- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
JANGAN BILANG KATA INI KE PROGRAMMER (& PROFESI LAIN)


TS
templates
JANGAN BILANG KATA INI KE PROGRAMMER (& PROFESI LAIN)
Halo agan-agan semua ! Cuma mau sedikit sharing aja gan 

Quote:
Kata yang sederhana tapi kadang sangat dibenci oleh programmer atau mungkin profesi lain, yaitu “TINGGAL“. Kenapa kata “tinggal” sangat dibenci. Mari lihat beberapa contoh penggalan kata yang biasanya terucap dari client berikut ini, terutama kalau clientnya memang bukan dari kalangan IT.
“Itu tinggal tambahin satu kolom ya”
“Tinggal pindahin yang atas ke bawah kok”
“Tinggal di edit sedikit bagian yang itunya ya”
“Tinggal tambahin aja satu fitur buat bla..bla..bla”
Karena pada kenyataannya satu kalimat diatas bisa-bisa butuh waktu satu minggu, atau bahkan satu bulan untuk mengerjakannya, sedangkan client ga mau tau. Itulah mengapa kata “tinggal” sangat dibenci bagi programmer
Membuat sebuah aplikasi layaknya membuat sebuah rumah. Ketika rumah sudah dirancang di awal, maka sang mandor beserta para pekerjanya akan membuat rumah tersebut sesuai dengan yang ditetapkan diawal tadi. Mulai dari pondasi yang akan dibuat ukurannya berapa dan bahannya apa, tata letak dindingnya, jumlah kamar dan rancangan-rancangan lainnya. Dan tentu rancangan tersebut disesuaikan dengan waktu pengerjaan dan budget tentunya.
Permasalahan akan dimulai ketika ditengah pembangunan yang sudah dirancang tadi ternyata sang empunya rumah ingin mengubah rancangan rumahnya menjadi dua lantai. Dan bilang ke mandor “Tinggal tambahin satu lantai ya“. Kalau dengan waktu pengerjaan yang ditambah pasti mandor pun ga masalah. Yang sering terjadi adalah pekerjaan ditambah/dirubah sedangkan waktu pengerjaan harus selesai sesuai rencana awal. Padahal perlu waktu dan extra effort yang lumayan untuk mengubah maupun menambah “fitur dua lantai” tersebut. Pondasi yang sudah dirancang untuk satu lantai harus dibongkar lagi, kalau pondasi dibongkar pasti dong bangunan yang sudah dibuat setengah jadi pun harus dibongkar lagi dan dibangun kembali.
Sama halnya dengan pembuatan aplikasi, ketika aplikasi sudah dibuat sesuai rancangan awal dan ternyata ditengah jalan harus ada yang diubah maka harus membongkar (bahkan menghapus) lagi ratusan atau mungkin ribuan baris codingan yang sudah dibuat (yang ketika satu huruf saja salah, maka aplikasi bisa ga jalan hhehe) itulah alasan utama kenapa kata “tinggal” menjadi monster bagi programmer
Kalau begitu kenapa ga buat dari awal saja pondasi yang kuat untuk seratus lantai misalnya?
Untuk membuat pondasi yang bisa digunakan untuk seratus lantai pasti akan menyita waktu untuk merancangnya, belum lagi effort yang dikeluarkan harus lebih extra dibanding merancang pondasi yang cukup untuk satu atau dua lantai. Bisa-bisa waktu habis untuk merancang pondasi sedangkan bangunannya tidak jadi-jadi dan belum tentu bangunannya akan ditingkatkan hingga seratus lantai oleh sang empunya rumah.
Itu mungkin sebuah analogi yang dirasakan beberapa programmer yang pernah saya temui dan tentu pernah saya alami. Yah memang masih bisa dimaklum kalau memang clientnya dari kalangan non-IT, tinggal bagaimana sang programmer memberitahu bahwa satu kalimat di aplikasi terkadang memerlukan waktu satu bulan untuk mengerjakannya. Dan cara saya memberi tahu kepada khalayak umum salah satunya dengan menuliskannya disini
“Itu tinggal tambahin satu kolom ya”
“Tinggal pindahin yang atas ke bawah kok”
“Tinggal di edit sedikit bagian yang itunya ya”
“Tinggal tambahin aja satu fitur buat bla..bla..bla”
Karena pada kenyataannya satu kalimat diatas bisa-bisa butuh waktu satu minggu, atau bahkan satu bulan untuk mengerjakannya, sedangkan client ga mau tau. Itulah mengapa kata “tinggal” sangat dibenci bagi programmer

Membuat sebuah aplikasi layaknya membuat sebuah rumah. Ketika rumah sudah dirancang di awal, maka sang mandor beserta para pekerjanya akan membuat rumah tersebut sesuai dengan yang ditetapkan diawal tadi. Mulai dari pondasi yang akan dibuat ukurannya berapa dan bahannya apa, tata letak dindingnya, jumlah kamar dan rancangan-rancangan lainnya. Dan tentu rancangan tersebut disesuaikan dengan waktu pengerjaan dan budget tentunya.
Permasalahan akan dimulai ketika ditengah pembangunan yang sudah dirancang tadi ternyata sang empunya rumah ingin mengubah rancangan rumahnya menjadi dua lantai. Dan bilang ke mandor “Tinggal tambahin satu lantai ya“. Kalau dengan waktu pengerjaan yang ditambah pasti mandor pun ga masalah. Yang sering terjadi adalah pekerjaan ditambah/dirubah sedangkan waktu pengerjaan harus selesai sesuai rencana awal. Padahal perlu waktu dan extra effort yang lumayan untuk mengubah maupun menambah “fitur dua lantai” tersebut. Pondasi yang sudah dirancang untuk satu lantai harus dibongkar lagi, kalau pondasi dibongkar pasti dong bangunan yang sudah dibuat setengah jadi pun harus dibongkar lagi dan dibangun kembali.
Sama halnya dengan pembuatan aplikasi, ketika aplikasi sudah dibuat sesuai rancangan awal dan ternyata ditengah jalan harus ada yang diubah maka harus membongkar (bahkan menghapus) lagi ratusan atau mungkin ribuan baris codingan yang sudah dibuat (yang ketika satu huruf saja salah, maka aplikasi bisa ga jalan hhehe) itulah alasan utama kenapa kata “tinggal” menjadi monster bagi programmer

Kalau begitu kenapa ga buat dari awal saja pondasi yang kuat untuk seratus lantai misalnya?
Untuk membuat pondasi yang bisa digunakan untuk seratus lantai pasti akan menyita waktu untuk merancangnya, belum lagi effort yang dikeluarkan harus lebih extra dibanding merancang pondasi yang cukup untuk satu atau dua lantai. Bisa-bisa waktu habis untuk merancang pondasi sedangkan bangunannya tidak jadi-jadi dan belum tentu bangunannya akan ditingkatkan hingga seratus lantai oleh sang empunya rumah.
Itu mungkin sebuah analogi yang dirasakan beberapa programmer yang pernah saya temui dan tentu pernah saya alami. Yah memang masih bisa dimaklum kalau memang clientnya dari kalangan non-IT, tinggal bagaimana sang programmer memberitahu bahwa satu kalimat di aplikasi terkadang memerlukan waktu satu bulan untuk mengerjakannya. Dan cara saya memberi tahu kepada khalayak umum salah satunya dengan menuliskannya disini

Source : http://khairilnst.com/2015/10/26/kat...fesi-lain.html
KATA KASKUSER
Quote:
Original Posted By .iceberg.►tinngal tambahin 1 kolom aja yah
caranya :
1. atur ulang aliran data
2. rubah database
3. rubah tampilan
4. rubah code
5. cek error
belom tinggal tinggal laennya, tinggal tambahin ini lah itu lah, tinggal samaian sama program ini itu (yg mahal dan udah terkenal)
berasa kaya maen lego kayanya tinggal copot pasang aja
caranya :
1. atur ulang aliran data
2. rubah database
3. rubah tampilan
4. rubah code
5. cek error
belom tinggal tinggal laennya, tinggal tambahin ini lah itu lah, tinggal samaian sama program ini itu (yg mahal dan udah terkenal)
berasa kaya maen lego kayanya tinggal copot pasang aja
Quote:
Original Posted By thebhe86►haha sepengalaman ma ane gan
iya tinggal nambahin itu kok gampang haha, tinggal geser2 jadi dah


iya gan jadi, jadi pusyiing

Quote:
Original Posted By geo.det►tinggal panggil programer, dua minggu kelar
jadi inget seseorang gan

Quote:
Original Posted By cozy234►nah gue banget dah ni trit,,temen ane yg gak tau apa2 biasanya komen bukan hanya "tinggal" gan..tapi pernyataan yang seolah olah mereka lebih tau (sok tau) padahal gak tau..contoh ye gan..kasus abis perbaiki komputer
ane : ini udah di benerin kompinya
temen ane : owh itunya cuman itu gan yg rusak..ane sudah menduga
ntu temen gue seolah olah berasa hebat gan padahal gak tau apa2 (nol besarr)
ane : ini udah di benerin kompinya
temen ane : owh itunya cuman itu gan yg rusak..ane sudah menduga
ntu temen gue seolah olah berasa hebat gan padahal gak tau apa2 (nol besarr)

Quote:
Original Posted By prime.►duuuh bener banget ini, apalagi ditambahin embel2 "gampang"
"kan gampang tuh tinggal nambahin dikit doang".
kl maddog tu saudara ane udah ane aduin dah tu rasanya biar tu client dicegat pas pulang
"kan gampang tuh tinggal nambahin dikit doang".
kl maddog tu saudara ane udah ane aduin dah tu rasanya biar tu client dicegat pas pulang


Quote:
Original Posted By jonblue►kalo dibilang gitu kasihin aja sma orangya gan biar dikerjain sendiri biar tau susahnya....
makanya apapun profesi enak kerja sama ama yg udah paham kondisinya mereka gak akan asalan menjudge gampang karena tau tingkat kesulitany tiap pekerjaaan...
oot :
coba bayangkan jika yg menggampangkan smua kerjaan orang paling berkuasa untuk memerintah mampus dah bwahanya smua
makanya apapun profesi enak kerja sama ama yg udah paham kondisinya mereka gak akan asalan menjudge gampang karena tau tingkat kesulitany tiap pekerjaaan...
oot :
coba bayangkan jika yg menggampangkan smua kerjaan orang paling berkuasa untuk memerintah mampus dah bwahanya smua
Maka dari itu kita harus saling menghargai ya gan

Quote:
Original Posted By Archanon►jadi ingin nanggepin
bener gan, "tinggal nambah 1 kolom lagi" itu artinya harus ngedit sql code, nambahin properties entity, edit controller untuk binding ke kolom baru dan juga di layar/view menambahkan kolom itu sendiri.
"Tinggal tambahin 1 fitur aja" bisa berarti membongkar design awal, kalau gitu artinya sama aja coding ulang.
bener gan, "tinggal nambah 1 kolom lagi" itu artinya harus ngedit sql code, nambahin properties entity, edit controller untuk binding ke kolom baru dan juga di layar/view menambahkan kolom itu sendiri.
"Tinggal tambahin 1 fitur aja" bisa berarti membongkar design awal, kalau gitu artinya sama aja coding ulang.


Quote:
Original Posted By anayonae►Yg agan ts bilang bener bnaget. Tp lebih parah lg kalo BA nya org non-IT juga. Pernah gw ada project di document case nya gak dicantumin dan emg user gak minta eh si BA minta ada kompresi segala wtf... Apes bgt kalo gt karena org yg berdiri dg kita bukanlah org yg seiman ttg proyek ini debat ngabisin tenaga sama aja kayak kerja langsung sama usernya.
Quote:
Original Posted By Baseframe►Menurut pengalaman ane nih.
Kalau masih bisa di modif sedikit tanpa mengorbankan waktu, biaya dan design awal maka sebaiknya dilakukan saja, justru ini akan menaikan prestise kita didepan mereka.
Tapi kalau sudah mempengaruhi waktu, biaya dan yang paling penting faktor keselamatan dan keamanan, biasanya ane akan memberikan feedback berupa estimasi resiko seperti waktu, biaya dan terlebih faktor keselamatan yang harus ditanggung bila mereka meminta "tinggal tambah ini atau tinggal modif itu" yang menurutnya gampang. Ini karena sering bila terjadi "apa-apa" kedepannya orang-orang bodoh itu akan mengelak dengan alasan tidak tahu dan cenderung menyalahkan kita karena kita yang lebih tahu pekerjaan, dan juga alasan mengapa tidak memberitahu mereka di awal dan kita kok mau saja menuruti permintaan mereka. Biasanya kalau sudah begini kita yang biasanya dikorbankan.
Namun kalau mereka masih ngotot dan bersikeras, tinggal minta hitam di atas putih, suruh dia buat permintaan resmi entah diatas kertas (kalau perlu pakai materai), atau via email yang menjadi pegangan kita dan ini diketahui atasan kita atau point permintaan ini, minta ditambahkan ke kontrak pekerjaan. jadi status hukumnya jelas.
namun semua ini hanya bisa dilakukan kalau kita memang benar-benar paham pekerjaan kita dan semua resikonya.
Nah bagaimana kalau yang meminta itu orang awam yang enggak bakal ngerti penjelasan teknis, karena bagaimanapun kita juga perlu waktu dan tenaga juga untuk membuat estimasi resiko dan biaya dari "tinggal tambah / modif ini itu".
Ya tinggal takut-takuti saja, tokh mereka kan orang awam yang tidak tahu apa-apa dengan pekerjaan yang kita lakukan, biasanya mereka akan menurut saja, kalau orang indonesia biasanya paling takut kalau ada ancaman tambahan biaya, jadi takut-takuti saja dengan ancaman akan menambah biaya ini itu yang sebenarnya tidak ada, dan kalau mereka ngotot maka kasih alasan pekerjaan utama akan kami tunda dan kami akan mengerjakan penyusun estimasi resiko dan biaya tambahan dari permintaan modifikasi itu, namun biasanya mereka yang awam akan mundur dan nurut saja.
ini mengingatkan saya pada rame2 kasus pembengkakan tagihan RS peserta BPJS, dimana dia curhat online kalau biayanya membengkak dan cenderung menyalahkan pihak RS dan akhirnya sampai rame dan pihak RS terpaksa melakukan klarifikasi .... inikan awalnya dari sekedar permintaan "(Tinggal) naik kelas ruangan dari kelas 3 ke VIP".
nah kasus ini menunjukan kalau setiap pekerja terutaman frontliner dituntut profesionalisme dan pemahaman mendalam mengenai pekerjaannya dan sedikit banyak memiliki ilmu negosiasi, karena kalau tidak ya seperti kasus RS itu dimana keluarga pasien mengeluarkan kata-kata sakti seperti "tidak diberitahu di awal", "pihak RS sendiri tidak paham bagaimana proses BPJS dan dia menjadi korban sistem".
page one ya gan.
Kalau masih bisa di modif sedikit tanpa mengorbankan waktu, biaya dan design awal maka sebaiknya dilakukan saja, justru ini akan menaikan prestise kita didepan mereka.
Tapi kalau sudah mempengaruhi waktu, biaya dan yang paling penting faktor keselamatan dan keamanan, biasanya ane akan memberikan feedback berupa estimasi resiko seperti waktu, biaya dan terlebih faktor keselamatan yang harus ditanggung bila mereka meminta "tinggal tambah ini atau tinggal modif itu" yang menurutnya gampang. Ini karena sering bila terjadi "apa-apa" kedepannya orang-orang bodoh itu akan mengelak dengan alasan tidak tahu dan cenderung menyalahkan kita karena kita yang lebih tahu pekerjaan, dan juga alasan mengapa tidak memberitahu mereka di awal dan kita kok mau saja menuruti permintaan mereka. Biasanya kalau sudah begini kita yang biasanya dikorbankan.
Namun kalau mereka masih ngotot dan bersikeras, tinggal minta hitam di atas putih, suruh dia buat permintaan resmi entah diatas kertas (kalau perlu pakai materai), atau via email yang menjadi pegangan kita dan ini diketahui atasan kita atau point permintaan ini, minta ditambahkan ke kontrak pekerjaan. jadi status hukumnya jelas.
namun semua ini hanya bisa dilakukan kalau kita memang benar-benar paham pekerjaan kita dan semua resikonya.
Nah bagaimana kalau yang meminta itu orang awam yang enggak bakal ngerti penjelasan teknis, karena bagaimanapun kita juga perlu waktu dan tenaga juga untuk membuat estimasi resiko dan biaya dari "tinggal tambah / modif ini itu".
Ya tinggal takut-takuti saja, tokh mereka kan orang awam yang tidak tahu apa-apa dengan pekerjaan yang kita lakukan, biasanya mereka akan menurut saja, kalau orang indonesia biasanya paling takut kalau ada ancaman tambahan biaya, jadi takut-takuti saja dengan ancaman akan menambah biaya ini itu yang sebenarnya tidak ada, dan kalau mereka ngotot maka kasih alasan pekerjaan utama akan kami tunda dan kami akan mengerjakan penyusun estimasi resiko dan biaya tambahan dari permintaan modifikasi itu, namun biasanya mereka yang awam akan mundur dan nurut saja.
ini mengingatkan saya pada rame2 kasus pembengkakan tagihan RS peserta BPJS, dimana dia curhat online kalau biayanya membengkak dan cenderung menyalahkan pihak RS dan akhirnya sampai rame dan pihak RS terpaksa melakukan klarifikasi .... inikan awalnya dari sekedar permintaan "(Tinggal) naik kelas ruangan dari kelas 3 ke VIP".
nah kasus ini menunjukan kalau setiap pekerja terutaman frontliner dituntut profesionalisme dan pemahaman mendalam mengenai pekerjaannya dan sedikit banyak memiliki ilmu negosiasi, karena kalau tidak ya seperti kasus RS itu dimana keluarga pasien mengeluarkan kata-kata sakti seperti "tidak diberitahu di awal", "pihak RS sendiri tidak paham bagaimana proses BPJS dan dia menjadi korban sistem".
page one ya gan.
Thanks sharingnya gan

Diubah oleh templates 28-10-2015 23:42
0
17.3K
Kutip
113
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan