Sekadar share pengalaman pribadi ane belanja di The Executive Online Indonesia (TEOI).

Tidak pernah belanja di TEOI sebelumnya dan saya tidak menemukan review buruk/baik di jagat maya sehingga saya putuskan untuk mencoba. Saya belanja di situ dalam rangka ulang tahun adik saya. Secara saya lagi tidak tinggal di Indonesia, saya memilih opsi belanja online. Niatnya sih biar gampang: barang tinggal di kirim ke rumah dan jadi kejutan deh buat adik saya.

Saya pesan tanggal 6 Maret melalui website mereka dan memilih metode pembayaran bank transfer. Biasa saya memilih KlikPay, tetapi karena saya di luar negeri, tidak memungkinkan menggunakan BCA KlikPay. Sistem web TEOI mirip seperti web lainnya yang ketika membayar menggunakan bank transfer, setelah saya menyelesaikan pembayaran, saya diharuskan mengupload detail pembayaran. Saya lakukan semuanya saat itu juga pada tanggal 6 Maret dan status di web sudah "Paid" BCA Transfer



Saya tunggu kabar dari rumah dan rutin pantau website The Executive, enggak ada perubahan apa-apa. Biasanya, kalau ol shop lain, setidaknya pada tanggal 7 atau 8 Maret saya sudah dapat konfirmasi apakah pembayaran saya sudah di acc atau sudah dispatch order dengan nomor JNE. Pada tanggal 8 Maret, saya kontak mereka di IG, yang salah satu digital asset mereka yang bisa saya temukan dan aktif. Tidak direspons sama sekali.



Hingga hari ini, tanggal 14 Maret, dari hasil googling, saya email CS dan marketingnya, menjelaskan kondisi saya yang sedang di luar negeri sehingga saya hanya bisa dihubungi via email. Dibalas! dan cukup cepat.


Mereka meminta bukti transfer saya, dan bukti transfer BCA yang di email langsung saya forwardkan ke mereka bukti transferan BCA saya.
Tapi dijawab seperti ini - alias minta bukti transfer lagi:






Saya kaget ketika adik saya menghubungi saya dan bilang kalau ada yang hendak mengkonfirmasi order ke saya, tapi menghubungi hp adik saya. Memang nama penerima dan nomor hape saya berikan data adik saya karena seharusnya, jika order lancar, barang cukup diterima di rumah dan jadi kejutan. Nomor HP adik sengaja saya berikan, just in case, tapi kecil sekali kemungkinannya, ada masalah dari pihak JNE. Saya tanya apa itu dari "The Executive"? Dia bilang "Bukan, dari De..De apa gitu". Bagi saya, ini sudah indikasi aneh dari pihak CS:

1) Saya sudah jelaskan bahwa saya di luar negeri dan ini untuk hadiah
2) Menggunakan nama holding mereka yang nyaris tidak dikenal publik untuk memperkenalkan diri adalah tidak bijak

Akhirnya saya email lagi mereka memberikan nomor hp luar negeri saya yang mengejutkannya, dihubungi oleh mereka dari Indonesia.


Meski saya kecewa karena 1) hadiah yang seharusnya hadiah sudah hilang momen, 2) adik saya jadi direpotkan dengan ini semua, saya jujur kagum dengan CS yang mau khusus jauh-jauh menelpon saya, terutama dengan perbedaan jam yang ada.

CS pun memperkenalkan diri. Intinya dia meminta maaf akan masalah ini. Tapi..

1) Pertama kali setelah meminta maaf, CS bilang "Memang bukti transfernya seperti itu ya? Bisa di copy paste?" (well, to be fair, dia ngomong dengan lembut dan manis, though). Tapi meski manis, saya jujur shock. Bagi saya, ini sangat bodoh. Semua bukti transfer E-Banking BCA ya seperti itu.





2) Lalu setelah saya jelaskan, CS menjawab: "Iya bu, maaf, ini karena Ibu transfernya ke rekening lama kami"
Hell yeah. Setelah CS yang enggak paham kalau bukti transfer E-banking BCA (dan malah saya yang harus menjelaskan), kecurigaan bahwa saya memodifikasi bukti transfer..lalu saya 'disalahkan' karena saya mengikuti email kalian yang menyuruh saya untuk transfer ke rekening 4943030203? Saya sampai cek 2x apa saya salah krim rekening..Pertanyaannya, kenapa sistem kalian kasih saya rekening lama? Dan kenapa saya perlu bersimpati dengan masalah TEOI yang tidak becus memberikan nomor rekening ke customernya.



Saya jujur kaget kok CS nya seperti kurang training begini ya..Kayaknya saya belanja di Kaskus dan Tokped yang mayoritas pedagangnya bukan 'eksekutif', mereka bisa lebih fasih dalam menangani komplen customer. Saking illogicalnya saya sampe bilang "Saya sudah kapok dan tidak mau belanja lagi" - dan dijawab CS dengan diam dan afirmasi . Sumpah, kaget saya dengan training CS nya..secara kalimat saya itu harusnya sudah 'nightmare' bagi CS. Jujur, setelah dihubungi CS, saya malah makin kesal. Wong sistem mereka yang ngaco, masa saya yang harus ngejelasin kalau bukti transfer saya tidak saya modifikasi..

Jika CS tidak menelpon saya sambil menunjukan kebodohannya, mungkin saya tidak akan sekesal ini. Asumsi CS bahwa saya mengcopy paste bukti transfer adalah hal terburuk yang bisa seorang CS katakan pada pelanggan yang sudah dirugikan dengan ordernya yang tidak sampai. Jikalau memang CS meragukan akreditasi, kenapa tidak CS lakukan investigasi internal terlebih dahulu? Data sudah saya berikan semuanya, silahkan berkoordinasi dengan pihak finance perusahaan.Tidak perlu menghubungi customer hanya untuk confirming personal doubt yang justru memperburuk keadaan.

Selainitu, tidak ada kompensasi apapun dari order yang tiada kabar selama 7 hari - kalau customer tidak aktif mencari sendiri. Belum lagi, buruknya skill CS dalam merespons komplain pelanggan ataupun product knowledge bukti transfer bank itu seperti apa..

Kesimpulan saya: Banyak brand yang latah ikutan online shopping experience bandwagon tanpa paham bahwa lini bisnis ini tidak hanya sekadar memindahkan toko ke website, tapi perlu perhatian khusus, apalagi training CS.

Buat temen-temen, kalau mau belanja The Executive, mendingan belanja langsung di tokonya aja. Online nya masih jelek dan sama sekali tidak memberikan 'kenyamanan' yang diharapkan dari belanja online. Kalau tau bakal ribet dan makan waktu begini sih mending saya titip temen saya aja yang beli di mall langsung beres. Ini akan menjadi pengalaman pertama dan terakhir saya belanja di TEOI.

PS: Tujuan saya menulis ini adalah sebagai bahan masukan untuk pihak TEOI, sekaligus share pengalaman ke teman-teman sekalian. Saya tidak berniat memperkeruh suasana, atau jadi customer bawel. Apalagi saya paham bahwa CS bermaksud baik (dia bertanya karena tidak tahu) . Namun, training dan keseriusan TEOI dalam membangun online shop tentu perlu ditegaskan. Kalau memang belum siap, lebih baik jangan dilaunching agar tidak merepotkan orang yang tidak membayangkan bahwa belanja online malah jadi repot.