- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
3 Tradisi Tato Paling Sangar Ini Ternyata Berasal dari Suku Asli Indonesia


TS
anton85
3 Tradisi Tato Paling Sangar Ini Ternyata Berasal dari Suku Asli Indonesia


Hi GanSis jumpa lagi di Thread ane yang sederhana.
Di berbagai negara di dunia, terutama yang berada di Amerika Latin dan Afrika, ada beberapa suku dengan ciri khas berupa tato. Selain di negara-negara tersebut, Indonesia juga memiliki suku-suku yang memiliki ciri khas berupa tato di tubuhnya.
Mungkin bagi kebanyakan orang, seseorang yang memiliki tato selalu diidentikkan dengan kejahatan, kriminal dan hal-hal negatif lainnya. Akan tetapi, tidak semua orang yang bertato adalah pelaku kejahatan atau kriminal. Banyak di antara mereka yang memiliki tato itu adalah orang-orang terkenal, bahkan selebritis.
Apabila digeneralisasikan bahwa tato adalah kejahatan atau sebagai penanda kejahatan, maka bagaimana dengan nasib beberapa suku di Indonesia yang memiliki kebudayaan dan ciri khas mentato tubuhnya tersebut? Nah, untuk mengetahui suku-suku apa saja yang memiliki budaya tato di Indonesia, Anda dapat melihat daftarnya di bawah ini.
Quote:
1. Suku Mentawai
Suku Mentawai adalah suku yang mendiami daerah di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Orang-orang di suku Mentawai memiliki tradisi mentato tubuhnya sendiri dengan motif-motif khusus dan tidak sembarangan yang disebut dengan istilah “Titi”. Sedangkan orang yang pandai mentato disebut dengan nama “Sipatiti” atau “Sipaniti.” Tato yang terlihat di tubuh orang-orang Suku Mentawai menyimbolkan keseimbangan alam dan keindahan serta sebagai balas jasa yang diberikan kepada Sipatiti.

Rata-rata motif tato Suku Mentawai adalah batu, hewan, tumbuhan, busur, panas, mata kail, duri rotan, tempat sagu sampai dengan binatang ternak. Bahkan, konon tato Suku Mentawai ini adalah seni rajah tubuh tertua di dunia dan lebih tua dari tato Mesir. Sekarang ini, seni rajah tubuh Suku Mentawai sudah semakin jarang ditemui karena masuknya ajaran agama dan pendidikan. Akan tetapi, bagi Anda yang ingin melihat seni tato Suku Mentawai, dapat berkunjung ke Desa Madobak, Ugai dan Matotonan yang berada di hulu Sungai Siberut Selatan, Pulau Siberut, kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Suku Mentawai adalah suku yang mendiami daerah di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Orang-orang di suku Mentawai memiliki tradisi mentato tubuhnya sendiri dengan motif-motif khusus dan tidak sembarangan yang disebut dengan istilah “Titi”. Sedangkan orang yang pandai mentato disebut dengan nama “Sipatiti” atau “Sipaniti.” Tato yang terlihat di tubuh orang-orang Suku Mentawai menyimbolkan keseimbangan alam dan keindahan serta sebagai balas jasa yang diberikan kepada Sipatiti.

Rata-rata motif tato Suku Mentawai adalah batu, hewan, tumbuhan, busur, panas, mata kail, duri rotan, tempat sagu sampai dengan binatang ternak. Bahkan, konon tato Suku Mentawai ini adalah seni rajah tubuh tertua di dunia dan lebih tua dari tato Mesir. Sekarang ini, seni rajah tubuh Suku Mentawai sudah semakin jarang ditemui karena masuknya ajaran agama dan pendidikan. Akan tetapi, bagi Anda yang ingin melihat seni tato Suku Mentawai, dapat berkunjung ke Desa Madobak, Ugai dan Matotonan yang berada di hulu Sungai Siberut Selatan, Pulau Siberut, kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Quote:
2. Suku Dayak
Seperti halnya tato Suku Mentawai, seni rajah tubuh Suku Dayak juga merupakan yang tertua di dunia. Ada beberapa suku di Kalimantan yang memiliki tradisi mentato tubuhnya, yaitu Suku Dayak Iban, Suku Dayak Tunjung, Suku Dayak Daratan, Suku Dayak Kenyah dan Suku Dayak Kayan. Dalam tradisi orang-orang Dayak, seni tato adalah ritual tradisional yang memiliki kaitan dengan peribadatan, kesenian dan pengayauan serta sebagai penanda status sosial juga untuk identitas kelompok.

Tidak hanya itu saja, kabarnya, tato yang ada di tubuh orang Dayak dipercaya dapat menangkal pengaruh jahat dan juga memberikan keselamatan bagi diri. Rata-rata, orang-orang Dayak pria akan mentato tubuhnya dengan motif yang melambangkan kejantanan, keberhasilan dalam perang dan identitas kesukuan. Bahkan dengan mentato tubuh, maka seorang laki-laki Dayak akan merasa bangga, karena hal tersebut merupakan suatu perlambang bahwa dirinya memiliki sesuatu yang spektakuler. Sedangkan bagi wanita, seni rajah tubuh ini berfungsi sebagai sarana untuk mempercantik diri.
Seperti halnya tato Suku Mentawai, seni rajah tubuh Suku Dayak juga merupakan yang tertua di dunia. Ada beberapa suku di Kalimantan yang memiliki tradisi mentato tubuhnya, yaitu Suku Dayak Iban, Suku Dayak Tunjung, Suku Dayak Daratan, Suku Dayak Kenyah dan Suku Dayak Kayan. Dalam tradisi orang-orang Dayak, seni tato adalah ritual tradisional yang memiliki kaitan dengan peribadatan, kesenian dan pengayauan serta sebagai penanda status sosial juga untuk identitas kelompok.

Tidak hanya itu saja, kabarnya, tato yang ada di tubuh orang Dayak dipercaya dapat menangkal pengaruh jahat dan juga memberikan keselamatan bagi diri. Rata-rata, orang-orang Dayak pria akan mentato tubuhnya dengan motif yang melambangkan kejantanan, keberhasilan dalam perang dan identitas kesukuan. Bahkan dengan mentato tubuh, maka seorang laki-laki Dayak akan merasa bangga, karena hal tersebut merupakan suatu perlambang bahwa dirinya memiliki sesuatu yang spektakuler. Sedangkan bagi wanita, seni rajah tubuh ini berfungsi sebagai sarana untuk mempercantik diri.
Quote:
3. Suku Moi
Suku Moi adalah orang-orang yang mendiami daerah di Kabupaten Sorong, Papua Barat. Bahkan menurut para pakar budaya menyebutkan bahwa seni rajah yang dimiliki Suku Moi ini dimulai sejak zaman Neolitikum.

Rata-rata motif tato yang digunakan oleh orang-orang Suku Moi adalah geometris dan garis-garis melingkar disertai dengan titik-titik berbentuk segitiga kerucut atau tridiagonal. Bagian tubuh yang sering dijadikan obyek tato adalah dada, pipi, kelopak mata, betis, pinggul dan punggung.
Sayangnya, sekarang ini sudah banyak generasi muda Suku Moi yang tidak menggunakan seni rajah tubuh ini di badan mereka karena tradisi ini sudah dianggap kuno dan masuknya modernisasi di daerah tersebut. Tentunya akan sangat disayangkan jika budaya asli Indonesia yaitu seni rajah tubuh ini menghilang karena para generasi mudanya atau juga pemerintah daerah setempat tidak melestarikannya lagi.
Suku Moi adalah orang-orang yang mendiami daerah di Kabupaten Sorong, Papua Barat. Bahkan menurut para pakar budaya menyebutkan bahwa seni rajah yang dimiliki Suku Moi ini dimulai sejak zaman Neolitikum.

Rata-rata motif tato yang digunakan oleh orang-orang Suku Moi adalah geometris dan garis-garis melingkar disertai dengan titik-titik berbentuk segitiga kerucut atau tridiagonal. Bagian tubuh yang sering dijadikan obyek tato adalah dada, pipi, kelopak mata, betis, pinggul dan punggung.
Sayangnya, sekarang ini sudah banyak generasi muda Suku Moi yang tidak menggunakan seni rajah tubuh ini di badan mereka karena tradisi ini sudah dianggap kuno dan masuknya modernisasi di daerah tersebut. Tentunya akan sangat disayangkan jika budaya asli Indonesia yaitu seni rajah tubuh ini menghilang karena para generasi mudanya atau juga pemerintah daerah setempat tidak melestarikannya lagi.
Sejarah Tato suku mentawai
Spoiler for :
TATO Mentawai adalah tradisi seni lukis tubuh bagi suku terasing di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Sejak kapan mereka menato tubuhnya?
Cerita Pagi kali ini akan membahas tentang tato Mentawai. Di Mentawai, tato dikenal dengan istilah titi. Dikutip dari Wikipedia, tato ini merupakan tato yang sangat unik dan luar biasa karena memenuhi seluruh tubuh, mulai dari kepala sampai kaki.
Bagi orang Mentawai, tato merupakan busana abadi yang dapat dibawa mati. Atau, dengan kata lain, tato tradisi orang Mentawai hanya menjadi sebuah karya seni selama manusia yang memakainya hidup. Bahkan, ada yang menyebut konon orang Mentawai menato tubuh mereka agar kelak setelah meninggal dapat saling mengenali leluhur mereka.

Kepada Sindonews.com, pemerhati sejarah yang juga Dosen STKIP Abdi Pendidikan Payakumbuh Fikrul Hanif Sufyan mengatakan, tato atau seni rajah dikenal oleh dua suku bangsa di Indonesia, yakni Suku Mentawai dan Dayak. Namun, dalam beberapa catatan penting disebutkan, orang Mentawai sudah menato tubuh sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera.
Suku Mentawai dikenal sebagai bangsa Proto Melayu, yang datang dari daratan Asia (Indocina), pada zaman Logam (1500 SM-500 SM). Dari situ, bisa disimpulkan bahwa tato Mentawai yang tertua di dunia, bukan tato Mesir yang baru dikenal pada 1300 SM.
Catatan pertama mengenai seni merajah ini ditemukan dalam tulisan James Cook tahun 1769. Cook pada masa itu baru menemukan tato tertua ditemukan pada mumi Mesir dari abad ke-20 SM. Sebab, Cook pada masa itu belum sampai ke pantai barat Sumatera, sehingga tulisannya ini pun diamini oleh banyak peneliti.

Dalam beberapa penelitian yang pernah dirilis, salah satunya penelitian Ady Rosa yang juga dikenal sebagai 'Jenderal Tato Indonesia', disebutkan bahwa tato juga terdapat di Siberia (300 SM), Inggris (54 SM), Indian Haida di Amerika, suku-suku di Eskimo, Hawaii, dan Kepulauan Marquesas. Khusus di Mentawai, Ady menemukan 160 motif tato tradisional Mentawai. Hal itu dia tuangkan dalam tesis program pascasarjana di ITB Bandung, tahun 1994.
Salah satu fungsi dari tato di Mentawai adalah menunjukkan identitas diri dan perbedaan status sosial seseorang. Seorang dukun sikerei akan berbeda rajahnya dengan tato ahli berburu. Ahli berburu dikenal melalui gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa, kera, burung, atau buaya.

Selain berfungsi sebagai identitas diri, tato merupakan simbol keseimbangan alam. Benda-benda seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di atas tubuh.
Mengapa orang Mentawai menggambarkan simbol-simbol dari alam? Hal itu tidak terlepas dari pengalaman empiris yang mereka rasakan sebagai bagian dari kesadaran religiusitas mereka. Mereka bisa saja bersua dengan hal-hal yang berbau magis dari batu, tumbuhan, dan hewan yang mereka jumpai.
Lantas, kapan orang Suku Mentawai boleh ditato? Dikutip dari maribelajarantropologi.wordpress.com, ketika anak lelaki memasuki akil balig, usia 11-12 tahun, orangtua memanggil sikerei dan rimata (kepala suku). Mereka akan berunding menentukan hari dan bulan pelaksanaan penatoan. Setelah itu, dipilihlah sipatiti, seniman tato.
Sipatiti bukanlah jabatan berdasarkan pengangkatan masyarakat, seperti dukun atau kepala suku, melainkan profesi laki-laki. Keahliannya harus dibayar dengan seekor babi.

Sebelum penatoan, dilakukan punen enegat atau upacara inisiasi yang dipimpin sikerei, di puturukat (galeri milik sipatiti). Setiap orang Mentawai, baik laki-laki maupun perempuan bisa memakai belasan tato di sekujur tubuhnya.
Sementara, pewarna yang digunakan berasal dari arang dan air tebu yang dipanaskan dengan tempurung kelapa. Jarum yang digunakan terbuat dari tulang hewan atau kayu karai yang diruncingkan. Dengan mengetok-ngetoknya, terciptalah garis-garis yang merupakan motif utama tato suku Mentawai.
Demikian ulasan Cerita Pagi tentang tato Mentawai. Meski kini mulai punah, upaya melestarikan tato Mentawai tetap dilakukan. Bahkan, di ajang West Sumatera Expo 2014 di Bali yang digelar hingga hari ini, para penato tradisional Mentawai beraksi. Mereka siap menato siapa pun yang ingin tubuhnya ditato, tentu tato khas Mentawai. Anda tertarik?
Cerita Pagi kali ini akan membahas tentang tato Mentawai. Di Mentawai, tato dikenal dengan istilah titi. Dikutip dari Wikipedia, tato ini merupakan tato yang sangat unik dan luar biasa karena memenuhi seluruh tubuh, mulai dari kepala sampai kaki.
Bagi orang Mentawai, tato merupakan busana abadi yang dapat dibawa mati. Atau, dengan kata lain, tato tradisi orang Mentawai hanya menjadi sebuah karya seni selama manusia yang memakainya hidup. Bahkan, ada yang menyebut konon orang Mentawai menato tubuh mereka agar kelak setelah meninggal dapat saling mengenali leluhur mereka.

Suku Mentawai dikenal sebagai bangsa Proto Melayu, yang datang dari daratan Asia (Indocina), pada zaman Logam (1500 SM-500 SM). Dari situ, bisa disimpulkan bahwa tato Mentawai yang tertua di dunia, bukan tato Mesir yang baru dikenal pada 1300 SM.
Catatan pertama mengenai seni merajah ini ditemukan dalam tulisan James Cook tahun 1769. Cook pada masa itu baru menemukan tato tertua ditemukan pada mumi Mesir dari abad ke-20 SM. Sebab, Cook pada masa itu belum sampai ke pantai barat Sumatera, sehingga tulisannya ini pun diamini oleh banyak peneliti.
Dalam beberapa penelitian yang pernah dirilis, salah satunya penelitian Ady Rosa yang juga dikenal sebagai 'Jenderal Tato Indonesia', disebutkan bahwa tato juga terdapat di Siberia (300 SM), Inggris (54 SM), Indian Haida di Amerika, suku-suku di Eskimo, Hawaii, dan Kepulauan Marquesas. Khusus di Mentawai, Ady menemukan 160 motif tato tradisional Mentawai. Hal itu dia tuangkan dalam tesis program pascasarjana di ITB Bandung, tahun 1994.
Salah satu fungsi dari tato di Mentawai adalah menunjukkan identitas diri dan perbedaan status sosial seseorang. Seorang dukun sikerei akan berbeda rajahnya dengan tato ahli berburu. Ahli berburu dikenal melalui gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa, kera, burung, atau buaya.

Selain berfungsi sebagai identitas diri, tato merupakan simbol keseimbangan alam. Benda-benda seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di atas tubuh.
Mengapa orang Mentawai menggambarkan simbol-simbol dari alam? Hal itu tidak terlepas dari pengalaman empiris yang mereka rasakan sebagai bagian dari kesadaran religiusitas mereka. Mereka bisa saja bersua dengan hal-hal yang berbau magis dari batu, tumbuhan, dan hewan yang mereka jumpai.
Lantas, kapan orang Suku Mentawai boleh ditato? Dikutip dari maribelajarantropologi.wordpress.com, ketika anak lelaki memasuki akil balig, usia 11-12 tahun, orangtua memanggil sikerei dan rimata (kepala suku). Mereka akan berunding menentukan hari dan bulan pelaksanaan penatoan. Setelah itu, dipilihlah sipatiti, seniman tato.
Sipatiti bukanlah jabatan berdasarkan pengangkatan masyarakat, seperti dukun atau kepala suku, melainkan profesi laki-laki. Keahliannya harus dibayar dengan seekor babi.

Sebelum penatoan, dilakukan punen enegat atau upacara inisiasi yang dipimpin sikerei, di puturukat (galeri milik sipatiti). Setiap orang Mentawai, baik laki-laki maupun perempuan bisa memakai belasan tato di sekujur tubuhnya.
Sementara, pewarna yang digunakan berasal dari arang dan air tebu yang dipanaskan dengan tempurung kelapa. Jarum yang digunakan terbuat dari tulang hewan atau kayu karai yang diruncingkan. Dengan mengetok-ngetoknya, terciptalah garis-garis yang merupakan motif utama tato suku Mentawai.
Demikian ulasan Cerita Pagi tentang tato Mentawai. Meski kini mulai punah, upaya melestarikan tato Mentawai tetap dilakukan. Bahkan, di ajang West Sumatera Expo 2014 di Bali yang digelar hingga hari ini, para penato tradisional Mentawai beraksi. Mereka siap menato siapa pun yang ingin tubuhnya ditato, tentu tato khas Mentawai. Anda tertarik?
Mengenal Tato Suku Dayak
Spoiler for :
Tato bagi sebagian suku dayak tato merupakan hal yang tidak terpisahkan dari tubuh mereka, tato bagi suku dayak adalah sesuatu yang sakral berhubungan erat dengan beberapa kejadian dan tujuan yang sudah menjadi budaya suku di Kalimantan Indonesia. Akan tetapi perlu kita ingat bahwa tidak semua suku dayak menggunakan tato, dan tidak semua suku dayak memiliki tato yang sama, beberapa tato memiliki motif yang sama hanya saja terkadang terdapat beberapa modifikasi.
Tujuan Pembuatan Tato Bagi Suku Dayak
Tato pada suku dayak di sebut “tutang”, setiap motif tato memiliki arti berbeda-beda, pembuatan dan peletakan tato juga tidak boleh dilakukan sembarangan.
Menurut kepercayaan tato berwarna hitam yang terdapat pada suku dayak akan berubah menjadi warna emas dan menjadi penerang jalan menuju keabadian setelah mereka mati dan telah melalui upacara Tiwah.
Selain itu tato juga memiliki beberapa fungsi diantaranya:
1 Penanda bahwa pemilik tato adalah keturunan asli suku dayak.
2 Menjaga pemilik tato dari pengaruh roh-roh jahat.
3 Sebagai penanda bahwa pemiliknya telah lulus Kinyah (seni bela diri menggunakan Mandau).
4 Sebagai penghargaan atas jasa karena sering menolong atau mengobati.
5 Sebagai perhargaan atas keberanian di medan pertempuran (pemenggal kepala).
6 Sebagai tanda bahwa pemilik tato telah merantau ke berbagai suku.
7 Bagi wanita sebagai tanda bahwa wanita tersebut sudah siap menikah.
8 Sebagai penanda perbedaan status sosial.
dan fungsi-fungsi yang lain.


Tujuan Pembuatan Tato Bagi Suku Dayak
Tato pada suku dayak di sebut “tutang”, setiap motif tato memiliki arti berbeda-beda, pembuatan dan peletakan tato juga tidak boleh dilakukan sembarangan.
Menurut kepercayaan tato berwarna hitam yang terdapat pada suku dayak akan berubah menjadi warna emas dan menjadi penerang jalan menuju keabadian setelah mereka mati dan telah melalui upacara Tiwah.
Selain itu tato juga memiliki beberapa fungsi diantaranya:
1 Penanda bahwa pemilik tato adalah keturunan asli suku dayak.
2 Menjaga pemilik tato dari pengaruh roh-roh jahat.
3 Sebagai penanda bahwa pemiliknya telah lulus Kinyah (seni bela diri menggunakan Mandau).
4 Sebagai penghargaan atas jasa karena sering menolong atau mengobati.
5 Sebagai perhargaan atas keberanian di medan pertempuran (pemenggal kepala).
6 Sebagai tanda bahwa pemilik tato telah merantau ke berbagai suku.
7 Bagi wanita sebagai tanda bahwa wanita tersebut sudah siap menikah.
8 Sebagai penanda perbedaan status sosial.
dan fungsi-fungsi yang lain.


Tradisi tato Suku Moi Papua Barat
Spoiler for :
SUKU MOI , suku moi berasal dari 2 kata yaitu mosana dan mekwei gabungan kata ini memiliki arti “orang yang ramah atau lemah lembut” suku ini mulai muncul sejak beberapa abad silam di kota sorong provinsi papua barat tepatnya di bagian kepala burung papua ( coba tengok ke peta dulu gan). Kalau berbicara mengenai asal-usul suku moi, kamu akan menemukan banyak keunikan di dalamnya mulai dari tradisi tattoo-nya yang terkenal itu loh , yang merupakan symbol dari perhiasan mereka, tapi disini saya gak akan ulas semuanya secara tuntas dan tajam setajam silet tapi saya akan mengangkat mengenai bahasa komunikasi yang biasa mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari ,, guys tahu gak suku moi itu terbagi-bagi loh dan tiap bagian memiliki bahasa yang berbeda-beda , ada 3 bagian dalam suku moi , ada yang namanya moi maya dengan menggunakan bahasa maya( bukan suku maya yang kita kenal mengenai ramalan nya tentang kiamat 2012-nya loh, yang sempat membuat dunia sesak nafas sesaat, hehehe) letaknya itu di daerah daratan kota sorong , lain lagi dengan yang di wilayah pinggiran pantai, itu disebut moi sigin dengan bahasa yang agak sedikit halus ,, dan bagian terakhir yaitu suku moi yang tinggalnya di daerah kepulauan dengan menggunakan bahasa ligin-gilim.

Saat mengerjakan tugas yang di berikan dosen mengenai budaya Indonesia saya ingin menyempatkan diri untuk meng-interview langsung salah satu keluarga yang asli –nya dari suku moi,di temani oleh hermanus( salah satu temen yang aslinya juga dari moi), meski agak dikit nervous saat berada di daerahnya, tapi karna rasa penasaran saya tentang suku yang satu ini saya pun berlagak memberanikan diri dengan menampakan sedikit senyum simpul , setelah memasuki daerah mereka, eh ternyata dugaanku salah , mereka orangnya boaik n ramah sesuai dengan namanya (mosana n mekwei), seperti kita juga cara mereka bersosialisasi denagn lingkungan sekitar,, hmm tapi ada sih emang beberapa dari mereka yang karakter dan perilakunya gak mencerminkan nama dari mosana n mekwei itu.
.JPG)
Nah kembali ke bahasa mereka lagi, guys, tadi dah sy katakan bahwa suku moi itu terbagi tiga dan setiap bagian memiliki wilayah yang berbeda-beda , dan ternyata dalam setiap wilayah mereka di bagi lagi menjadi beberapa bahasa , daaan setiap bahasa di bagi lagi menjadi beberapa bahasa lain , ada bahasa lembut dan ada bahasa yang kasar bahkan kata yang biasanya kita anggap jelek, di sini dikatakan sebagai ungkapan kasih sayang dan keakraban , contohnya saat temen satu menyapa temen yang lain, sebagai kata sapa mereka mengatakan “ anjiiiiiiiiiing eeee” ( dengan sedikit intonasi nada yang agak panjang n tinggi), jika kalian baru pertama kali dengar pasti mulai marah-marah dengan mimic wajah yang gemesin, lain halnya dengan mereka, mereka akan tersenyum dan meraih tangan anda untuk di salamin dengan berbagai mode gaya salaman..( itulah salah satu keunikan mereka dalam berkomunikasi). Tapi jangan salah, adapun dari mereka yang tidak begitu menyukainya,, hmmm Karna dari dulu saya lahir dan besar di sorong maka saya dah gak begitu kaget lagi dengan bahasa mereka , tapi kalau kalian yang dari kota lain yang ingin silaturahmi atau sekedar jalan-jalan di kota sorong kalian harus belajar juga untuk memahami bahasa mereka, oia jangan sangka kalau di papua itu serba kuno, disini gak kalah hebatnya dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia, kami juga mengenal yang namanya technology, sains, dan info film ter-update hehe.


Saat mengerjakan tugas yang di berikan dosen mengenai budaya Indonesia saya ingin menyempatkan diri untuk meng-interview langsung salah satu keluarga yang asli –nya dari suku moi,di temani oleh hermanus( salah satu temen yang aslinya juga dari moi), meski agak dikit nervous saat berada di daerahnya, tapi karna rasa penasaran saya tentang suku yang satu ini saya pun berlagak memberanikan diri dengan menampakan sedikit senyum simpul , setelah memasuki daerah mereka, eh ternyata dugaanku salah , mereka orangnya boaik n ramah sesuai dengan namanya (mosana n mekwei), seperti kita juga cara mereka bersosialisasi denagn lingkungan sekitar,, hmm tapi ada sih emang beberapa dari mereka yang karakter dan perilakunya gak mencerminkan nama dari mosana n mekwei itu.
Nah kembali ke bahasa mereka lagi, guys, tadi dah sy katakan bahwa suku moi itu terbagi tiga dan setiap bagian memiliki wilayah yang berbeda-beda , dan ternyata dalam setiap wilayah mereka di bagi lagi menjadi beberapa bahasa , daaan setiap bahasa di bagi lagi menjadi beberapa bahasa lain , ada bahasa lembut dan ada bahasa yang kasar bahkan kata yang biasanya kita anggap jelek, di sini dikatakan sebagai ungkapan kasih sayang dan keakraban , contohnya saat temen satu menyapa temen yang lain, sebagai kata sapa mereka mengatakan “ anjiiiiiiiiiing eeee” ( dengan sedikit intonasi nada yang agak panjang n tinggi), jika kalian baru pertama kali dengar pasti mulai marah-marah dengan mimic wajah yang gemesin, lain halnya dengan mereka, mereka akan tersenyum dan meraih tangan anda untuk di salamin dengan berbagai mode gaya salaman..( itulah salah satu keunikan mereka dalam berkomunikasi). Tapi jangan salah, adapun dari mereka yang tidak begitu menyukainya,, hmmm Karna dari dulu saya lahir dan besar di sorong maka saya dah gak begitu kaget lagi dengan bahasa mereka , tapi kalau kalian yang dari kota lain yang ingin silaturahmi atau sekedar jalan-jalan di kota sorong kalian harus belajar juga untuk memahami bahasa mereka, oia jangan sangka kalau di papua itu serba kuno, disini gak kalah hebatnya dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia, kami juga mengenal yang namanya technology, sains, dan info film ter-update hehe.
Semoga tidak repost, klo repost tolong ingetin ntr ane kasih cendol.
Semoga bisa menghibur dan menambah pengetahuan.
Sumur
Sumur 2
Trims
RLFK RBRN!

Kaskus LINE Maker!

Kaskus LINE Maker!
Diubah oleh anton85 02-03-2016 14:39
0
14.4K
Kutip
38
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan