sewa disini tergantung bagaimana nego dengan pemilik lahan, biasanya murah,” ujar Zul.
Keadaan pasar yang berada ditengah-tengah kuburan ini membuat para pedagang mendirikan lapak bangunannya diatas kuburan.
Pedagang sering bercerita kepada Zul tentang kejadian-kejadian mistis yang mereka alami selama berjualan disana, mulai dari panggilan makhluk halus sampai dengan terlihatnya sesosok makhluk diatas kedai mereka.
“Kalau kejadian sih, pernah dengar dari pedagang.
Mulai dari dipanggil-panggil dan ada juga yang melihat sosok gaib,” ujar Zul.
Sebenarnya dulu Zul adalah pengurus yang bertugas untuk mengurusi pasarnya ini.
Pada akhirnya iamengundurkan diri karena terkendala biaya dan sampai sekarang tidak ada pengurusnya.
Walaupun pasar ini menjadi salah satu pasar unik yang berada di Kota Palembang, perhatian pemerintah kota terkadang luput tentang keberadaan pasar ini.
“Pernah ada waktu itu datang dari pihak walikota guna berkampanye, tapi kalau rutinnya sering datang ketua RT dan RW setempat,” ujarnya.
Terkait dengan permasalahan yang terjadi di pasar, Zul menerangkan bahwa disini menerapkan asas keperdulian antar sesama penjual.
Hanya saja disini membayar biaya kebersihan sebesar seribu rupiah dan terkadang penjual disini membersihkan lapak mereka sendiri.
Dengan adanya pasar ini, keadaan kuburan jua menjadi lebih bersih karena pedagang yang berjualan disini biasanya membersihkan rumput-rumput disini secara sukarela.(Panji Maulana)
Artikel ini telah tayang di Sriwijaya Pos dengan judul: Ternyata, Ini Sejarah Berdirinya Pasar Pocong di 14 Ulu, Pedagangnya Sering Alami Hal Mistis
Sumber : http://www.tribunnews.com/regional/2...alami-pedagang
---
Baca Juga :
- Para Pocong, Hantu, dan Vampir Ini Ikutan Lomba Gerak Jalan
- Usai Hubungan Intim di Makam Keramat Ini, Kemaluan Sepasang Kekasih Ini Tak Bisa Lepas
- Ungkap Rahasia Aroma Masakan yang Menggoda Itu Ternyata Dari Daun Salam Berciri Seperti Ini
0
2.2K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan