- Beranda
- Komunitas
- Pilih Capres & Caleg
Siapakah Nanik S Deyang?


TS
vapemasta
Siapakah Nanik S Deyang?
Pertanyaan yang ada dijudul Thread ini belakangan mulai terbersit dihati saya.. Siapakah Nanik S Deyang yang membuat tulisan mengenai Jokowi yang saya rasa isinya agak berat sebelah.. Saya coba googling dan search untuk research kecil2an ternyata saya menemukan artikel dibawah:
Bukan Soal Prabowo atau Jokowi; Catatan untuk Nanik S Deyang
Ramai-ramai serang Jokowi. Ramai-ramai serang Prabowo. Kubu Jokowi sebut penyerangnya pasukan nasi bungkus Prabowo. Kubu Prabowo sebut penyerangnya nasi bungkus Jokowi.Dalam kondisi seperti itu, muncul tulisan dari yang katanya wartawan. Tulisannya dimuat atau diposting di Kompasiana. Judulnya menarik: Prabowo dan Jokowi, Catatan Kecil Wartawan.Penulisnya Nanik S Deyang. Dalam tulisan itu dikasih keterangan: Seorang wartawan peliput deklarasi Prabowo Hatta dan Jokowi JK.Kita, atau saya, anggap saja penulisnya memang Nanik. Dan saya juga satu profesi dengan Nanik; wartawan. Namun meski satu profesi dengan Nanik, saya kalah berani, atau tepatnya kalah nekat, dengan Nanik. Saya tidak muncul dengan nama asli. Saya terus terang pakai nama anonim.Bukan tanpa alasan saya pakai nama anonim. Saya bekerja di media yang memang bos saya mendukung capres yang berbeda dengan pilihan saya. Tidak seperti Nanik yang di media dan pemiliknya adalah Kepala Humas Tim Prabowo; Budi Purnomo.Bila pun hati saya condong kepada salah satu capres, cukup saya rasakan di dalam hati dan pikiran saja. Dan jika saya harus mengkampanyekan jagoan saya, paling pada keluarga atau teman-tema dan kolega saya di luar profesi jurnalis. Dan itu juga bukan melalui tulisan.Di tulisan, saya akan bersikap netral. Tulisan saya harus bebas dari kepentingan apa saja. Tulisan saya di media tidak boleh mencerminkan dukungan pada siapapun. Saya harus tetap jaga independensi dan obyektifitas. Tak boleh main perasaan.Inilah beda saya sama Nanik. Nanik, dengan nama asli “berani” mengumbar perasaan dengan mendukung Prabowo. Nanik memang “berani” karena tidak mungkin “dipecat” oleh bos medianya karena bos dia adalah, sekali lagi, Humas Prabowo. Keberanian Nanik akan menjadi tanpa tanda kutip bila saja Nanik berani mendukung Jokowi ketika bosnya mendukung Prabowo.Nanik bisa disebut berani bila bersikap seperti anak-anak VivaNews yang melawan bosnya. Nanik bisa disebut berani bila seperti teman-teman saya di MNC yang berani berontak.Karena itu, dengan menyesal, saya nilai keberanian Nanik itu semu. Bahkan bukan tak mungkin, Nanik dikasih bonus oleh bosnya karena sudah ikut menjadi bagian Humas Prabowo. Atau memang digaji juga sebagai tim media Prabowo. Lalu dengan demikian, apa hebatnya tulisan Nanik yang memang Humas Prabowo itu? Tulisan Nanik seharusnya dikasih keterangan. Nanik S Deyang; Seorang Tim Humas Prabowo. Pengakuan ini akan lebih jujur.Oh ya. Ada tulisan terakhir Nanik yang menarik. Ini tulisan Nanik dengan dengan di-Bold: SAYA MENYAKSIKAN KEDUANYA BUKAN MEMBACA BERITA!. Lucu, Nanik yang ngaku wartawan itu jelas menyuruh kita untuk tidak mempercayai berita. Kalau Nanik benar-benar wartawan, Nanik sedang menggorok lehernya sendiri agar orang tak percaya dengan tulisan-tulisannya. Tapi Nanik memang bukan wartawan. Ia Humas Prabowo yang bertopeng wartawan.Jujur saya malas bila harus harus membahas isi tulisan Nanik yang melihat pakai kacamata kuda dari sisi Prabowo saja yang kebetulan Prabowo juga memelihara puluhan kuda itu. Tulisan Nanik akan terbantah dengan mudah bila semua orang mau menggali info dari sudut Jusuf Kalla atau Megawati.Kata siapa Cuma Prabowo yang berjasa bawa Jokowi ke Jakarta? Kata siapa Megawati awalnya dukung Foke? Kalau Taufik Kiemas iya. Sayang Nanik tak mau cari tahu informasi dari sisi yang lain, atau memang sebagai Humas Prabowo dia menutupi fakta yang sesungguhnya?Soal kedua; Pilihan saya. Sekali lagi, kenapa saya pakai anonim sebab ketika saya menulis di media resmi dengan nama asli, saya harus tetap netral, saya harus tetap menjaga obyektifitas sekuat tenaga, sekuat hati dan sekuat pikiran. Saya berani menentukan pilihan ketika saya gak terikat dengan profesi yang sudah saya geluti bertahun-tahun ini. Karna masih terikat dengan profesi itu, saya memilih jalan ini.Mungkin saya tak seberani Nanik (Atau tak segembira Nanik yang dapat bonus dari tulisan sebagai Humas Prabowo itu itu). Tapi saya akan lebih jujur dibanding Nanik. Ini tulisan saya secara pribadi, dan bukan sebagai wartawan. Sebagai wartawan, sekali lagi saya harus netral.Jujur saja, ketakutan saya sebagai wartawan paling utama adalah satu. Saya takut tidak bisa menulis lagi untuk mengabarkan pada publik karena tidak ada lagi kebebasan. Saya trauma dengan pembredelan media (mungkin media Nanik tak pernah dibredel). Saya tak bisa membayangkan bila kebebasan yang sudah kita perjuangkan itu (saya gak tahu Nanik ikut bagian dari perjuangan Reformasi atau tidak), harus berujung dengan kembalinya rezim otorioter.Saya parno? Saya berhalusinasi? Saya pikir tidak. Saya hanya ingin katakan: Bila Anda baca buku-buku sejarah, siapa yang menyangka Hitler atau Musolini akan menjadi dikatator dan fasis? Dalam setiap kempanye keduanya selalu membangkitkan ultra-nasionalisme. Dan kini, bayangan fasisme dan otoritarianisme itu begitu nyata di depan mata saya. Sangat nyata! Ini bukan hanya soal pikiran atau perasaan. Ini berdasarkan rekam jejak. Rekam jejak yang mudah dilupakan banyak orang, namun tidak bagi saya yang pernah hidup dalam tekanan Orde Baru.Karena itu tak mungkin saya serahkan Republik ini pada orang yang berpotensi jadi otoriter dan jadi diktator. Jadi ini bukan hanya soal Prabowo atau Jokowi.Saya ingat sesorang aktivis demokrasi mengatakan, tentukan pilihan Anda dengan bebas. Tapi saya juga ingin katakan, Anda bisa memilih dengan bebas bila Anda diberi kebebasan untuk memilih. Saya ingin ingatkan, jangan sampai pilihan Anda yang bebas sekarang itu mengantarkan pada sosok yang akan membatasi kebebasan Anda di masa mendatang. Saya ingin lebih ingatkan lagi, jangan sampai pilihan Anda yang bebas itu akan mencabut kebabasan Anda di masa depan, atau bahkan mencabut nyawa Anda!
sumber : http://m.kompasiana.com/post/read/659672/1/bukan-soal-prabowo-atau-jokowi-catatan-untuk-nanik-s-deyang.html
Memang dalam research kecil2an saya masih belum dapat menjelaskan secara gamblang siapa Nanik S Deyang tersebut.. Namun dengan adanya artikel diatas membuat saya kembali berpikir tentang kevalidan artikel yang ditulis oleh dia.. Mohon kiranya teman2 kaskuser dapat menanggapi artikel tersebut dengan lebih bijak.. Disini saya tidak bermaksud mendiskreditkan siapapun hanya berusaha mengajak orang lain agar lebih bijak dalam menyikapi sebuah artikel yang hanyalah produk buatan manusia.
Bukan Soal Prabowo atau Jokowi; Catatan untuk Nanik S Deyang
Ramai-ramai serang Jokowi. Ramai-ramai serang Prabowo. Kubu Jokowi sebut penyerangnya pasukan nasi bungkus Prabowo. Kubu Prabowo sebut penyerangnya nasi bungkus Jokowi.Dalam kondisi seperti itu, muncul tulisan dari yang katanya wartawan. Tulisannya dimuat atau diposting di Kompasiana. Judulnya menarik: Prabowo dan Jokowi, Catatan Kecil Wartawan.Penulisnya Nanik S Deyang. Dalam tulisan itu dikasih keterangan: Seorang wartawan peliput deklarasi Prabowo Hatta dan Jokowi JK.Kita, atau saya, anggap saja penulisnya memang Nanik. Dan saya juga satu profesi dengan Nanik; wartawan. Namun meski satu profesi dengan Nanik, saya kalah berani, atau tepatnya kalah nekat, dengan Nanik. Saya tidak muncul dengan nama asli. Saya terus terang pakai nama anonim.Bukan tanpa alasan saya pakai nama anonim. Saya bekerja di media yang memang bos saya mendukung capres yang berbeda dengan pilihan saya. Tidak seperti Nanik yang di media dan pemiliknya adalah Kepala Humas Tim Prabowo; Budi Purnomo.Bila pun hati saya condong kepada salah satu capres, cukup saya rasakan di dalam hati dan pikiran saja. Dan jika saya harus mengkampanyekan jagoan saya, paling pada keluarga atau teman-tema dan kolega saya di luar profesi jurnalis. Dan itu juga bukan melalui tulisan.Di tulisan, saya akan bersikap netral. Tulisan saya harus bebas dari kepentingan apa saja. Tulisan saya di media tidak boleh mencerminkan dukungan pada siapapun. Saya harus tetap jaga independensi dan obyektifitas. Tak boleh main perasaan.Inilah beda saya sama Nanik. Nanik, dengan nama asli “berani” mengumbar perasaan dengan mendukung Prabowo. Nanik memang “berani” karena tidak mungkin “dipecat” oleh bos medianya karena bos dia adalah, sekali lagi, Humas Prabowo. Keberanian Nanik akan menjadi tanpa tanda kutip bila saja Nanik berani mendukung Jokowi ketika bosnya mendukung Prabowo.Nanik bisa disebut berani bila bersikap seperti anak-anak VivaNews yang melawan bosnya. Nanik bisa disebut berani bila seperti teman-teman saya di MNC yang berani berontak.Karena itu, dengan menyesal, saya nilai keberanian Nanik itu semu. Bahkan bukan tak mungkin, Nanik dikasih bonus oleh bosnya karena sudah ikut menjadi bagian Humas Prabowo. Atau memang digaji juga sebagai tim media Prabowo. Lalu dengan demikian, apa hebatnya tulisan Nanik yang memang Humas Prabowo itu? Tulisan Nanik seharusnya dikasih keterangan. Nanik S Deyang; Seorang Tim Humas Prabowo. Pengakuan ini akan lebih jujur.Oh ya. Ada tulisan terakhir Nanik yang menarik. Ini tulisan Nanik dengan dengan di-Bold: SAYA MENYAKSIKAN KEDUANYA BUKAN MEMBACA BERITA!. Lucu, Nanik yang ngaku wartawan itu jelas menyuruh kita untuk tidak mempercayai berita. Kalau Nanik benar-benar wartawan, Nanik sedang menggorok lehernya sendiri agar orang tak percaya dengan tulisan-tulisannya. Tapi Nanik memang bukan wartawan. Ia Humas Prabowo yang bertopeng wartawan.Jujur saya malas bila harus harus membahas isi tulisan Nanik yang melihat pakai kacamata kuda dari sisi Prabowo saja yang kebetulan Prabowo juga memelihara puluhan kuda itu. Tulisan Nanik akan terbantah dengan mudah bila semua orang mau menggali info dari sudut Jusuf Kalla atau Megawati.Kata siapa Cuma Prabowo yang berjasa bawa Jokowi ke Jakarta? Kata siapa Megawati awalnya dukung Foke? Kalau Taufik Kiemas iya. Sayang Nanik tak mau cari tahu informasi dari sisi yang lain, atau memang sebagai Humas Prabowo dia menutupi fakta yang sesungguhnya?Soal kedua; Pilihan saya. Sekali lagi, kenapa saya pakai anonim sebab ketika saya menulis di media resmi dengan nama asli, saya harus tetap netral, saya harus tetap menjaga obyektifitas sekuat tenaga, sekuat hati dan sekuat pikiran. Saya berani menentukan pilihan ketika saya gak terikat dengan profesi yang sudah saya geluti bertahun-tahun ini. Karna masih terikat dengan profesi itu, saya memilih jalan ini.Mungkin saya tak seberani Nanik (Atau tak segembira Nanik yang dapat bonus dari tulisan sebagai Humas Prabowo itu itu). Tapi saya akan lebih jujur dibanding Nanik. Ini tulisan saya secara pribadi, dan bukan sebagai wartawan. Sebagai wartawan, sekali lagi saya harus netral.Jujur saja, ketakutan saya sebagai wartawan paling utama adalah satu. Saya takut tidak bisa menulis lagi untuk mengabarkan pada publik karena tidak ada lagi kebebasan. Saya trauma dengan pembredelan media (mungkin media Nanik tak pernah dibredel). Saya tak bisa membayangkan bila kebebasan yang sudah kita perjuangkan itu (saya gak tahu Nanik ikut bagian dari perjuangan Reformasi atau tidak), harus berujung dengan kembalinya rezim otorioter.Saya parno? Saya berhalusinasi? Saya pikir tidak. Saya hanya ingin katakan: Bila Anda baca buku-buku sejarah, siapa yang menyangka Hitler atau Musolini akan menjadi dikatator dan fasis? Dalam setiap kempanye keduanya selalu membangkitkan ultra-nasionalisme. Dan kini, bayangan fasisme dan otoritarianisme itu begitu nyata di depan mata saya. Sangat nyata! Ini bukan hanya soal pikiran atau perasaan. Ini berdasarkan rekam jejak. Rekam jejak yang mudah dilupakan banyak orang, namun tidak bagi saya yang pernah hidup dalam tekanan Orde Baru.Karena itu tak mungkin saya serahkan Republik ini pada orang yang berpotensi jadi otoriter dan jadi diktator. Jadi ini bukan hanya soal Prabowo atau Jokowi.Saya ingat sesorang aktivis demokrasi mengatakan, tentukan pilihan Anda dengan bebas. Tapi saya juga ingin katakan, Anda bisa memilih dengan bebas bila Anda diberi kebebasan untuk memilih. Saya ingin ingatkan, jangan sampai pilihan Anda yang bebas sekarang itu mengantarkan pada sosok yang akan membatasi kebebasan Anda di masa mendatang. Saya ingin lebih ingatkan lagi, jangan sampai pilihan Anda yang bebas itu akan mencabut kebabasan Anda di masa depan, atau bahkan mencabut nyawa Anda!
sumber : http://m.kompasiana.com/post/read/659672/1/bukan-soal-prabowo-atau-jokowi-catatan-untuk-nanik-s-deyang.html
Memang dalam research kecil2an saya masih belum dapat menjelaskan secara gamblang siapa Nanik S Deyang tersebut.. Namun dengan adanya artikel diatas membuat saya kembali berpikir tentang kevalidan artikel yang ditulis oleh dia.. Mohon kiranya teman2 kaskuser dapat menanggapi artikel tersebut dengan lebih bijak.. Disini saya tidak bermaksud mendiskreditkan siapapun hanya berusaha mengajak orang lain agar lebih bijak dalam menyikapi sebuah artikel yang hanyalah produk buatan manusia.
0
38.8K
20
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan