Untuk dirimu, yang pernah hadir,
mengisi relung hatiku,
membunuh sang waktu.
Terimakasih.
Untuk dirimu, yang pernah bersama,
mengukir kenangan,
menulis memori.
Terimakasih.
Tuhan itu jahat ya?
Pasti kamu marah kalo aku ngomong gitu,
iya kan?
Maaf.
Hidup gak pernah adil kan?
Manusia...
Cuma makhluk fana, yang cuma bisa pasrah akan takdir.
Iya kan?
Andai waktu bisa terulang,
segalanya, aku ingin segalanya kembali!
Kenangan kita!
Memori indah!
Cerita bahagia!
Segalanya, kumohon...
Apa bisa terulang?
Teruntuk engkau, yang selalu memandang hujan, menikmati bulir demi bulir yang jatuh melewati paras cantikmu
Teruntuk engkau yang selalu menikmati senja di ufuk barat, menikmati saat sang surya lenyap ditelan cakrawala, saat kucium harum rambutmu yang bersinar diterpa kehangatan mentari.
Teruntuk engkau, yang selalu mengajariku dengan sabar,
tentang makna kehidupan,
tentang arti menjadi manusia.
Maaf, aku memohon.
MAAF!
Apa ada kata lain selain itu? mungkin...
Ah, cinta? sayang? rindu?
Haha, teringat saat pertama kali kubisikkan kata itu padamu,
saat kudekap serta kukecup keningmu.
Saat kutatap kedua bola matamu yang memandangku dengan penuh makna,
andaikan waktu dapat terhenti saat itu, aku ingin momen itu abadi.
Teruntuk engkau, yang telah menghiasi hariku, saat gundah maupun bahagia, suka dan duka.
Menemaniku, sabar padaku, terus mengingatkanku untuk bersyukur.
Sekali lagi,
Terimakasih atas segala hal yang telah kau ukir dalam hidupku
Aku mencintaimu,
Aku sayang padamu.
Aku rindu, sangat.
****
Teruntuk yang tak dapat lagi tersentuh,
Maaf ku tak dapat menepati janjiku.
Melupakanmu?
Sudah pernah kukatakan bukan?
Terlalu sulit bagiku, aku menyerah.
Bagiku, Dunia bukan batasan untuk berhenti mencintaimu.
Terimakasih, sayang.
Tenang di Surga, ya?
Selamat jalan...