Quote:
Original Posted By prof.lelebamb►Idenya sangat ga original, ada independence day, ada trasformer, ada captain america...ga ada khasnya sama sekali.
Maaf, kalo ga ada yang kritik nanti ga abakalan improve.
Good job, setidaknya kalian sudah mulai! Idenya aja dibuat yang lebih original! GA usah berdasarkan JIPLAK melulu
Quote:
Original Posted By erta.ale►Jakarta -
"Di dunia ini tak ada seorang pun yang mengetahui saat dirinya menjadi superhero," kata sang jagoan bertopeng kita, Garuda, persis di awal film. Belum sempat memahami maksud dari ucapannya tersebut --yang mungkin terdengar filosofis-- saya keburu disuguhi adegan baku hantam, penghancuran kota, orang-orang berlarian ketakutan, tembak-tembakan penuh ledakan, juga serangan alien seperti di adegan akhir film 'The Avengers'. Di film ini, Garuda yang berkostum mirip Batman dengan cap bendera merah putih di baju zirahnya langsung menghajar habis-habisan para alien. Ketika ia berhasil mengalahkan bos dari musuh-musuhnya tersebut, semua alien yang tersisa lalu menyerah bertekuk lutut di hadapannya. Adegan pembuka yang keren untuk memulai sebuah film superhero, bukan?
Nyatanya, adegan-adegan tadi itu tak sekeren yang saya ceritakan. Saya lupa memberitahu bahwa sederet adegan aksi tersebut dibuat dengan menggunakan teknik CGI (Computer-generated imagery) yang amat payah. Membandingkannya dengan film-film superhero keluaran Marvel Studio jelas terasa tak adil, walau pun sang sutradara pernah sesumbar terang-terangan kepada media bahwa film besutannya ini sekelas produksi Hollywood. Tapi, mari kita anggap itu sebagai gertak sambal saja. Jangankan dengan film Amerika, membandingkannya dengan 'Cicak-man' (Yusry Abd Halim, 2006), film bertema serupa dari Malaysia yang konon serumpun dengan bangsa kita itu, 'Garuda Superhero' masih jauh di bawah kelasnya.
Setelah adegan pembuka yang bombastis, cerita berlanjut bahwa bumi kini terancam musnah dihantam meteor berbahaya. Otoritas keamanan negara kita memiliki senjata untuk menghancurkan meteor tersebut, namun ada komplotan penjahat super yang dipimpin Durja King (Slamet Raharjo, 'Pendekar Tongkat Emas') juga menginginkan senjata pemusnah meteor itu untuk digunakan demi kepentingannya sendiri. Di tengah chaos yang sedang terjadi, jagoan kita, Bara (Garuda saat ia tak bertopeng), malah lagi asyik bermeditasi menenangkan pikiran di pegunungan Tibet. Seorang kawannya lalu menjemputnya pulang, ia pun kemudian langsung berhadapan dengan komplotan Durja King, namun kalah. Rupanya, Bara belumlah menjadi Garuda sang superhero seperti yang kita saksikan di awal film sebelumnya. Ternyata, ceritanya mundur, dan kita sebagai penonton tak diberi petunjuk apa-apa soal ini --sebaris teks "1 tahun sebelumnya" atau "3 bulan sebelumnya" luput tak tertulis di atas layar.
Hampir 95% pengambilan gambar film ini dilakukan di dalam studio dengan latar bluescreen, untuk kemudian latar tersebut disulap oleh para ahli animasi hingga menghasilkan gambar latar yang lain yang semestinya dapat membuat kita terkagum-kagum. Namun, pemilihan bluescreen di zaman sekarang saja sudah tak lazim, sebab di negara yang peradabannya lebih maju dari kita, penggunaan bluescreen sudah lama tergantikan oleh greenscreen yang dianggap lebih menunjang seiring perkembangan teknologi kamera digital yang lebih bisa menangkap obyek berlatar hijau jauh lebih terang, dan meminimalkan color spill yang dapat tampak di hasil akhir. Semakin canggih teknik CGI yang digunakan, semakin tak terlihat color spill-nya bahkan bisa tak nampak sama sekali. Color Spill adalah refleksi warna dari latar belakang yang terletak pada sisi dari latar depan --inilah yang membuat karakter-karakter di film ini tampak tidak menyatu dengan latar di belakangnya.
Di film ini semua adegan dipenuhi color spill, dan itu sebenarnya masih bisa termaafkan bila saja para kru "ahli photoshop" film ini masih mau berusaha sedikit saja lebih niat menggarap kerjaan mereka. Banyak sekali latar tempelan berupa foto yang dijejalkan begitu saja, gambar bangunan, landscape, dan parahnya gambar-gambar itu tak beresolusi cukup tinggi hingga kita bisa melihat pixel-nya pecah dengan jelas.
Perkara teknik CGI amatiran yang dipakai film ini bisa saja saya abaikan; toh dengan terbatasnya budget dan kru yang kurang pengalaman di bidang ini sungguh bisa saya maklumi. Namun, apa lacur, skenario film ini, yang tentu saja tak membutuhkan teknologi canggih untuk menulisnya dibuat tanpa usaha sedikit pun. Persiapan 10 tahun untuk memproduksi film ini sungguh sebuah waktu yang teramat panjang, dan itu tak termanfaatkan dengan baik. Saya hampir tak percaya bahwa film ini memiliki skenario sungguhan. Jalan cerita yang lemah, set up yang gagal bahkan untuk sekadar menghadirkan babak pertama yang lumayan menarik saja tak tercapai. Karakter-karakternya karikatural, dan seakan semua itu belumlah terdengar seperti bencana, sampai sutradara --namanya X. Jo-- memperparah keamburadulan film ini dengan teknik penyutradaraan yang tak main-main acak-kadutnya.
Rizal Al Idrus sebagai jagoan kita gagal memberikan penampilan berarti, selain karena karakternya yang ditulis dengan amat tipis, kemampuan aktingnya juga di bawah pas-pasan. Bahkan aktor sekaliber Slamet Rahardjo terlihat menggelikan di film ini; kharismanya redup begitu saja karena tokoh yang ia mainkan teramat komikal tanpa kedalaman karakter sedikit pun. Entah rayuan apa yang dijanjikan pembuat film terhadapnya hingga ia mau ikut terlibat dalam proyek film ini. Agus Kuncoro sebagai anggota kepolisian, ah, Anda harus menyaksikannya sendiri; berompi anti peluru, kacamata hitam yang selalu menempel di wajahnya, juga syal yang selalu melingkar di lehernya. Melihatnya menembakkan senjata dan jumpalitan ke sana ke mari, alih-alih terlihat bak polisi jagoan yang macho dan gahar, ia malah jadi lebih mirip Deddy Dores, musikus kondang Tanah Air era 90-an itu.
Di era gempuran film superhero Hollywood penuh efek khusus yang luar biasa semacam 'The Avengers', 'Guardians of the Galaxy', 'Captain America' dan lain-lain, rasanya anak kecil di bawah umur tujuh tahun pun akan sulit menyukai film ini. Serial 'Bima Satria Garuda' yang tayang di televisi saban Minggu jauh lebih baik dan lebih bisa dinikmati ketimbang film ini. Menyaksikan 'Garuda Superhero' Anda bakal tak kuasa menahan geli. Tapi, geli bukanlah sesuatu yang menyenangkan; tertawa lepas barulah menyenangkan. Geli itu tertawa yang tertahan, rasanya persis seperti bersin yang tak jadi. Bayangkan selama menyaksikan film ini Anda bakal merasakan itu secara berkelanjutan sepanjang 85 menit. Hanya masokis terlatih yang sanggup menyaksikan film ini hingga tuntas.
Shandy Gasella pengamat perfilman Indonesia
Sumur
Quote:
Original Posted By AngelicRayment►Salut, pas liat trailernya di bioskop gua sempet kaget kirain film sci-fi darimane, tau2 nongol garuda.
Walau terus terang masih kasar, tapi salut lah bisa segitu, dan saya nanti nonton di bioskop buat nambah angka box officenya, moga2 aja aktingnya gak kaku dan terkesan patah2 kayak sinetron.
Not bad kok kalau diliat dari trailer, apalagi kalau untuk buatan Indonesia (yang notabene biasanya maen pocong sama maen perawan yang sepertinya sudah bukan perawan karena pas kecil kena sadel sepeda terpedo)
Quote:
Original Posted By Ciell►Perjuangan buat bikinnya patut diapresiasi. Gw denger di kick andy, kyknya lama banget terpendam ini hasrat buat bikinnya. Luar biasa bisa mewujud pada akhirnya.
Skrg kritik.. sekilas berdasar trailer yg udah dirilis.
menurut gw ini film terlalu bergantung pada CGI, itupun masih kurang rapi. CGInya dipakai di semua bagian. Paling keliatan di backgroundnya. Menurut gw harusnya biar lebih oke, mending kombinasi deh kalau kualitas CGInya masih kasar seperti itu. Hasilnya bisa lebih real dan visual lebih enak, krn kalau diliat seringkali background agak kurang pas perspektifnya dengan posisi si karakter.
ini mungkin kendala biaya atau kurang SDM buat bikin set background.
Soal kostum, okelah bikinnya. Walau batman banget, tp secara kualitas tekstur dan detail, oke bangeeeetttt (udah pernah colek2 si abng pemakai kostum

).
Quote:
Original Posted By voidsword►menurut ane power ranger yg dulu ane tonton kayak time force,wild force masih lebih bagus dari ini
ni film kayak film 90an
ditambah familiar bgt transformers pada openingnya apalagi kostumnya 90% mirip batman, katanya garuda kok pake warna hitam kan jadinya mirip batman
pas lihat trailernya kurang berkesan setiap detik cgi semua bahkan pertarungan biasa cgi juga -___-
cgi kayak gitu menurut ane kagak menarik ditahun 2014 beda kalo tahun 90an.
saran ane haluskan dan kurangi cgi nya pake pertarunan yg real kayak film2 kungfu jackie chan,the raid
Quote:
Original Posted By coco_marcoco►ane pribadi kurang sreg dengan tokoh superhero yang bersetting futuristik di Indonesia
no offense, bukan apa2, hanya memang itu bukan selera ane
ane lebih demen kalo liat jagoan2 macam Wiro Sableng atau Si Buta yang bersetting tradisional
Spesial trailer !
Quote:
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Film bergenre superhero dengan konsep teknologi yang modern, kini tidak hanya bisa ditonton pada film luar Negeri. Film yang berjudul 'Garuda Superhero' ini akan segera di rilis pada tanggal 8 Januari 2015.
Menggunakan teknik Computer Generated Imagery (CGI), Film yang disutradarai X-Jo ini, juga tidak mau kalah dengan tokoh-tokoh superhero yang kerap di produksi oleh asing, seperti film X-Men, Iron Man, atau sejenis Robotik lainnya.
"Karakter Garuda Superhero awalnya tidak ingin mengikuti siapapun. Tapi secara tidak sadar, kita tidak punya kesempatan mengeskplore karekter superhero. Karena di Amerika saja misalnya, semua tokoh mereka sudah punya," ujar X-Jo, di sela jumpa pers merilis film 'Garuda Superhero', di Saung Manglayang, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (4/12/2014).
Menurut X-Jo, sebagai film bergenre Superhero, film tersebut juga akan di produksi secara sekuel, dengan kejutan-kejutan yang akan dimunculkan dari setiap sekuelnya.
"Alasan saya menggunakan teknik CGI, karena di Indonesia ngga ada gedung khas. Kita juga sudah riset karekter dari implementasi yang membumi dan peran superhero yang alami," kata X-Jo.
Meski syarat dengan teknologi yang modern, namun karakter Garuda yang merupakan ciri khas dari bangsa Indonesia tidak ketinggalan dalam film tersebut.
"Kami ingin menciptakan generasi di Indonesia, agar menjadikan Garuda sebagai icon baru superhero lokal. Kepala superhero kita berbentuk garuda dengan etnik wayang, dan ada bendera Indonesia juga di kostum pemerannya," tuturnya.
X-Jo mengaku, dengan menggunakan teknik gambar CGI, dapat memberikan kesempatan anak bangsa, bisa memanfaatkan keahliannya, dan menjadi mata pencaharian baru untuk mereka.
"Teknik CGI ini benar-benar dibuat oleh teman-teman dari Jogja. Kita harus memberi peluang ke anak muda untuk berkreativitas lewat film 'Garuda Superhero'. Sebagai anak bangsa, ini merupakan tanggungjawab saya untuk dapat memberikan sesuatu yang berharga kepada Indonesia," kata X-Jo.
http://www.tribunnews.com/seleb/2014...a-di-indonesia
Lha memangnya CGI itu apa?

update:
itu yg komen nyinyir silahkan buat yg lebih hebat,ayo buat sekarang !
Quote:
Original Posted By lupoesss►bangga dengan karya anak bangsa udah jauh lebih baik karya daripada tali pocong perawan ada pilihan film selain horor

Quote:
Original Posted By xxiv24►Sebagai film Superhero pertama yang tayang di Indonesia pake CGI, ini lumayan lah. Sebagai penggerak, it's okay.
Di trailer bagian intro itu efek suaranya khas transformer banget. Efek CGI kasar. Sebenernya bingung, ini full-on animation apa enggak. Kisah si superhero juga gak jelas. Dijelasin di film? Oke fine. Dan ini yang gak bisa bohong: Itu kostum (terutama topeng) BATMAN banget.
Kalo boleh saran harusnya nunggu komik superhero dalam negeri macam H20 atau Nusantaranger tamat dulu aja terus dibikin film. Itu mendingan deh. Orang bisa baca dulu buat tau karakternya, tinggal tambah surprise di CGI dan imajinasi dari sutradara + script writer aja.
Terakhir...
Tolong bedakan antara nyinyir dan kritik. Meskipun ini film lokal PERTAMA DENGAN CGI, tapi bukan berarti bebas kritik. Kalo mau jadi yang pertama harus siap nerima kritik yang gila-gilaan. Toh gue juga mengkritik sesuai fakta setelah nonton trailer dan gue ada rencana buat nonton di bioskop. Gak usah pake alasan "Di Hollywood 1000-2000 orang ngerjain CGI, disini bisa dihitung pake jari". Banyak lho animator Indonesia yang nembus film Box Office contohnya Andre Surya (Transformer: Revenge of The Fallen; Iron Man 2), Christiawan Lie (Transformer 3, GI Joe), Ronny Gani (Pacific Rim, The Avengers), Michael Tagore (Iron Man 3, The Hobbit), dll. Terhalang kontrak kerja mereka? Kan bisa sekedar belajar, konsultasi, sharing. Kehalang budget? Well, gak ada film CGI yang murah. You wanna use CGI, you have to dig deeper into your pocket.
Sekian OOT dari gue

Terus maju perfilman Indonesia

