- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
APA ITU DETEKTIF?


TS
widka
APA ITU DETEKTIF?
Quote:

Halo.. Agan dan aganwati yang budiman. Ane mau share sedikit tulisan ane yang berkaitan dengan detektif nih.
Detektif itu apa sih?
Rata-rata kita mengenal istilah detektif melalui cerita dalam literatur sastra atau film. Bahkan menjadi salah satu genre yang mendapat perhatian khusus bagi para penikmatnya. Penggemarnya juga tidak sedikit, walaupun kalah banyak oleh tema-tema yang nge-pop, tetapi tema detektif selalu memiliki penggemar yang setia, bahkan beberapa ada yang fanatik.
Quote:
Pengertian Detektif Secara Etimologis

Secara etimologis, “detektif” merupakan serapan dari bahasa inggris detective. Kata detective adalah kata majemuk yang berasal dari dua kata: detect dan elective. Kata detect artinya deteksi atau usaha untuk menemukan kenyataan atau kebenaran; sedangkan elective adalah bersifat pilihan atau yang ditunjuk, dalam hal ini adalah orang/ badan/ institusi. Secara etimologis, kata detektif adalah orang/ badan/ institusi yang berusaha menemukan sebab musabab, kenyataan dan kebenaran. Pada akhirnya terminologi (istilah) detektif melekat pada kepolisian atau pembantu polisi yang bertugas untuk mengungkap pelanggaran hukum. Seperti yang kita ketahui secara umum, bahwa kerja detektif berusaha mengungkap kebenaran pelanggaran hukum yang dilakukan seseorang/ sekelompok orang yang sekilas akan sulit diungkap karena permukaan kejahatan telah dimanipulasi oleh ia/ mereka yang ingin menghindar dari jerat hukum.
Kenapa Detektif itu ada?
Perlu diketahui bahwa detektif dalam bentuk apapun – baik dalam dunia sastra maupun nyata – tidak serta merta muncul begitu saja. Ia hadir karena ada landasan, alasan dan dorongan keras yang menyertainya. Sebelum detektif – atau sifat-sifat detektif – itu muncul, ada beberapa hal yang mendasarinya, yakni:
Quote:
Detektif dan Hasrat Mencari Kebenaran

Pada dasarnya semua makhluk hidup dipersenjatai oleh sang Pencipta untuk bertahan hidup, seperti: kura-kura dengan cangkang kerasnya untuk menghindari bahaya yang mematikan, taring dan cakar yang tajam kepada hewan bersuku filadae, tinta hitam yang membutakan kepada gurita dan lain-lain. Bagaimana manusia?
Pada dasarnya manusia dilahirkan premature, dimana sang bayi tidak mampu mengkoordinasikan fisik untuk bertahan hidup selama berbulan-bulan sejak kelahirannya. Untuk itulah dia diberi akal yang digunakan untuk bertahan hidup. Seorang ibu menyusui anaknya adalah salah satu kerja akal, walaupun sebagian menyebutnya sebagai tindakan naluriah. Selanjutnya manusia yang tidak memiliki keistimewaan secara fisik, ia akan bertahan hidup dengan memanfaatkan keadaan di sekitarnya, seperti: membuat senjata dari kayu, batu, dan juga tulang-tulang hewan. Bagaimana manusia memiliki kemampuan untuk membuat aneka peralatan senjata untuk melindungi dirinya dari ancaman kehidupannya? Jawabannya adalah karena manusia dianugrahi akal.
Namun saat ini bahaya yang diterjang oleh manusia bukanlah berasal dari ancaman alam, malainkan berasal dari manusia itu sendiri. Seiring pertumbuhan populasi, kebutuhan manusia semakin kompleks hingga manusia saling membunuh satu sama lain. Agar tidak terjadi malapetaka, maka pihak penguasa membentuk hukum dan agama, guna mengatur kehidupan individu dalam hubungannya di dalam sosial.
Adanya hukum dan agama sampai saat ini tidak mampu membuat manusia bertindak seperti apa yang diidealkan. Tindakan melenyapkan nyawa seseorang menjadi lebih hebat dan canggih lagi, karena ada upaya dari pelaku untuk lolos dari proses hukum. Untuk itulah dibutuhkan detektif yang menelusuri permukaan pembunuhan tersebut.
Dalam dunia detektif, seringkali ia dihadapkan oleh kasus kejahatan yang permukaannya tampak menipu. Untuk mencari kebenaran, detektif membangun hubungan temtang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan.
Lingkungan Yang Tidak Beres
Bolehlah kita mengambil sebuah teori psikologi bahwa behaviorism benar, bahwa detektif – atau sifat-sifat detektif – hadir karena faktor lingkungan. DNA detektif muncul dalam sosok seorang tokoh karena menyadari adanya kejahatan atau pelanggaran hukum yang terjadi di sekitarnya. Menurut saya, secara naluriah pikiran kita ditakdirkan untuk menghadapi berbagai macam masalah, menangani sesuatu yang tidak beres yang harus diselesaikan. Seorang ahli matematika tidak akan memliki kegiatan jika tidak memiliki masalah, begitu pula dengan detektif. Sherlock Holmes tidak memiliki pekerjaan jika tidak ada tindakan kejahatan di sekelilingnya. Jadi, kesimpulan terakhir, tidak perlu adanya detektif jika dunia ini serba beres.
Adanya Hukum yang Mengatur Kehidupan Manusia
Kita ini yang normal – secara terberi – sudah “dikutuk” untuk tunduk kepada hukum yang mengatur kehidupan sosial. Manusia sejak kecil dikondisikan bahwa tindak-tanduknya diawasi oleh sesuatu yang besar (Tuhan, agama, mitos, Negara, Republik, Hukum), yang mengawasi mereka agar mematuhi hukum-hukum yang berlaku, yang membuat larangan-larangan pada tindakan mereka agar bisa diterima ke dalam jejaring sosial. Pada awalnya semua pembelajaran hukum itu asing bagi si anak, namun karena dilakukan pembelajaran secara terstruktur dan terus menerus maka secara naluriah sang anak menerima hukum itu menjadi sesuatu bagian dari dirinya.
Seorang detektif adalah orang yang memahami konsep hukum yang tekstual maupun hukum yang termanifestasi dalam tindakan sehari-hari. Harus dipahami, bahwa penindakan hukum bukanlah tugas dari seorang detektif. Titik koordinat perjuangan seorang detektif ialah lebih ke arah penelusuran kenapa pelanggaran hukum itu terjadi dan apa penyebabnya. Jadi bisa dibilang seorang detektif adalah orang yang menghubungkan cerita antara sebelum hingga saat pelanggaran hukum itu terjadi (pembunuhan, pencurian, dan lain sebagainya). Seperti dalam cerita detektif klasik; Sherlock Holmes, Novel karya Agatha Christie dan lain sebagainya; cerita selalu terhenti pada saat detektif menunjuk pelakunya, proses hukum setelahnya itu bukan lagi tugas detektif.
Jadi kesimpulannya, cerita detektif bisa disepakati secara umum bahwa dunia hukum adalah ranah produktif sang detektif.
Bagaimana Caranya Jadi Detektif?
Untuk membuat cerita detektif, atau siapapun yang ingin menjadi detektif setidaknya sang tokoh memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
Quote:

Kejelian dan cermat terhadap hal-hal detail
Conan mengikuti cara Sherlock Holmes dalam mengamati hal-hal detail yang kadang tak kasat mata oleh orang-orang awam. Matanya dan logikanya sepertinya memiliki kapasitas tersendiri dalam mengungkap kejahatan yang terselubung. Dalam setiap memecahkan masalah, Conan maupun Sherlock Holmes selalu melakukan observasi pengamatan langsung di lapangan.
Kemampuan meng-interogasi.
Seorang detektif juga harus ahli dalam mendeteksi kebohongan. Seperti halnya yang dimiliki seorang psikolog, yang menggali informasi yang kadang tidak disadari oleh lawan bicaranya, kemudian memilah cerita yang berlandaskan fakta dan cerita yang dikarang-karang, kemudian menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada di lapangan.
Seperti dalam cerita saya berjudul Voyeurism, dimana saat Komandan Jo, yang menginterogasi ibu Mariana seorang pemilik kos. Sang detektif tidak hanya fokus terhadap komunikasi verbalnya saja, tetapi juga tindakan dan gerak-gerik lawan bicaranya yang menyatakan sesuatu yang juga bagian dari isi tindak komunikasi.
Kemampuan bernegosiasi.
Seorang detektif harus mampu memenangkan negosiasi yang menguntungkan dirinya demi tujuannya - untuk memperoleh kebenaran-. Kadang dibutuhkan tindakan yang bedebah untuk menembus kekakuan seseorang yang keras kepala.
Saya ambil contoh kemampuan negosiasi yang hebat yang ditunjukan Letnan Silva dalam cerita "Siapa Pembunuh Palomino Molero". Saat itu Letnan Silva ingin mengorek fakta dari mulut seorang saksi mata pembunuhan seorang pilot disertir, Palomino Molero. Tanpa ragu-ragu Letnan Silva mengancam akan mengacaukan rumah makan Dona Lupe, hingga membuat Dona Lupe ketakutan lantas memberikan kesaksiannya.
Pengetahuan terhadap hukum perundang-undangan yang berlaku.
Dalam SOP-nya detektif tidak direkomendasikan dan tidak diizinkan untuk melakukan litigasi, melanggar hukum atau mengacuhkan hukum, maupun mengambil alih tugas-tugas penegakan hukum. Namun kadang untuk mengungkap kebenaran, seorang detektif harus melanggar norma hukum yang ada.
Kemampuan menganalisa.
Seorang detektif harus menganalisa berdasarkan fakta-fakta di lapangan sedetail-detailnya, lalu membangun antara permukaan yang menipu (isi yang termanifestasi) dan kebenaran tentang kejahatan (pikiran latennya). Ini penting untuk menguji kebenaran fakta-baik fakta benda atau fakta lisan. Detektif yang baik adalah menghubungkan fakta-fakta dilapangan dengan motif pelaku.
Sherlock Holmes mengajari kita bagaimana metode deduktif bekerja untuk memecahkan sebuah masalah. Mula-mula dia mengumpulkan semua fakta-fakta dilapangan: melalui observasi dan wawancara para saksi. Semua fakta tersebut dipersempit melalui eliminasi yang tidak kohern (nyambung) antara dilapangan dengan yg diucapkan oleh saksi. Kemudian bang... secara mengejutkan dia menemukan premis kesimpulan yang menyatakan pelaku kejahatan.
Ada lagi melalui metode induktif, dimana sang detektif memulai pencarian melalui kecurigaan/ motif semata. Awalnya memang demikian, lalu sang detektif akan membangun kecurigaannya tersebut dengan pengamatan detail. Metode induktif ini saya pakai dalam cerita Voyeurism, dimana sang detektif, Komandan Jo, mengawali kecurigaannya dengan Kolonel Godam hingga kecurigaan tersebut berbuah kebenaran.
Kemampuan lain
Misalnya kemampuan meretas komputer. Dalam cerita The Girl With Dragon Tattoo, seorang gadis punk Lisbeth Salander yang memiliki kemampuan hacking yang hebat. Ia menjadi mata-mata yang di sewa oleh seorang jurnalis oleh Blomkvist yang menemui jalan buntu dalam melacak seorang gadis yang hilang lebih dari 40 tahun. Misteri tersebut terpecahkan setelah kolaborasi Salander dan Blomkvist
Kemampuan lain yang tidak kalah penting seperti: teknik penyamaran, teknik mengikuti/membuntuti seseorang, teknik melacak/tracking, maupun pengetahuan forensik sederhana dalam kasus kriminal. Contoh pengetahuan forensik sederhana; seseorang yang ditemukan meninggal dengan leher membiru, dipastikan meninggal kehabisan nafas.
Conan mengikuti cara Sherlock Holmes dalam mengamati hal-hal detail yang kadang tak kasat mata oleh orang-orang awam. Matanya dan logikanya sepertinya memiliki kapasitas tersendiri dalam mengungkap kejahatan yang terselubung. Dalam setiap memecahkan masalah, Conan maupun Sherlock Holmes selalu melakukan observasi pengamatan langsung di lapangan.
Kemampuan meng-interogasi.
Seorang detektif juga harus ahli dalam mendeteksi kebohongan. Seperti halnya yang dimiliki seorang psikolog, yang menggali informasi yang kadang tidak disadari oleh lawan bicaranya, kemudian memilah cerita yang berlandaskan fakta dan cerita yang dikarang-karang, kemudian menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada di lapangan.
Seperti dalam cerita saya berjudul Voyeurism, dimana saat Komandan Jo, yang menginterogasi ibu Mariana seorang pemilik kos. Sang detektif tidak hanya fokus terhadap komunikasi verbalnya saja, tetapi juga tindakan dan gerak-gerik lawan bicaranya yang menyatakan sesuatu yang juga bagian dari isi tindak komunikasi.
Kemampuan bernegosiasi.
Seorang detektif harus mampu memenangkan negosiasi yang menguntungkan dirinya demi tujuannya - untuk memperoleh kebenaran-. Kadang dibutuhkan tindakan yang bedebah untuk menembus kekakuan seseorang yang keras kepala.
Saya ambil contoh kemampuan negosiasi yang hebat yang ditunjukan Letnan Silva dalam cerita "Siapa Pembunuh Palomino Molero". Saat itu Letnan Silva ingin mengorek fakta dari mulut seorang saksi mata pembunuhan seorang pilot disertir, Palomino Molero. Tanpa ragu-ragu Letnan Silva mengancam akan mengacaukan rumah makan Dona Lupe, hingga membuat Dona Lupe ketakutan lantas memberikan kesaksiannya.
Pengetahuan terhadap hukum perundang-undangan yang berlaku.
Dalam SOP-nya detektif tidak direkomendasikan dan tidak diizinkan untuk melakukan litigasi, melanggar hukum atau mengacuhkan hukum, maupun mengambil alih tugas-tugas penegakan hukum. Namun kadang untuk mengungkap kebenaran, seorang detektif harus melanggar norma hukum yang ada.
Kemampuan menganalisa.
Seorang detektif harus menganalisa berdasarkan fakta-fakta di lapangan sedetail-detailnya, lalu membangun antara permukaan yang menipu (isi yang termanifestasi) dan kebenaran tentang kejahatan (pikiran latennya). Ini penting untuk menguji kebenaran fakta-baik fakta benda atau fakta lisan. Detektif yang baik adalah menghubungkan fakta-fakta dilapangan dengan motif pelaku.
Sherlock Holmes mengajari kita bagaimana metode deduktif bekerja untuk memecahkan sebuah masalah. Mula-mula dia mengumpulkan semua fakta-fakta dilapangan: melalui observasi dan wawancara para saksi. Semua fakta tersebut dipersempit melalui eliminasi yang tidak kohern (nyambung) antara dilapangan dengan yg diucapkan oleh saksi. Kemudian bang... secara mengejutkan dia menemukan premis kesimpulan yang menyatakan pelaku kejahatan.
Ada lagi melalui metode induktif, dimana sang detektif memulai pencarian melalui kecurigaan/ motif semata. Awalnya memang demikian, lalu sang detektif akan membangun kecurigaannya tersebut dengan pengamatan detail. Metode induktif ini saya pakai dalam cerita Voyeurism, dimana sang detektif, Komandan Jo, mengawali kecurigaannya dengan Kolonel Godam hingga kecurigaan tersebut berbuah kebenaran.
Kemampuan lain
Misalnya kemampuan meretas komputer. Dalam cerita The Girl With Dragon Tattoo, seorang gadis punk Lisbeth Salander yang memiliki kemampuan hacking yang hebat. Ia menjadi mata-mata yang di sewa oleh seorang jurnalis oleh Blomkvist yang menemui jalan buntu dalam melacak seorang gadis yang hilang lebih dari 40 tahun. Misteri tersebut terpecahkan setelah kolaborasi Salander dan Blomkvist
Kemampuan lain yang tidak kalah penting seperti: teknik penyamaran, teknik mengikuti/membuntuti seseorang, teknik melacak/tracking, maupun pengetahuan forensik sederhana dalam kasus kriminal. Contoh pengetahuan forensik sederhana; seseorang yang ditemukan meninggal dengan leher membiru, dipastikan meninggal kehabisan nafas.
Spoiler for Mampir ke-Thread Ane:

[QUOTE][CENTER][CENTER]
Judul Karya : Voyeurism
Jenis Karya : Fiksi
Genre Karya : Detektif, Misteri, Drama.
Target Pembaca : Remaja-Dewasa
Usia : 17+[/CENTER]
[/QUOTE][/CENTER]
Quote:
LAIN

Sinopsis
Seorang wanita mendapati dirinya tidak sendiri ketika ditinggal suaminya bekerja. Apa yang terjadi? Story Will SHOCK YOU!!!Click Here!!

Sinopsis
Seorang wanita mendapati dirinya tidak sendiri ketika ditinggal suaminya bekerja. Apa yang terjadi? Story Will SHOCK YOU!!!Click Here!!
Quote:
TRAGEDI PEMBUNUHAN DI ZANGGARO


Sinopsis
Kali ini Inspektur Jo dan Assitennnya, Widka harus memecahkan pembunuhan sadis di Zanggaro, salah satu Negara bagian Afrika.Menurut saksi, ciri-ciri seorang pelaku pembunuhan persis seperti Sibiso Vilikazi dan Sibiso Khumalo. Keduanya saudara kembar. Namun ada 1 hal yang pasti diantara keduanya, yakni salah satu dari mereka adalah seorang pembohong patologis. Link? Click here!!
Kali ini Inspektur Jo dan Assitennnya, Widka harus memecahkan pembunuhan sadis di Zanggaro, salah satu Negara bagian Afrika.Menurut saksi, ciri-ciri seorang pelaku pembunuhan persis seperti Sibiso Vilikazi dan Sibiso Khumalo. Keduanya saudara kembar. Namun ada 1 hal yang pasti diantara keduanya, yakni salah satu dari mereka adalah seorang pembohong patologis. Link? Click here!!
Diubah oleh widka 06-12-2014 23:53
0
21.5K
Kutip
36
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan