Entah kapan istilah ini mulai populer, tapi kata "baper" yang kemudian diejawantahkan sebagai "bawa perasaan" eksis dipakai banyak anak muda sampai kolom berita. Walaupun Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga belum mengakuinya.

Bukan maksud mau ngajarin, tapi ane cuma mau cerita bagaimana kata "baper" dipakai dalam kalimat. "Baper" sering jadi kata untuk menjelaskan perasaan hati yang tersakiti. Nggak tahu kenapa. Apa mungkin kalau senang itu artinya nggak pakai perasaan?

"Baper" juga menjadi kata pengganti untuk orang-orang yang sensitif atau gampang bet tersinggung.Misalnya,"alkisah sebuah cerita, pemuda bernama Reno baru saja memamerkan jam tangan barunya kepada tongkrongan. Tapi sampai tongkrongan, ternyata jam tangan tersebut KW alias palsu. Jadilah Reno ilok bin keki. Teman-temannya habis mengatai Reno sampai mampus." Di sini lah waktu yang tepat untuk mengatakan, "Baper dah lo, an***g!"

Banyak terjadi lempar-lemparan kata "baper" di aplikasi-aplikasi pencari teman. Kadang juga jab**y. Demi 'mengamankan' posisi, ada bagusnya lebih dulu mengucapkan kalimat pamungkas, "tapi, jan pake baper yak!"

Kemunculan "baper" itu juga lah yang kemudian membuat kata "galau" terdengar usang. Seperti anak-anak 90-an yang masih mengumbar kata "kece" dibanding "gaul".

Tapi, sebenarnya yah, gan, "baper" juga bisa kok buat hal-hal yang nggak berhubungan sama broken heart. Kaya yang ane alamin seminggu terakhir. Hanya karena sebuah video berdurasi 4 menit, ane "baper" nggak ketulungan. Kalau ente nggak caya, coba ditonton deh gan. Habis itu kasih komentar!



Atau, agan-agan satu semesta ini punya kisah "baper" tersendiri??? Siapa tahu bisa jadi inspirasi buat ane.